Apakah aku gabisa liat komen kalian ato kalian blm nyampe bab ini, haha entah deh. oke gini aja, kalo kalian ingin dpt koin gratis dr GN, DM IG aku aja dengan menyertakan nomor ID akun GN kalian utk aku setor ke editor. Aku pilih 2 yg paling cepat yak! Aku tunggu 3 hari dr skrg sblm periodenya tutup. IG = gauchediablo___
“Kau bocah sialan! Pasti kau menjual dirimu ke orang kaya, yah?” Janda Wei terus memukulkan tongkat kayu ke tubuh kecil Xinxin. “Dan kau sudah menyembunyikan uangnya?”Sementara Xinxin meraung kesakitan dan memohon ampunan, di dekat mereka ada seorang remaja perempuan yang berwajah culas, menatap sengit ke Xinxin.“Pasti dia menjual diri, Ibu! Dia sungguh tak tau diri!” Remaja itu menyilangkan kedua lengan di dada sambil menaikkan dagu dengan gaya pongah. “Aku yakin dia sudah berfoya-foya menghabiskan batu kristal yang seharusnya untukku! Bu, pukul dia lebih keras! Dia merugikan aku!”Jemari lentik milik anak Janda Wei menuding kejam ke Xinxin.“Tidak, Kak Lin, aku tidak menjual diri! Tidak pula berfoya-foya dengan uang yang kudapat.” Xinxin terus menangis dan memohon agar pukulan pada tubuhnya berhenti.Sedikit banyak ucapan Xinxin memang benar. Dia tidak bekerja selama beberapa hari ini dan hanya perlu makan saja di restoran yang nantinya akan ditanggung Yao Chen, maka dari itu dia
“Lalu … apa yang bisa saya lakukan untuk Xinxin?” tanya Yao Chen setelah dia yakin Nenek Xiu merupakan tabib. Nenek Xiu belum sempat menjawab karena Xinxin sudah berbicara lebih dulu, “Kakak, jangan … jangan merepotkan lagi … dirimu untukku ….” Dia berbicara penuh perjuangan di sela-sela rasa sakit di setiap tarikan napasnya. “XInxin!” Yao Chen menggenggam tangan mungil Xinxin. Ketika Yao Chen menatap Nenek Xiu untuk meminta Xinxin disembuhkan, Nenek Xiu menggeleng lemah memberikan isyarat bahwa kondisi Xinxin sudah fatal dan tak bisa lagi dipulihkan. Memahami isyarat Nenek Xiu, Yao Chen mengepalkan tangannya, ingin sekali mendatangi Janda Wei dan anaknya untuk dia beri pelajaran! “Kakak, aku sangat bahagia … karena sudah mengenal Kakak yang baik padaku … aku pasti tidak akan melupakan Kakak meski … aku menjadi arwah sekalipun. Terima kasih untuk … makan enaknya … terima kasih … Kakak … Nenek … kalian orang baik ….” Usai mengucapkan itu secara tersendat-sendat, Xinxin pun menghem
“Kenapa, Tuan Yao?” Nenek Xiu bertanya dari samping setelah mendengar bisikan bernada geram dari Yao Chen. “Dia Janda Wei, putrinya yang membunuh Xinxin.” Kemudian Yao Chen menceritakan secara singkat yang terjadi dengan Xinxin malam itu. “Oh, rupanya demikian.” Nenek Xiu manggut-manggut paham. Sementara itu, di toko masih terjadi dialog alot antara Janda Wei dan pegawai. “Kubilang aku punya uang! Sebut saja berapa, aku akan membayarnya dengan keping emasku yang banyak ini!” Janda Wei mendelik ke pegawai toko. “Maaf, Nyonya, meski Anda memiliki jumlah keping emas yang sebanding dengan harga 15 pil, tetap saja kami sudah menerapkan kebijakan 1 orang maksimal membeli 5 butir pil level Sempurna kami.” Pegawai toko menjawab dengan sangat sopan. Nenek Xiu sangat menekankan pada semua pegawai tokonya agar melayani pembeli sesabar dan sesopan mungkin. “Mana pemilik di sini? Biarkan aku menemui Nenek Xiu!” Janda Wei makin bersemangat akibat keinginannya ditolak. Sementara itu, ada ban
“Mulutmu busuk!” seru Yao Chen dengan marah. Saking kesalnya dengan ucapan orang itu, Yao Chen mengumpulkan energi Qi di telapak tangan dan menampar pria tadi yang merupakan orang yang berkata kasar padanya di toko obat Kakek Yu. Meski orang itu sudah di Tingkat 3 level Akhir, namun tamparan Yao Chen berhasil membuatnya terpelanting. “Kakak Xiong!” Rekan pria itu menyeru kaget dan membantu Xiong berdiri. Marah atas tindakan Yao Chen pada rekannya, mereka mulai mengeroyok Yao Chen. “Tak tau diri!” geram Yao Chen sambil memberikan pukulan ke semua dari mereka hingga orang-orang itu terpental keluar toko. Orang-orang Kakek Yu mengerang kesakitan di jalan sambil berusaha berdiri. Mereka heran kenapa ada remaja yang begitu kuat hingga bisa memukul mereka, padahal basis kultivasi mereka dan Yao Chen sama-sama di Tingkat 3. Pegawai arogan yang sempat berkonflik dengan Yao Chen, segera saja melarikan diri, sedangkan rekan lainnya saling mendukung berdiri. “Kau bocah kurang ajar!” mak
“ Nyonya Xiu tentu saja ingin agar warga kota kita ini terjamin kesehatannya, bukan? Tentu Nyonya tak keberatan menghubungkan aku dengan orang berbakat yang membuat pil Sempurna itu,” imbuh Peng He tanpa tau malu. Raut wajah Nenek Xiu menunjukkan keterkejutan meski hanya sesaat setelah mendengar permintaan Peng He yang terkesan memaksa. “Bisa-bisanya kau ingin merebut pemasok pil Nenek Xiu?” Yao Chen sudah tak bisa menahan lidahnya dan mengucapkan apa yang ingin meledak di kepalanya sejak tadi. Peng He menoleh ke Yao Chen dan segera meremehkannya setelah melihat Yao Chen hanyalah remaja belia yang terlihat aneh dan berdiri seperti tukang pukul Nenek Xiu. “Kau! Tidak sopan berbicara seperti itu ke Tuan Peng!” bentak Kakek Yu memarahi Yao Chen. “Bocah ingusan sepertimu seperti tak pernah mendapatkan ajaran orang tua saja. Bahkan kau tak layak membawakan sepatu Tuan Peng!” Mata Yao Chen mendelik sengit ke Kakek Yu. Namun, Nenek Xiu malah tersenyum dan mencegah Yao Chen berbicara lagi
“Apa .. apa kau bilang? Kau … kau pemasok pil … level Sempurna?” Pegawai arogan Kakek Yu sampai melongo dengan mata terbelalak lebar usai mendengar seruan Yao Chen. Jangankan dia, semua orang di sana juga ikut terkejut. Selama ini mereka membeli dan berebut pil yang dibuat remaja itu? “Tidak mungkin! Mana mungkin kau membuat pil level Sempurna? Kau masih terlalu muda!” protes Kakek Yu. Tatapan mata tajam Yao Chen teralih ke Kakek Yu dan dia berkata, “Memangnya orang muda tak boleh membuat pil level Sempurna? Aturan dari mana itu?” Kakek Yu sampai tak bisa berkata-kata. “Memang dia pemasokku. Aku sangat berterima kasih pada Tuan Yao yang telah menyelamatkan bisnisku ini.” Sekarang Nenek Xiu tidak lagi memiliki kewajiban menutupi identitas Yao Chen sebagai alkemis. Penonton semakin kasak-kusuk. Diskusi mereka sampai menimbulkan suara dengung bagaikan ada ribuan tawon di sana. “Kau … kau sungguh yang membuat semua pil level Sempurna di toko ini?” Kali ini Peng He yang bicara. “Y
Janda Wei tertegun mendengar ucapan Yao Chen sebelum akhirnya dia berteriak, “Kau! Kau sudah mencelakai putriku dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab? Master Pil apaan kau ini?! Tak ada gunanya kau dengan statusmu itu!” Yao Chen meradang. Sepertinya dia sudah tak bisa menahan dirinya lagi. “Putrimu sudah membunuh Xinxin! Seorang kultivator Tingkat 4 seperti putrimu dengan teganya memukul keras bocah 8 tahun yang tak punya ilmu kultivasi. Kalau sekarang putrimu dalam kondisi sekarat, mungkin itu karma dari semesta!” Yao Chen berbicara tegas dengan suara keras, menyebabkan Janda Wei terhenyak. Tapi ucapan Yao Chen kian menyulut api kebencian Janda Wei. Maka, dengan sengitnya dia maju dan hendak memukul Yao Chen. Namun, tindakannya dicegah Peng He yang bergegas maju menangkis pukulannya dan malah orang dari Paviliun Obat itu memberikan pukulannya ke dia. “Argh!” Janda Wei terlontar ke belakang hingga menabrak pintu akibat pukulan Peng He. Dia memuntahkan seteguk darah. “Beranin
Karena keinginan merekrut Yao Chen begitu kuat, maka Ao Lung mengangguk setuju. “Aku akan membawamu ke sana untuk melihat-lihat.” Meski berminat pada bakat Yao Chen, Ao Lung masih mempertahankan sikap tingginya sebagai alkemis. Dia yang merupakan alkemis kelas 4, tentu tak mudah menunjukkan minatnya untuk menjaga wibawa. Setelah berpamitan sejenak dengan Nenek Xiu, Yao Chen pergi ke Paviliun Obat. ‘Hm, tempatnya megah begini. Aku yakin ini gedung paling bagus di Kota Air Tenang jika memang perkumpulan alkemis sangat dihormati di sini.’ Yao Chen menatap sekelilingnya. Sebuah tempat dengan langit-langit tinggi di setiap ruangannya dan semerbak bau obat yang membuat perasaan seseorang tentram dan terkadang menimbulkan gejolak di kolam dantian, sungguh sebuah pengalaman unik ketika memasuki gedung tempat para alkemis berkumpul. “Kita ke ruanganku saja.” Ao Lung membuat pengaturan. Ketika mereka hendak ke ruangan Ao Lung, mereka berpapasan dengan rombongan kecil pria-pria yang terlih