“Lalu … apa yang bisa saya lakukan untuk Xinxin?” tanya Yao Chen setelah dia yakin Nenek Xiu merupakan tabib. Nenek Xiu belum sempat menjawab karena Xinxin sudah berbicara lebih dulu, “Kakak, jangan … jangan merepotkan lagi … dirimu untukku ….” Dia berbicara penuh perjuangan di sela-sela rasa sakit di setiap tarikan napasnya. “XInxin!” Yao Chen menggenggam tangan mungil Xinxin. Ketika Yao Chen menatap Nenek Xiu untuk meminta Xinxin disembuhkan, Nenek Xiu menggeleng lemah memberikan isyarat bahwa kondisi Xinxin sudah fatal dan tak bisa lagi dipulihkan. Memahami isyarat Nenek Xiu, Yao Chen mengepalkan tangannya, ingin sekali mendatangi Janda Wei dan anaknya untuk dia beri pelajaran! “Kakak, aku sangat bahagia … karena sudah mengenal Kakak yang baik padaku … aku pasti tidak akan melupakan Kakak meski … aku menjadi arwah sekalipun. Terima kasih untuk … makan enaknya … terima kasih … Kakak … Nenek … kalian orang baik ….” Usai mengucapkan itu secara tersendat-sendat, Xinxin pun menghem
“Kenapa, Tuan Yao?” Nenek Xiu bertanya dari samping setelah mendengar bisikan bernada geram dari Yao Chen. “Dia Janda Wei, putrinya yang membunuh Xinxin.” Kemudian Yao Chen menceritakan secara singkat yang terjadi dengan Xinxin malam itu. “Oh, rupanya demikian.” Nenek Xiu manggut-manggut paham. Sementara itu, di toko masih terjadi dialog alot antara Janda Wei dan pegawai. “Kubilang aku punya uang! Sebut saja berapa, aku akan membayarnya dengan keping emasku yang banyak ini!” Janda Wei mendelik ke pegawai toko. “Maaf, Nyonya, meski Anda memiliki jumlah keping emas yang sebanding dengan harga 15 pil, tetap saja kami sudah menerapkan kebijakan 1 orang maksimal membeli 5 butir pil level Sempurna kami.” Pegawai toko menjawab dengan sangat sopan. Nenek Xiu sangat menekankan pada semua pegawai tokonya agar melayani pembeli sesabar dan sesopan mungkin. “Mana pemilik di sini? Biarkan aku menemui Nenek Xiu!” Janda Wei makin bersemangat akibat keinginannya ditolak. Sementara itu, ada ban
“Mulutmu busuk!” seru Yao Chen dengan marah. Saking kesalnya dengan ucapan orang itu, Yao Chen mengumpulkan energi Qi di telapak tangan dan menampar pria tadi yang merupakan orang yang berkata kasar padanya di toko obat Kakek Yu. Meski orang itu sudah di Tingkat 3 level Akhir, namun tamparan Yao Chen berhasil membuatnya terpelanting. “Kakak Xiong!” Rekan pria itu menyeru kaget dan membantu Xiong berdiri. Marah atas tindakan Yao Chen pada rekannya, mereka mulai mengeroyok Yao Chen. “Tak tau diri!” geram Yao Chen sambil memberikan pukulan ke semua dari mereka hingga orang-orang itu terpental keluar toko. Orang-orang Kakek Yu mengerang kesakitan di jalan sambil berusaha berdiri. Mereka heran kenapa ada remaja yang begitu kuat hingga bisa memukul mereka, padahal basis kultivasi mereka dan Yao Chen sama-sama di Tingkat 3. Pegawai arogan yang sempat berkonflik dengan Yao Chen, segera saja melarikan diri, sedangkan rekan lainnya saling mendukung berdiri. “Kau bocah kurang ajar!” mak
“ Nyonya Xiu tentu saja ingin agar warga kota kita ini terjamin kesehatannya, bukan? Tentu Nyonya tak keberatan menghubungkan aku dengan orang berbakat yang membuat pil Sempurna itu,” imbuh Peng He tanpa tau malu. Raut wajah Nenek Xiu menunjukkan keterkejutan meski hanya sesaat setelah mendengar permintaan Peng He yang terkesan memaksa. “Bisa-bisanya kau ingin merebut pemasok pil Nenek Xiu?” Yao Chen sudah tak bisa menahan lidahnya dan mengucapkan apa yang ingin meledak di kepalanya sejak tadi. Peng He menoleh ke Yao Chen dan segera meremehkannya setelah melihat Yao Chen hanyalah remaja belia yang terlihat aneh dan berdiri seperti tukang pukul Nenek Xiu. “Kau! Tidak sopan berbicara seperti itu ke Tuan Peng!” bentak Kakek Yu memarahi Yao Chen. “Bocah ingusan sepertimu seperti tak pernah mendapatkan ajaran orang tua saja. Bahkan kau tak layak membawakan sepatu Tuan Peng!” Mata Yao Chen mendelik sengit ke Kakek Yu. Namun, Nenek Xiu malah tersenyum dan mencegah Yao Chen berbicara lagi
“Apa .. apa kau bilang? Kau … kau pemasok pil … level Sempurna?” Pegawai arogan Kakek Yu sampai melongo dengan mata terbelalak lebar usai mendengar seruan Yao Chen. Jangankan dia, semua orang di sana juga ikut terkejut. Selama ini mereka membeli dan berebut pil yang dibuat remaja itu? “Tidak mungkin! Mana mungkin kau membuat pil level Sempurna? Kau masih terlalu muda!” protes Kakek Yu. Tatapan mata tajam Yao Chen teralih ke Kakek Yu dan dia berkata, “Memangnya orang muda tak boleh membuat pil level Sempurna? Aturan dari mana itu?” Kakek Yu sampai tak bisa berkata-kata. “Memang dia pemasokku. Aku sangat berterima kasih pada Tuan Yao yang telah menyelamatkan bisnisku ini.” Sekarang Nenek Xiu tidak lagi memiliki kewajiban menutupi identitas Yao Chen sebagai alkemis. Penonton semakin kasak-kusuk. Diskusi mereka sampai menimbulkan suara dengung bagaikan ada ribuan tawon di sana. “Kau … kau sungguh yang membuat semua pil level Sempurna di toko ini?” Kali ini Peng He yang bicara. “Y
Janda Wei tertegun mendengar ucapan Yao Chen sebelum akhirnya dia berteriak, “Kau! Kau sudah mencelakai putriku dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab? Master Pil apaan kau ini?! Tak ada gunanya kau dengan statusmu itu!” Yao Chen meradang. Sepertinya dia sudah tak bisa menahan dirinya lagi. “Putrimu sudah membunuh Xinxin! Seorang kultivator Tingkat 4 seperti putrimu dengan teganya memukul keras bocah 8 tahun yang tak punya ilmu kultivasi. Kalau sekarang putrimu dalam kondisi sekarat, mungkin itu karma dari semesta!” Yao Chen berbicara tegas dengan suara keras, menyebabkan Janda Wei terhenyak. Tapi ucapan Yao Chen kian menyulut api kebencian Janda Wei. Maka, dengan sengitnya dia maju dan hendak memukul Yao Chen. Namun, tindakannya dicegah Peng He yang bergegas maju menangkis pukulannya dan malah orang dari Paviliun Obat itu memberikan pukulannya ke dia. “Argh!” Janda Wei terlontar ke belakang hingga menabrak pintu akibat pukulan Peng He. Dia memuntahkan seteguk darah. “Beranin
Karena keinginan merekrut Yao Chen begitu kuat, maka Ao Lung mengangguk setuju. “Aku akan membawamu ke sana untuk melihat-lihat.” Meski berminat pada bakat Yao Chen, Ao Lung masih mempertahankan sikap tingginya sebagai alkemis. Dia yang merupakan alkemis kelas 4, tentu tak mudah menunjukkan minatnya untuk menjaga wibawa. Setelah berpamitan sejenak dengan Nenek Xiu, Yao Chen pergi ke Paviliun Obat. ‘Hm, tempatnya megah begini. Aku yakin ini gedung paling bagus di Kota Air Tenang jika memang perkumpulan alkemis sangat dihormati di sini.’ Yao Chen menatap sekelilingnya. Sebuah tempat dengan langit-langit tinggi di setiap ruangannya dan semerbak bau obat yang membuat perasaan seseorang tentram dan terkadang menimbulkan gejolak di kolam dantian, sungguh sebuah pengalaman unik ketika memasuki gedung tempat para alkemis berkumpul. “Kita ke ruanganku saja.” Ao Lung membuat pengaturan. Ketika mereka hendak ke ruangan Ao Lung, mereka berpapasan dengan rombongan kecil pria-pria yang terlih
“Dia … kenapa dia bisa melakukan hal yang biasanya dilakukan guru besar kita?” Banyak orang terpana dengan Yao Chen yang mampu membuat tungkunya terangkat dan berputar.Dengan begitu, pandangan mereka ke Yao Chen segera saja berubah. Bahkan murid-murid Ao Lung mulai ciut, termasuk pria berkumis tebal. Tapi, tentu saja masih ada yang menyemangati.“Ayo, Wang! Jangan terkecoh tindakannya!” Pria berwajah persegi berseru menyemangati juniornya. “Dia hanya sekedar bermain akrobat! Belum tentu pilnya sukses seperti buatanmu!”Setelah itu, murid Ao Lung lainnya juga ikut berteriak menyemangati adik junior mereka. Karenanya, rasa percaya diri pria berkumis tebal kembali timbul setelah redup beberapa waktu lalu.“Hmph!” Yao Chen menembakkan api lebih banyak ke tungkunya dan itu seolah menelan seluruh tungku.Pemandangannya sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan untuk siapa pun yang melihat.“Itu … tungkunya tak akan meledak, ‘kan?” Orang mulai khawatir.“Apakah kita perlu bersiap-siap lari j
“Ayo!” seru Yao Chen sambil mempersiapkan serangannya.Suasana berubah mencekam. Jin Ying Shi Yao, si Panglima Gurun, mengepakan sayap elang raksasanya, membuat badai pasir mengamuk di sekitar mereka.Tubuhnya yang kekar, kepala singanya yang ganas, dan mata kuning menyala itu benar-benar memancarkan aura buas.Yao Chen mengencangkan cengkeraman pada pedang merahnya, napasnya berat."Dia ... tingkat 14 awal!" desis Yao Chen dalam hati. "Bahkan lebih kuat dari banyak tetua sekte!"BUUUMM!Jin Ying Shi Yao menerjang, cakarnya mengoyak udara, mengarah ke dada Yao Chen. Kecepatan dan kekuatannya membuat tanah bergetar.CLANG!Yao Chen menangkis, namun terpental mundur sejauh belasan langkah. Tanah di sekitarnya retak, debu berhamburan."Anak kecil! Berani menghalangi Panglima Gurun?!" Jin Ying Shi Yao meraung. Suaranya bergemuruh seperti guruh di tengah badai.Yao Chen mengertakkan gigi. Darah dalam tubuhnya bergolak. Tanpa ragu, dia mengerahkan lima elemen sekaligus — Api, Air, Tanah, An
“Sepertinya kita terpisah dari Lian Lian dan Nona Sheng.” Yao Chen memiliki pemahaman demikian. “Ayo, Putri Suci. Kita tetap harus berjalan maju untuk keluar dari sini.”Yao Chen dan Putri Suci menelusuri Gurun Cakrawala Merah dengan langkah terseok.Debu berterbangan, panas menyengat dari tanah yang merekah. Setiap hembusan angin membawa aroma darah dan kematian yang memuakkan.Baru beberapa li berjalan, Yao Chen melihat samar-samar bayangan bergerak di kejauhan. Dia menyipitkan mata."Itu ... rombongan caravan!" seru Yao Chen.Putri Suci juga melihatnya. Beberapa kereta besar yang ditarik oleh binatang buas gurun melintas perlahan, dikawal beberapa pengawal bersenjata.Tanpa pikir panjang, Yao Chen dan Putri Suci mempercepat langkah. Begitu dekat, salah satu pengawal caravan menegur mereka dengan curiga."Siapa kalian?!"Yao Chen segera mengangkat kedua tangannya, menunjukkan mereka tak bersenjata."Kami tersesat. Tolong izinkan kami ikut bersama kalian menuju kota," kata Yao Chen.
“Kau pikir kau bisa pergi seenaknya?!” seru sosok kuat itu. Dia mengerahkan energi Qi besar untuk membuka paksa lorong dimensi.Gongsun Weiyan tidak membiarkan itu terjadi dan dia menggunakan sisa kekuatan terakhirnya untuk menerjang ke sosok kuat tadi.Terjadi pertarungan sengit antara mereka. Hingga akhirnya jubah yang menutupi sosok kuat itu pun tersingkap dan terkuak dengan jelas penampilannya.“Ka-Kaisar Iblis Langit?” Gongsun Weiyan tercengang.Kakek tua itu sudah tersungkur di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya dan darah termuntahkan dari mulut saat dia terbatuk.Sosok yang dinyatakan sebagai Kaisar Iblis Langit itu menatap nyalang ke Gongsun Weiyan dengan mata merah menyala.“Semut tua sepertimu masih ingin bertingkah di hadapanku?! Hrkhh!”Kaisar Iblis Langit menggerakkan tangan yang berselimutkan energi gelap dan kuat. Dia mengarahkannya ke Gongsun Weiyan.Tubuh lemah Gongsun Weiyan akhirnya terbungkus energi gelap tersebut.“Krrkhhh! Arkkhh!” Gongsun Weiyan berjuang untu
“Chen’er! Jangan!” Mendadak muncul Gongsun Weiyan, kakeknya.Dia mencegah Yao Chen untuk maju ke sosok misterius yang sedang bertarung sengit dengan Gongsun Huojun.“Aku akan selamatkan ayahku!” seru Yao Chen geram karena dihalangi.Gongsun Weiyan menggeleng tegas. “Ayahmu sedang berjuang agar kau bisa lekas pergi dari sini. Hargailah perjuangannya!”Yao Chen menatap nanar ke kakeknya. “Bagaimana mungkin aku—““Chen’er! Pergi!” teriak Gongsun Huojun dari kejauhan. “Arrghh!”Sosok kuat itu kini memelintir pinggang Gongsun Huojun dan tertawa mengejek. “Bocah, kau yakin tak ingin memberikan pedangmu itu padaku? Kau lebih suka melihat ayah dan sektemu hancur? Apa kau setega itu?”Yao Chen menggertakkan gerahamnya penuh amarah. Meski dia baru beberapa bulan tinggal di Tanah Suci, tapi dia sudah memiliki ikatan dengan tempat ini. Tanah Suci, tak bisa disangkal lagi adalah tanah kelahirannya.Dan kini orang-orang harus menerima beban penderitaan akibat dirinya yang harus pergi?“Chen’er! Per
“Ah, kau akhirnya muncul … pewaris Kaisar Manusia!”Suara itu bergema bagai dentang genta langit. Seketika, semua pandangan—baik dari para tetua, penjaga, hingga para murid yang berlindung—beralih ke sosok muda yang berdiri di langit dengan Pedang Keseimbangan berdengung rendah di tangannya.Yao Chen menegang.“Apa maksudnya… pewaris Kaisar Manusia?” gumam salah satu tetua dengan wajah pucat.“Pedang itu… Itu Pedang Keseimbangan! Legenda yang dikatakan telah hilang selama ribuan tahun…” ucap salah satu tetua, terhuyung mundur. Matanya tak bisa lepas dari bilah pedang besar yang memancarkan aura agung.Sosok misterius berjubah hitam menatap Yao Chen dengan mata menyala merah, senyumnya tipis dan mengerikan.“Aku tidak ingin membuat ini menjadi pertumpahan darah, anak muda,” katanya sambil melayang turun, kedua tangannya terbuka seolah ingin menyambut. “Serahkan padaku Pedang Keseimbangan, dan aku akan memberimu kekayaan, kekuasaan, bahkan sebuah wilayah kekaisaran kalau kau mau. Kau ta
Dhuaarrr! Dhuaarrr! Dhuaarrrrr!“Apa itu?!”Tiga ledakan keras mengguncang langit malam, menggema ke seluruh penjuru Tanah Suci Istana Dewa. Angin bergemuruh, lentera-lentera spiritual yang menggantung di sepanjang paviliun mulai padam satu per satu.Suasana yang tadinya hangat dan menggoda di kamar pribadi Yao Chen seketika berubah dingin dan mencekam.Yao Chen langsung membuka matanya, mendorong tubuh Sima Honglian yang menindihnya secara lembut, dan bangkit dari tempat tidur. Matanya menyipit menatap jendela yang berguncang hebat.“Ada serangan!” desisnya.Sima Honglian dengan sigap berganti dengan jubah lengkap warna merah dan hitam. Di sisi lain, Putri Suci dan Sheng Meiyu turut mengenakan baju mereka, wajah kedua wanita itu masih memerah, tapi kini berganti dengan rona khawatir.“Aura macam apa ini …?” gumam Sheng Meiyu, napasnya tercekat.Yao Chen melangkah ke balkon kamar di lantai tujuh. Dari sana, pandangannya tertumbuk pada langit yang kini berwarna merah darah.Awan gelap
“Perhatikan dengan baik apa yang akan aku lakukan. Ini pelajaran bagus untuk kalian.” Sima Honglian berkata pada dua madunya sebelum dia menurunkan celana tidur Yao Chen.Alangkah tegangnya Yao Chen ketika celana tipis warna putihnya diturunkan oleh istri pertamanya. Tapi ini bukan tegang pada area tertentu, melainkan tegang perasaan.Seumur hidupnya di Bumi, dia hanyalah pemuda lugu yang ramah, tapi pemalu jika itu berkaitan dengan wanita.Selama ini yang berhasil menggugah gairahnya akan wanita hanyalah Sima Honglian. Dengan Zhuge Ling pun itu merupakan keterpaksaan atas keinginan mendiang sang putri ketua Sekte Bilah Langit.“L-Lian Lian ….” Yao Chen menatap Sima Honglian.“Tenang saja, suamiku. Aku melakukan ini untuk kebaikanmu dan mereka. Tolong perlahan saja dengan mereka yang baru pertama kali ini dengan pria,” sahut Sima Honglian seraya mengedipkan satu mata dengan jenaka.Menelan salivanya, Yao Chen pun berusaha setenang mungkin. Gejolak perasaannya berusaha diredam. Dia har
“Lian Lian, kurasa mereka masih canggung.” Yao Chen mengawali bicara ketika mereka sudah berada di atas pembaringan besar dan luas.Oleh Gongsun Huojun, pembaringan itu sengaja disediakan agar mampu menampung mereka berempat dalam aktivitas intim malam ini.Yao Chen bertanya-tanya, apakah ayahnya juga memiliki pembaringan semacam yang dia miliki saat ini? Jika menilik Gongsun Huojun yang tidak lagi memiliki istri, kemungkinan itu ada.“Hi hi! Chen, tentu saja mereka masih canggung. Oleh karena itu, tugasmu membimbing mereka, bukan?” Sima Honglian tertawa kecil sambil mengerling nakal ke suaminya.Sebagai istri pertama, dia termasuk begitu murah hati membiarkan suaminya akan menikmati dua istri lainnya di depan mata.“Errr… Lian Lian, bagaimana jika dimulai dari kau dan aku terlebih dahulu?” Yao Chen mengungkapkan sarannya.Sejujurnya, dia tidak menginginkan wanita lainnya selain Sima Honglian di kamar saat ini. Tapi karena tuntutan keadaan dan harus bisa menjaga perasaan dua istri lain
“Istri yang kuinginkan untuk menemaniku malam ini ….” Yao Chen menelan ludahnya pelan.Tatapan Gongsun Huojun yang penuh selidik membuatnya semakin canggung. Dia melirik tiga istrinya yang berdiri anggun dalam balutan gaun pengantin merah.Yao Chen gelisah dan membatin, ‘Ya ampun, bisakah aku bersama Lian Lian saja? Aku butuh bersama Lian Lian.’Di hatinya, dia lebih menginginkan bersama Sima Honglian ketimbang dua lainnya karena dia lebih terbiasa dan nyaman dengan sang istri pertama.Selain itu, cintanya sudah habis pada Sima Honglian.Sementara, Sima Honglian dengan senyum menggoda dan tatapan yang penuh pengalaman, berdiri santai dengan anggun.Putri Suci menunduk malu, namun aura bangsawannya tetap memancarkan keanggunan.Sedangkan Nona Sheng, meskipun tersipu, tetap mempertahankan sikapnya yang sedikit arogan, seperti enggan mengakui kegugupannya.“Jadi? Pilihanmu, Chen’er?” Gongsun Huojun kembali bertanya, jelas menikmati kesulitan yang dihadapi Yao Chen.Yao Chen menarik napas