“Dia … kenapa dia bisa melakukan hal yang biasanya dilakukan guru besar kita?” Banyak orang terpana dengan Yao Chen yang mampu membuat tungkunya terangkat dan berputar.Dengan begitu, pandangan mereka ke Yao Chen segera saja berubah. Bahkan murid-murid Ao Lung mulai ciut, termasuk pria berkumis tebal. Tapi, tentu saja masih ada yang menyemangati.“Ayo, Wang! Jangan terkecoh tindakannya!” Pria berwajah persegi berseru menyemangati juniornya. “Dia hanya sekedar bermain akrobat! Belum tentu pilnya sukses seperti buatanmu!”Setelah itu, murid Ao Lung lainnya juga ikut berteriak menyemangati adik junior mereka. Karenanya, rasa percaya diri pria berkumis tebal kembali timbul setelah redup beberapa waktu lalu.“Hmph!” Yao Chen menembakkan api lebih banyak ke tungkunya dan itu seolah menelan seluruh tungku.Pemandangannya sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan untuk siapa pun yang melihat.“Itu … tungkunya tak akan meledak, ‘kan?” Orang mulai khawatir.“Apakah kita perlu bersiap-siap lari j
“Ah, kau lagi, anak muda!” Tetua Zheng menyapa Yao Chen setelah dia berjalan lebih dekat.Banyak orang bertanya-tanya dalam suara perlahan, kenapa Guru Besar di Paviliun Obat seakan sudah mengenal Yao Chen?“Salam untuk Tetua Zheng.” Yao Chen melakukan salam soja yang lebih pantas dengan merundukkan sedikit punggungnya sembari kedua tangan terkepal.Melihat tak adanya tanda-tanda kemarahan di wajah Tetua Zheng, ada perasaan tak nyaman di hati Ao Lung.“Ya, ya, ya. Kau selalu saja menggemparkan di mana pun, anak muda.” Tetua Zheng menepuk bahu Yao Chen.Banyak orang di sana semakin penasaran hubungan Yao Chen dengan Tetua Zheng.“Ao Lung, katakan padaku, ini ada apa?” tanya Tetua Zheng.Mendadak namanya disebut, Ao Lung tersentak kecil dan berusaha mencari jawaban terbaik yang bisa dia pikirkan.“Ah, Direktur Zheng, kami hanya sedang melakukan pertandingan persahabatan antara murid saya dengan Tuan Muda Yao.” Ao Lung tidak bodoh untuk melihat bahwa Tetua Zheng menghargai Yao Chen.Oleh
“Bagaimana? Apakah kau tertarik bergabung dengan Paviliun Obat?” Suara Tetua Zheng menyudahi lamunan Yao Chen. Segera saja Yao Chen menoleh ke Tetua Zheng. Dia sudah menetapkan sikap. “Tentu saja tertarik, Tetua. Tapi saya tidak mau berada di bawah siapa pun. Tidak menjadi murid siapa pun. Saya ingin menjadi pribadi bebas dan sejajar di sini jika memang disetujui.” Inilah yang diinginkan Yao Chen. Tetua Zheng menatap sejenak pemuda pemberani itu. Mengatakan hal demikian padanya secara tegas tanpa takut, sungguh sebuah keberanian di mata Tetua Zheng. “Ha ha ha!” Tetua Zheng tertawa dan mengelus jenggot putihnya. “Kau benar-benar anak muda yang sangat bernyali. Untung saja kau memiliki kemampuan atau akan aku usir kau berani meminta hal demikian.” Yao Chen menelan saliva. Apakah sebenarnya Tetua Zheng tersinggung dengan permintaannya? “Maafkan jika saya tidak menutup-nutupi niat dan pemikiran saya mengenai Paviliun Obat, Tetua.” Yao Chen tentu harus melakukan soja agar meminimalis
“Me—Mendapatkan ruangan pribadi untuk tinggal di Paviliun Obat!” Kakek Yu terkagum-kagum.Ucapannya juga didengar banyak orang yang mengantri. Mereka saling berdiskusi dengan rekan masing-masing.“Kau dengar? Bocah remaja itu ternyata menjadi anggota istimewa di Paviliun Obat!”“Mana pernah seorang remaja diperlakukan demikian oleh Paviliun Obat? Baru dia saja, ‘kan?”“Jadi … dia bukan mata-mata negara Qing?”“Tentu saja bukan! Tak mungkin Paviliun Obat berani menerima seorang mata-mata, ya ‘kan?”Yao Chen menarik napas panjang mendengar kasak-kusuk mengenai dia.“Ya, benar. Aku mendapatkan lencana, jubah, dan juga ruangan pribadi untukku sendiri di Paviliun Obat.” Yao Chen tidak keberatan menyombongkan diri di depan Kakek Yu yang memang diperlakukan demikian.Mendengar pencapaian Yao Chen yang tergolong langka bagi remaja di sana, Kakek Yu semakin antusias ingin menjalin hubungan baik dengan Yao Chen.Orang seperti Yao Chen yang sangat berbakat di bidang alkimia dan memiliki koneksi
“Keluar! Atau aku akan ….” Yao Chen masih belum menemukan orang yang sedang bicara. “Atau apa? Ingin membunuhku? Ha ha ha!” Suara itu malah tertawa keras. Ada aura penindasan dirasakan Yao Chen seketika itu juga. Mendadak saja dadanya sakit. “Ayo kemari dan bunuh aku kalau bisa!” Suara itu menantang. “Atau aku akan meremas jantungmu sampai kau menggelepar.” Yao Chen segera memutar teknik pemulihan energi Qi agar sakit pada dadanya mereda. “Kau tak akan bisa—aduh!” Suara itu mendadak saja seperti terinterupsi sesuatu. Yao Chen merasakan ada yang bergolak di ruang dimensi jiwanya. Lekas saja dia kembali masuk ke sana. Ketika dia sudah di dimensi itu, dia melihat ada sebuah manik yang melayang rendah dan berwujud transparan dibandingkan lainnya. Manik itu sedang dihantam Qi petir dari manik lainnya. “Itu ….” Yao Chen ternganga heran sekaligus bingung. “Sejak kapan ada manik berisi makhluk di dalamnya? Janin?” Matanya tidak membohonginya. Di dalam manik transparan itu memang ada s
Mata Yao Chen membelalak. “Jadi … yang memberiku kekuatan fisik sehingga aku tak mudah lelah, itu … kamu?” Dia sekedar ingin memastikan. “Tentu saja! Humph! Walau itu dipaksa Tasbih Semestamu. Pokoknya kau berhutang budi padaku mengenai itu!” Suara tua kuno menggelegar di pendengaran Yao Chen. Tangan Yao Chen segera menutupi telinganya sebagai hal refleks saja, padahal sebagai kultivator, dia bisa menangani hal semacam itu tanpa harus menutup telinga. Apalagi suara Gao Long tidak menggunakan energi Qi. “Ah! Baiklah! Baiklah!” Yao Chen lebih baik tidak banyak berdebat dengan Gao Long. “Ya sudah, aku akan mencoba mempelajari jurus terbaru dari Tasbih Semesta.” Yao Chen bersiap-siap dengan kuda-kudanya. Tangan sudah membentuk segel tertentu. “Kau tak ingin kuajari jurusku?” Suara Gao Long bergema rendah, membawa nada bujukan. Mau tak mau, Yao Chen menunda gerakannya. “Apakah jurusmu sehebat yang diberikan Tasbih Semesta?” Yao Chen melirik ke manik transparan. “Sialan!” Gao Long k
Tetua Zheng mematung sejenak memandang Yao Chen sebelum akhirnya dia terkekeh. “Ha ha ha … benar-benar anak muda yang pemberani.” Kemudian, Tetua Zheng bangkit berdiri dari kursi besarnya untuk berjalan ke Yao Chen. “Kau harus berterima kasih pada bakatmu karena berani meminta hal sejauh itu.” Tetua Zheng berdiri di depan Yao Chen. Tak ingin terlihat gentar, Yao Chen menegakkan tubuhnya dan menatap Tetua Zheng. “Saya meminta sesuatu yang tidak bertentangan dengan moralitas masyarakat. Saya percaya Tetua pasti akan mengabulkannya.” Setelah itu dia memberikan soja hormat pada Tetua Zheng. “Ha ha ha!” Tetua Zheng yang biasanya terkesan dingin dan acuh tak acuh, bisa sedikit lepas ketika di hadapan Yao Chen. “Pemuda yang menarik! Sungguh menarik!” Atas kesetujuan Tetua Zheng, Yao Chen bisa merasa tenang mengenai keselamatan Nenek Xiu, karena dia tak ingin Kakek Yu terus saja mengganggu mengusik Nenek Xiu. “Aku akan memerintahkan asistenku untuk mengatur agar Nenek Xiu dan tokonya t
Dahi Yao Chen berkerut mendengar permintaan orang-orang kaya itu. “Kalian ingin ruanganku? Apakah orang tua kalian hanya mengajarkan cara merebut milik orang lain dengan sebuah rengekan?”Mendengar perkataan Yao Chen, tidak mungkin keempat anak bangsawan kaya tidak merasa geram.“Kau sampah!” Pria pengeluh sudah mulai mengumpulkan energinya di tangan dan bersiap meledakkannya ke Yao Chen.Namun, dari ujung lorong, melesat beberapa alkemis senior.“Tunggu dulu, Tuan Muda Su!” Salah satu dari mereka berseru sambil bergegas mendekat bersama rekan alkemis lainnya.Dikarenakan yang mengatakan adalah salah satu alkemis senior yang cukup terpandang di Paviliun Obat, maka pria pengeluh yang dipanggil Tuan Muda Su itu terpaksa meniadakan energi di tangannya.“Beruntung sekali kau. Aku urung membunuhmu di sini karena memberi muka ke Tuan Yan.” Tuan Muda Su bicara ke Yao Chen sambil berdiri tegak kembali, menarik kuda-kudanya.“Tuan Muda Su, Tuan Muda Leng, Nona Besar Jing, dan Nona Muda Bi.” Al