Semua Bab Pendekar Tanpa Wajah: Bab 41 - Bab 50

497 Bab

41 - Memulai Bisnis

Tak menyangka mendapatkan tanggapan di luar ekspektasinya, Yao Chen melongo di balik topengnya. “Eh? Tak bisa bisnis di sini?” Dia mengira Xiao Rong akan langsung menerima penawarannya karena tentu Xiao Ya sudah menyampaikannya lebih dulu ke kakak sepupunya, tapi yang didapatkan Yao Chen justru …. ‘Apakah Xiao Ya belum memberitahukannya ke kakak sepupu dia?’ Yao Chen hanya memiliki dugaan ini. Xiao Rong mencondongkan tubuhnya ke depan lebih dekat pada Yao Chen sehingga menimbulkan belahan indah dadanya sedikit terekspos di pandangan si pemuda. “Tentu tidak bisa kalau di meja ini. Temui aku di ruang belakang nanti di saat makan siang. Kau tak mau ada yang mencuri dengar di sini, ‘kan?” Xiao Rong berbisik sambil tersenyum penuh arti. Yao Chen segera memahaminya dan mengangguk kecil lalu pergi dari sana. Pada waktu yang sudah ditentukan, Yao Chen menemui Xiao Rong. “Yaya sudah memberitahu padaku mengenai keinginanmu menjual pil di Aula Alkimia. Kau yakin?” Xiao Rong langsung ke in
Baca selengkapnya

42 - Membunuh Murid di Luar Area Sekte

“Benar-benar di level Sempurna! 125 pil level Sempurna, astaga, Bocah! Kau ini luar biasa sekali!” Xiao Rong kehilangan ketenangannya.Sekali lagi, dia lekas memeriksa dan memang semuanya merupakan level Sempurna!“Kau tau, Bocah, di sekte ini, biasanya pil yang dijual hanya sampai di level Tinggi. Sangat jarang ada penjualan pil level Sempurna.” Xiao Rong menyimpan kantong dari Yao Chen. “Aku harap ini laku keras ketika kupajang di etalase nantinya.”“Rahasiakan pembuatnya.” Yao Chen bersuara rendah.Xiao Rong termangu menatap Yao Chen untuk sesaat sebelum akhirnya dia tersenyum dan mengangguk.“Baiklah, itu hal mudah. Kau akan aman.” Xiao Rong menjanjikannya. “Nah, aku akan menghargai 1 butirnya sebesar 3 Batu Kristal Rendah.” Xiao Rong tersenyum.Yao Chen berusaha mempertahankan ketenangannya di depan Xiao Rong meski dia ingin melonjak senang mendengar nominal yang dikatakan wanita itu.Kemudian, Xiao Rong menyodorkan kantong lain ke Yao Chen. “Itu 375 Batu Kristal Rendah hakmu.”M
Baca selengkapnya

43 - Kota Air Tenang

“DIa membunuh rekan murid! Laporkan ke sekte!” Murid 3 berseru sambil berusaha kabur dari sana. Seakan mereka sudah terorganisasi dengan baik mengenai apa yang harus mereka lakukan tanpa perlu bicara, 3 murid senior lainnya menerjang ke Yao Chen. ‘Gawat! Tidak bisa! Aku belum membalas dendam! Aku harus tetap ada di sekte!’ Yao Chen terpojok. Maka, sudah seperti itu situasinya, dia tak punya pilihan lain. Memutar teknik kultivasinya, dia kemudian menembakkan api murni dia ke Murid 3 yang hendak kabur. “Arrghh!” Murid 3 terkena api dari punggung dan langsung menyebar cepat ke seluruh tubuhnya dalam hitungan beberapa detik singkat. Mata ketiga murid lainnya membeku melihat adegan itu. Mereka menyaksikan sendiri rekan mereka berubah menjadi abu dan kemudian terbang bersama angin. Yao Chen tidak membuang kesempatan di saat ketiga seniornya masih termangu. Walau hanya sekian detik saja, dia akan ambil! Crasss! “Arghh!” Murid 5 ditebas lehernya oleh pedang Yao Chen dengan cepat ketik
Baca selengkapnya

44 - Pebisnis Handal

‘Kenapa pegawainya kasar sekali?’ Yao Chen terheran di hatinya. ‘Beginikah cara orang-orang di sini melayani seseorang?’Serta-merta, dia melirik ke Xinxin yang tampak canggung di sebelahnya.“Sepertinya Kakek Yu sedang tidak di tempat.” Xinxin meringis canggung ke Yao Chen. “Biasanya bila Kakek Yu yang berjaga, dia akan ramah dan sopan pada siapa pun yang masuk ke tokonya.”Dari sikap bocah perempuan itu, Yao Chen bisa memperkirakan bahwa Xinxin merasa bersalah karena sudah mempromosikan toko ini tanpa sebanding lurus dengan perlakuan pegawainya.“Heh, bocah sialan! Kau hendak mengataiku aku ini tak ramah dan tak sopan?” Pegawai tadi ternyata mendengar ucapan Xinxin dan tersinggung.Matanya mendelik sehingga membuat Xinxin meringkuk ketakutan di belakang tubuh Yao Chen.“Tapi kau memang bersikap tak sopan dan kasar padaku.” Yao Chen tak ingin berdiam diri saja.Pegawai itu menatap Yao Chen dari atas sampai bawah. Penampilan Yao Chen masih terlihat seperti remaja belia sehingga dipand
Baca selengkapnya

45 - Hatinya Berdarah

“Ini, 750 Batu Kristal Rendah untuk Anda, Tuan ….” Nenek Xiu menggantung nada bicaranya seakan sedang mempertanyakan sesuatu ke Yao Chen. Sembari begitu, Nenek Xiu menyodorkan kantong kulit berisi batu kristal yang dia janjikan dan Yao Chen juga menyerahkan kantong berisi 250 Pil Pengumpul Energi level Sempurna. “Yao Chen. Nama saya Yao Chen.” Dia tidak perlu merahasiakan ini. Tak perlu meminta Nenek Xiu merahasiakan identitasnya pun pastinya Nenek Xiu sudah paham sendiri, bukan? “Baiklah, Tuan Yao, sungguh senang berbisnis dengan Anda. Kalau Anda bersedia, saya ingin memesan Pil Penyembuh Luka. Itu masih Pil Kelas 1. Itu akan sangat berguna untuk penduduk di sini yang banyak bergantung dari hasil berburu di hutan.” Nenek Xiu menyimpan kantong pil dari Yao Chen sembari memberikan penawaran bisnis berikutnya dengan berdalih memesan. Karena Yao Chen merasa begitu mudah mendapatkan uang dari hasil alkimia, maka dia tidak keberatan untuk itu. “Tentu saja saya bersedia, tapi ….” Yao C
Baca selengkapnya

46 - Mengenai Xinxin

Pelayan mengangguk dan pergi dari sana. Yao Chen sibuk menenangkan hatinya setelah menghitung berapa batu kristal yang harus dia keluarkan setelah ini. Tapi ketika dia menatap wajah polos menggemaskan Xinxin, mendadak saja kegundahannya lenyap. ‘Xinxin ini seumuran dengan anak tetanggaku yang biasa aku sapa setiap hendak pergi bekerja.’ Yao Chen mengenang apa yang terjadi di Bumi. “Kakak, kenapa memesan mie biasa?” Xinxin bertanya dengan lugunya. Dia tak paham hati Yao Chen berdarah akibat hidangan daging yang dia pesan. “Oh, aku … aku sangat menyukai mie biasa. Itu … itu mengingatkan aku dengan masakan ibuku, ehem!” Yao Chen berdalih. Tak berapa lama kemudian, pelayan datang membawakan pesanan di meja mereka. Xinxin menatap gembira ke piring hidangan dagingnya. Dia seperti tak sabar ingin segera memakannya. “Ayo, Kak! Lekas dimakan agar tidak dingin dan sia-sia!” Xinxin malah yang mengajak seakan dia yang mentraktir. Namun, Yao Chen tidak mempermasalahkan itu dan terkekeh pelan
Baca selengkapnya

47 - Mengunjungi Xinxin

‘Baiklah, aku lebih baik fokus dulu ke pesanan pilku.’ Yao Chen mulai duduk bersila di ruang kultivasi pribadi pada kamar penginapannya. Setelah mengeluarkan tungku dan bahan ramuannya, dia lekas memproses semuanya. ‘Membersihkan semua bahan dari kotoran!’ Yao Chen memutar tangannya sambil bahan ramuan yang dia inginkan terangkat di udara dan berputar di dalam kuasa tangannya tanpa tersentuh. Setelah itu, dia memunculkan api murninya. Dengan pengelolaan yang baik, dia bisa membakar semua kotoran dan debu pada bahan ramuan tersebut tanpa membakar bahan-bahan itu. ‘Guru sudah mengajarkan padaku, salah satu unsur penting munculnya hasil sempurna adalah kebersihan bahan ramuannya. Dengan adanya api murni, aku bisa lebih mempersingkat waktu membersihkan kotoran pada bahan-bahanku.’ Yao Chen terus memutar semua bahan di antara tangkupan kedua tangan tanpa menyentuh. Bahan-bahan ramuan itu berputar tanpa tersentuh tangan Yao Chen, justru mereka semua dilahap api murni meski akhirnya tida
Baca selengkapnya

48 - Kekejian Putri Janda Wei

“Kau bocah sialan! Pasti kau menjual dirimu ke orang kaya, yah?” Janda Wei terus memukulkan tongkat kayu ke tubuh kecil Xinxin. “Dan kau sudah menyembunyikan uangnya?”Sementara Xinxin meraung kesakitan dan memohon ampunan, di dekat mereka ada seorang remaja perempuan yang berwajah culas, menatap sengit ke Xinxin.“Pasti dia menjual diri, Ibu! Dia sungguh tak tau diri!” Remaja itu menyilangkan kedua lengan di dada sambil menaikkan dagu dengan gaya pongah. “Aku yakin dia sudah berfoya-foya menghabiskan batu kristal yang seharusnya untukku! Bu, pukul dia lebih keras! Dia merugikan aku!”Jemari lentik milik anak Janda Wei menuding kejam ke Xinxin.“Tidak, Kak Lin, aku tidak menjual diri! Tidak pula berfoya-foya dengan uang yang kudapat.” Xinxin terus menangis dan memohon agar pukulan pada tubuhnya berhenti.Sedikit banyak ucapan Xinxin memang benar. Dia tidak bekerja selama beberapa hari ini dan hanya perlu makan saja di restoran yang nantinya akan ditanggung Yao Chen, maka dari itu dia
Baca selengkapnya

49 - Dia Tak Bisa Bertahan

“Lalu … apa yang bisa saya lakukan untuk Xinxin?” tanya Yao Chen setelah dia yakin Nenek Xiu merupakan tabib. Nenek Xiu belum sempat menjawab karena Xinxin sudah berbicara lebih dulu, “Kakak, jangan … jangan merepotkan lagi … dirimu untukku ….” Dia berbicara penuh perjuangan di sela-sela rasa sakit di setiap tarikan napasnya. “XInxin!” Yao Chen menggenggam tangan mungil Xinxin. Ketika Yao Chen menatap Nenek Xiu untuk meminta Xinxin disembuhkan, Nenek Xiu menggeleng lemah memberikan isyarat bahwa kondisi Xinxin sudah fatal dan tak bisa lagi dipulihkan. Memahami isyarat Nenek Xiu, Yao Chen mengepalkan tangannya, ingin sekali mendatangi Janda Wei dan anaknya untuk dia beri pelajaran! “Kakak, aku sangat bahagia … karena sudah mengenal Kakak yang baik padaku … aku pasti tidak akan melupakan Kakak meski … aku menjadi arwah sekalipun. Terima kasih untuk … makan enaknya … terima kasih … Kakak … Nenek … kalian orang baik ….” Usai mengucapkan itu secara tersendat-sendat, Xinxin pun menghem
Baca selengkapnya

50 - Pengacau di Toko Nenek Xiu

“Kenapa, Tuan Yao?” Nenek Xiu bertanya dari samping setelah mendengar bisikan bernada geram dari Yao Chen. “Dia Janda Wei, putrinya yang membunuh Xinxin.” Kemudian Yao Chen menceritakan secara singkat yang terjadi dengan Xinxin malam itu. “Oh, rupanya demikian.” Nenek Xiu manggut-manggut paham. Sementara itu, di toko masih terjadi dialog alot antara Janda Wei dan pegawai. “Kubilang aku punya uang! Sebut saja berapa, aku akan membayarnya dengan keping emasku yang banyak ini!” Janda Wei mendelik ke pegawai toko. “Maaf, Nyonya, meski Anda memiliki jumlah keping emas yang sebanding dengan harga 15 pil, tetap saja kami sudah menerapkan kebijakan 1 orang maksimal membeli 5 butir pil level Sempurna kami.” Pegawai toko menjawab dengan sangat sopan. Nenek Xiu sangat menekankan pada semua pegawai tokonya agar melayani pembeli sesabar dan sesopan mungkin. “Mana pemilik di sini? Biarkan aku menemui Nenek Xiu!” Janda Wei makin bersemangat akibat keinginannya ditolak. Sementara itu, ada ban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
50
DMCA.com Protection Status