Janda Wei tertegun mendengar ucapan Yao Chen sebelum akhirnya dia berteriak, “Kau! Kau sudah mencelakai putriku dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab? Master Pil apaan kau ini?! Tak ada gunanya kau dengan statusmu itu!” Yao Chen meradang. Sepertinya dia sudah tak bisa menahan dirinya lagi. “Putrimu sudah membunuh Xinxin! Seorang kultivator Tingkat 4 seperti putrimu dengan teganya memukul keras bocah 8 tahun yang tak punya ilmu kultivasi. Kalau sekarang putrimu dalam kondisi sekarat, mungkin itu karma dari semesta!” Yao Chen berbicara tegas dengan suara keras, menyebabkan Janda Wei terhenyak. Tapi ucapan Yao Chen kian menyulut api kebencian Janda Wei. Maka, dengan sengitnya dia maju dan hendak memukul Yao Chen. Namun, tindakannya dicegah Peng He yang bergegas maju menangkis pukulannya dan malah orang dari Paviliun Obat itu memberikan pukulannya ke dia. “Argh!” Janda Wei terlontar ke belakang hingga menabrak pintu akibat pukulan Peng He. Dia memuntahkan seteguk darah. “Beranin
Karena keinginan merekrut Yao Chen begitu kuat, maka Ao Lung mengangguk setuju. “Aku akan membawamu ke sana untuk melihat-lihat.” Meski berminat pada bakat Yao Chen, Ao Lung masih mempertahankan sikap tingginya sebagai alkemis. Dia yang merupakan alkemis kelas 4, tentu tak mudah menunjukkan minatnya untuk menjaga wibawa. Setelah berpamitan sejenak dengan Nenek Xiu, Yao Chen pergi ke Paviliun Obat. ‘Hm, tempatnya megah begini. Aku yakin ini gedung paling bagus di Kota Air Tenang jika memang perkumpulan alkemis sangat dihormati di sini.’ Yao Chen menatap sekelilingnya. Sebuah tempat dengan langit-langit tinggi di setiap ruangannya dan semerbak bau obat yang membuat perasaan seseorang tentram dan terkadang menimbulkan gejolak di kolam dantian, sungguh sebuah pengalaman unik ketika memasuki gedung tempat para alkemis berkumpul. “Kita ke ruanganku saja.” Ao Lung membuat pengaturan. Ketika mereka hendak ke ruangan Ao Lung, mereka berpapasan dengan rombongan kecil pria-pria yang terlih
“Dia … kenapa dia bisa melakukan hal yang biasanya dilakukan guru besar kita?” Banyak orang terpana dengan Yao Chen yang mampu membuat tungkunya terangkat dan berputar.Dengan begitu, pandangan mereka ke Yao Chen segera saja berubah. Bahkan murid-murid Ao Lung mulai ciut, termasuk pria berkumis tebal. Tapi, tentu saja masih ada yang menyemangati.“Ayo, Wang! Jangan terkecoh tindakannya!” Pria berwajah persegi berseru menyemangati juniornya. “Dia hanya sekedar bermain akrobat! Belum tentu pilnya sukses seperti buatanmu!”Setelah itu, murid Ao Lung lainnya juga ikut berteriak menyemangati adik junior mereka. Karenanya, rasa percaya diri pria berkumis tebal kembali timbul setelah redup beberapa waktu lalu.“Hmph!” Yao Chen menembakkan api lebih banyak ke tungkunya dan itu seolah menelan seluruh tungku.Pemandangannya sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan untuk siapa pun yang melihat.“Itu … tungkunya tak akan meledak, ‘kan?” Orang mulai khawatir.“Apakah kita perlu bersiap-siap lari j
“Ah, kau lagi, anak muda!” Tetua Zheng menyapa Yao Chen setelah dia berjalan lebih dekat.Banyak orang bertanya-tanya dalam suara perlahan, kenapa Guru Besar di Paviliun Obat seakan sudah mengenal Yao Chen?“Salam untuk Tetua Zheng.” Yao Chen melakukan salam soja yang lebih pantas dengan merundukkan sedikit punggungnya sembari kedua tangan terkepal.Melihat tak adanya tanda-tanda kemarahan di wajah Tetua Zheng, ada perasaan tak nyaman di hati Ao Lung.“Ya, ya, ya. Kau selalu saja menggemparkan di mana pun, anak muda.” Tetua Zheng menepuk bahu Yao Chen.Banyak orang di sana semakin penasaran hubungan Yao Chen dengan Tetua Zheng.“Ao Lung, katakan padaku, ini ada apa?” tanya Tetua Zheng.Mendadak namanya disebut, Ao Lung tersentak kecil dan berusaha mencari jawaban terbaik yang bisa dia pikirkan.“Ah, Direktur Zheng, kami hanya sedang melakukan pertandingan persahabatan antara murid saya dengan Tuan Muda Yao.” Ao Lung tidak bodoh untuk melihat bahwa Tetua Zheng menghargai Yao Chen.Oleh
“Bagaimana? Apakah kau tertarik bergabung dengan Paviliun Obat?” Suara Tetua Zheng menyudahi lamunan Yao Chen. Segera saja Yao Chen menoleh ke Tetua Zheng. Dia sudah menetapkan sikap. “Tentu saja tertarik, Tetua. Tapi saya tidak mau berada di bawah siapa pun. Tidak menjadi murid siapa pun. Saya ingin menjadi pribadi bebas dan sejajar di sini jika memang disetujui.” Inilah yang diinginkan Yao Chen. Tetua Zheng menatap sejenak pemuda pemberani itu. Mengatakan hal demikian padanya secara tegas tanpa takut, sungguh sebuah keberanian di mata Tetua Zheng. “Ha ha ha!” Tetua Zheng tertawa dan mengelus jenggot putihnya. “Kau benar-benar anak muda yang sangat bernyali. Untung saja kau memiliki kemampuan atau akan aku usir kau berani meminta hal demikian.” Yao Chen menelan saliva. Apakah sebenarnya Tetua Zheng tersinggung dengan permintaannya? “Maafkan jika saya tidak menutup-nutupi niat dan pemikiran saya mengenai Paviliun Obat, Tetua.” Yao Chen tentu harus melakukan soja agar meminimalis
“Me—Mendapatkan ruangan pribadi untuk tinggal di Paviliun Obat!” Kakek Yu terkagum-kagum.Ucapannya juga didengar banyak orang yang mengantri. Mereka saling berdiskusi dengan rekan masing-masing.“Kau dengar? Bocah remaja itu ternyata menjadi anggota istimewa di Paviliun Obat!”“Mana pernah seorang remaja diperlakukan demikian oleh Paviliun Obat? Baru dia saja, ‘kan?”“Jadi … dia bukan mata-mata negara Qing?”“Tentu saja bukan! Tak mungkin Paviliun Obat berani menerima seorang mata-mata, ya ‘kan?”Yao Chen menarik napas panjang mendengar kasak-kusuk mengenai dia.“Ya, benar. Aku mendapatkan lencana, jubah, dan juga ruangan pribadi untukku sendiri di Paviliun Obat.” Yao Chen tidak keberatan menyombongkan diri di depan Kakek Yu yang memang diperlakukan demikian.Mendengar pencapaian Yao Chen yang tergolong langka bagi remaja di sana, Kakek Yu semakin antusias ingin menjalin hubungan baik dengan Yao Chen.Orang seperti Yao Chen yang sangat berbakat di bidang alkimia dan memiliki koneksi
“Keluar! Atau aku akan ….” Yao Chen masih belum menemukan orang yang sedang bicara. “Atau apa? Ingin membunuhku? Ha ha ha!” Suara itu malah tertawa keras. Ada aura penindasan dirasakan Yao Chen seketika itu juga. Mendadak saja dadanya sakit. “Ayo kemari dan bunuh aku kalau bisa!” Suara itu menantang. “Atau aku akan meremas jantungmu sampai kau menggelepar.” Yao Chen segera memutar teknik pemulihan energi Qi agar sakit pada dadanya mereda. “Kau tak akan bisa—aduh!” Suara itu mendadak saja seperti terinterupsi sesuatu. Yao Chen merasakan ada yang bergolak di ruang dimensi jiwanya. Lekas saja dia kembali masuk ke sana. Ketika dia sudah di dimensi itu, dia melihat ada sebuah manik yang melayang rendah dan berwujud transparan dibandingkan lainnya. Manik itu sedang dihantam Qi petir dari manik lainnya. “Itu ….” Yao Chen ternganga heran sekaligus bingung. “Sejak kapan ada manik berisi makhluk di dalamnya? Janin?” Matanya tidak membohonginya. Di dalam manik transparan itu memang ada s
Mata Yao Chen membelalak. “Jadi … yang memberiku kekuatan fisik sehingga aku tak mudah lelah, itu … kamu?” Dia sekedar ingin memastikan. “Tentu saja! Humph! Walau itu dipaksa Tasbih Semestamu. Pokoknya kau berhutang budi padaku mengenai itu!” Suara tua kuno menggelegar di pendengaran Yao Chen. Tangan Yao Chen segera menutupi telinganya sebagai hal refleks saja, padahal sebagai kultivator, dia bisa menangani hal semacam itu tanpa harus menutup telinga. Apalagi suara Gao Long tidak menggunakan energi Qi. “Ah! Baiklah! Baiklah!” Yao Chen lebih baik tidak banyak berdebat dengan Gao Long. “Ya sudah, aku akan mencoba mempelajari jurus terbaru dari Tasbih Semesta.” Yao Chen bersiap-siap dengan kuda-kudanya. Tangan sudah membentuk segel tertentu. “Kau tak ingin kuajari jurusku?” Suara Gao Long bergema rendah, membawa nada bujukan. Mau tak mau, Yao Chen menunda gerakannya. “Apakah jurusmu sehebat yang diberikan Tasbih Semesta?” Yao Chen melirik ke manik transparan. “Sialan!” Gao Long k
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik
"Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan
Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka
Langit masih bersinar keemasan akibat kehadiran Kekaisaran Langit Abadi.Dari kapal udara raksasa yang melayang di atas kota, Tetua Bao Xu berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Jubah ungunya berkibar diterpa angin, matanya yang tajam menyapu kehancuran di bawahnya."Semua pihak, tinggalkan Kota Seribu Dewa segera!" suaranya menggema, mengandung tekanan yang membuat udara terasa lebih berat.Yao Chen mengepalkan tinjunya. Lagi-lagi aku dihentikan.Namun, dia paham perintah ini bukan sekadar gertakan. Bao Xu bukan orang yang bisa ditentang begitu saja.Di sisi lain, Kaisar Merah, pria bertopeng yang nyaris tidak pernah menunjukkan ekspresi, hanya mendongak ke arah kapal. Sejenak, seakan dia sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu, dengan gerakan santai, dia melangkah mundur."Aku akan pergi," katanya dengan nada ringan. "Tapi pertemuan kita belum selesai, Gongsun Yichen."Matanya, meskipn tersembunyi di balik topeng, seakan menembus ke dalam jiwa Yao Chen.Dalam sekejap, tu
Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"
"Bersiap saja kalian berpindah alam!" Senyum seringaian Yao Chen semakin lebar. Angin kencang bertiup liar saat aura gelap yang menguar dari tubuh Yao Chen semakin menggila. Tanah di sekitarnya merekah, retakan hitam menyebar bagaikan jaring laba-laba. Tubuhnya masih dikelilingi energi hitam pekat dari mode Asura Gelap, dan matanya bersinar merah darah, penuh kegilaan.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri di udara, jubah emas mereka berkibar.“Kau benar-benar sudah melewati batas, Yao Chen,” ujar Gongsun Huojun, ekspresinya tetap tenang, tapi auranya membumbung tinggi, menekan seluruh area.“Kalian pikir bisa menghentikanku?” Yao Chen menyeringai, lalu mengangkat tangan kanannya ke langit. Petir hitam menggelegar di atasnya, berkumpul membentuk pusaran energi yang mencekam.Dalam sekejap, dia mengayunkan tangannya ke bawah.BRUUUUM!!!Gelombang petir hitam menghantam tanah, menciptakan ledakan dahsyat! Puluhan bangunan pasar malam hancur berkeping-keping, dan tanah bergetar heb
Pria itu menyeringai. “Di dunia ini, kekuatan yang menentukan segalanya, bukan tempat atau keadaan.”Tanpa aba-aba, salah satu anggota sekte melesat dengan kecepatan tinggi, tinjunya mengarah langsung ke wajah Yao Chen!Dhaarrr!Yao Chen mengangkat lengannya dengan santai dan menahan pukulan itu. Angin ledakan dari benturan itu menghancurkan kios-kios di sekitar mereka. Lalu, dengan gerakan cepat, dia memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras ke perut lawannya.Bruakk!Pria itu terpental menghantam tembok batu, retakan besar terbentuk di sekelilingnya sebelum dia jatuh tersungkur.“Kurang ajar!”Dua orang lainnya langsung menyerang bersamaan. Yang satu menggunakan pedang panjang berwarna ungu, sementara yang lain menghunus tombak dengan ujung berkilauan energi petir.Klang!Pedang itu berkelebat dengan kecepatan luar biasa, tetapi Yao Chen menghindarinya dengan langkah gesit.Tombak petir menyambar ke arahnya, tapi dengan telapak tangan kosong, Yao Chen menghantam tombak itu de