Home / Rumah Tangga / Derita Pernikahan Paksa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Derita Pernikahan Paksa: Chapter 21 - Chapter 30

87 Chapters

part 21 pria misterius

"Kau?..."Suara berat seakan menusuk telinga. Vivian perlahan menatap wajah pemilik kaki tersebut. Dia menengadah melihat wajah manusia yang mengucapkan kata tersebut.Ketika bola matanya menangkap wajah manusia didepannya, tampak sosok pria jangkung tengah mengerutkan kening menatap Vivian. Dengan wajah penuh dengan goresan warna tak beraturan, terlihat menyeramkan seakan siap membunuh siapa pun di depannya.Sontak melihat sosok tersebut, Vivian terkejut hingga mundur beberapa meter. Dia terpejam, tersentak dengan sosok wajah menakutkan itu, bahkan Vivian hampir menjerit keras di depan kakinya tanpa memikirkan apa pun. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba sesak di dada dia rasakan kembali. Rasa sesak yang membuat wanita itu mengetuk dada untuk beberapa kali.“Hey kau kenapa?” tanya pria tersebut cemas.Vivian memalingkan arah pandang. Rasa sesak di dadanya ternyata telah mengambil semua alih fokusnya.“Dadaku... Kenapa... Kenapa begini?” heran Vivian pada dirinya sendiri.Melihat wanita d
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

part 22 pelayan baru

“Kau menungguku hanya untuk mendengar maaf?” tanya Vivian sembari menaikkan sebelah alis.“Ya, seperti itulah,” jawab pria tersebut dengan nada santai.Jelas Vivian kecewa mendengar jawaban itu. Dia membalikkan bola mata merasa salah kira sikap diamnya tadi sebagai bentuk hati nurani.“Perhatikan wajahmu, kau bisa memutus persahabatan hanya karena ekspresi itu,” ucap pria itu tiba-tiba, dia langsung pergi dengan menggaet senjata di tangannya.“Kau...” Vivian berbalik memandang punggung pria yang semakin jauh itu.“Aku akan mengatakan namaku, jika kau membuang ekspresi itu,” teriak pria tersebut dari kejauhan sembari memberi isyarat perpisahan dengan mengacungkan sebelah tangan.“Hah?” Vivian menyibak rambut dengan asal setelah mendengar kalimat terakhir yang dia dengar. Bukankah kalimat tersebut memiliki arti bahwa mereka akan bertemu lagi? Itulah yang sempat Vivian pikirkan, dan kalimat tersebut jelas terus-menerus wanita itu pikirkan.....DI VILA...Siang yang cerah telah mengembal
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

part 23 aku sudah berusaha!

Sontak Vivian menatap Sunny serius. Wajah mengerucut langsung tertuju pada pelayan baru tersebut. "Sunny, sepertinya perbincangan kita sudah selesai, kau tahu kan di mana kamarmu?" "Tahu nona," sahutnya. "Baiklah, aku pergi dulu, nanti kita lanjutkan pembicaraan tadi." Vivian berdiri meninggalkan Sunny dan para pengawal, dia langsung pergi menuju dapur di mana Moa sering berada. "Jika seandainya aku menemukan penyebar kabar burung itu di rumah ini, aku harus menggunakannya sebaik mungkin." ... Tak berselang lama Vivian menemukan orang yang tengah dia cari. Terlihat Moa sedang mengobrol bersama Lin dengan raut serius. Perbincangan yang tampak memerlukan perhatian khusus dari mereka. "Moa," panggil Vivian. Mendengar panggilan tersebut, keduanya menoleh. "Maaf Moa, kau punya waktu sebentar?" Moa melihat Lin sekilas dan langsung mendekati nona mudanya. "Baik nona ada yang perlu saya bantu?" Lantas Vivian menarik pergelangan tangan Moa, membawanya menuju tempat yang lebih sunyi
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

part 24 sandiwara pertama

Seketika perbincangan mereka terhenti. Melihat tangan Vivian bergetar, membuat Justin urung untuk melanjutkan pembicaraan. "Tolong jaga Tuan untuk malam ini, aku ada di bawah." Setelah meninggalkan kalimat tersebut Justin langsung menghilang. Sekilas Vivian melihat suaminya terbaring di atas ranjang. Terlihat tenang dan damai. Akan tetapi di balik pikiran tersebut, Vivian tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya kala Max terbangun. Wajah malaikat itu sungguh membuat orang keliru akan sikap sesungguhnya dari pria itu. .... Keesokan hari... Pagi menjemput. Suara samar-samar terdengar bergemuruh di sekitar pria yang baru saja terbangun. Max, pria tersebut baru saja membuka mata kala suara senapan terdengar samar di telinganya. Lantas dengan kepala yang masih berdenyut, Max perlahan melangkah sambil memijat pelipis, mendekati jendela yang sudah terbuka. Di lihatnya burung-burung beterbangan di tengah hutan sana. Tempat yang cukup jauh untuk dapat mendengar suara tersebut sampai ke Vi
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

part 25 pesta ulang tahun

Matahari terbit kembali. Di pagi yang cerah, Vivian sedang berias dengan ditemani Moa, Sunny dan dua perias lainnya.Sembari dirias, Vivian menatap cermin. Wanita itu terlihat melamun, kali ini dia harus berpura-pura bukan hanya di hadapan Sunny tapi jauh dari itu dihadapan banyak orang dan di suatu tempat yang tak pernah bisa Vivian bayangkan.Wajah kecil telah dirias. Terlihat cantik namun manis, dengan mengenakan coktail dress dipadukan dengan rambut low updo terlihat sangat serasi bagai putri bangsawan di negeri ini."Nona anda sangat cantik hari ini," puji Moa."Benar, wajah anda benar-benar cantik," puji salah satu perias."Tuan pasti akan terpesona, saya sangat menunggu Tuan mengaga saat melihat Nona," timpal Sunny.Vivian menyergit mendengar pujian terakhir. Ingin wanita itu tertawa hina, namun Vivian tidak bisa melakukannya sebagaimana yang telah tertulis dalam perjanjian."Sunny kau terlalu berlebihan," timpal Vivian."Tapi anda memang sangat cantik Nona," puji Sunny lagi.V
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

part 26 kabur

Max terdiam ditempat, pecahan kaca berserakan tepat di kakinya. Ada seorang wanita berambut lurus sebahu tengah diam di depan Max."Tuh kan Kakak membuat semua orang melihat kita," ucap seorang gadis bernama Ruby."Tutup mulutmu!" geram Max pelan, pria itu tak mampu mengendalikan ekspresinya.Lantas dia langsung menjauh pergi, dengan hentakan di setiap langkahnya, menandakan kemarahan membuncah tak terkendali.Para tamu langsung berbisik dengan topik yang sama. Jun dari kejauhan terlihat kesal dengan ulah putranya, dan tak berselang lama Lin datang menarik Vivian keluar dari kerumunan.Di luar Hotel, Lin telah mempersiapkan mobil untuk kepulangan sang nona."Nona harus segera pulang, tuan telah pulang terlebih dahulu bersama Justin," ucap Lin.Lantas Vivian memasuki mobil, dia sama sekali tak ingin mengetahui apapun tentang suaminya itu. Entah mengapa Vivian tidak merasa senang saat Max mendapat masalah tadi, dia semakin khawatir dengan dirinya sendiri, kepulangan kali ini apakah akan
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

part 27 siapakah yang akan mati

Sore telah tiba, Vivian berencana untuk pulang setelah amarah Max mereda. Angin berembus semakin kencang, rambut yang tertata telah tergerai begitu saja, pakaiannya kotor akibat duduk pada dedaunan, dan di sore yang indah itu Vivian tak menemukan banyak pelayan berkeliaran, menandakan ada sesuatu yang telah terjadi.Vivian melihat Lin dan Moa, mereka tampak murung, dan Sunny dia tidak terlihat dimanapun."Moa dimana yang lainnya?" tanya Vivian."Sunny dia sedang mengompres pipinya Nona," jawab Moa tertunduk."Dia kenapa?" "Itu... saya tidak bisa mengatakannya, saya harap anda menjauhkan diri dari tuan demi keselamatan anda," pinta Moa dia tampak mencemaskan Vivian.Disisi lain Vivian melihat jendela kamar Max, ingin rasanya dia menghilang saja dari muka bumi ini namun dia tahu masalah yang terjadi tetap tidak akan selesai dengan sendirinya, korban telah bertambah, target sasaran tidak lagi hanya Vivian."Aku akan menemuinya, kalian tetap berjagalah, apapun yang terjadi nanti persiapk
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

part 28 tamu tak diundang

Satu nyawa telah direncanakan akan melayang malam ini. Siapakah yang akan menjadi korban diantara mereka? Untung saja sebelum itu terjadi, Justin langsung menghentikan mereka, dia datang terburu-buru untuk melerai peristiwa besar itu terjadi."HENTIKAN!"Sepasang suami istri itu tak sedikitpun teralihkan, kegigihan untuk melenyapkan satu sama lain tak berkurang sedikitpun.Cekikan semakin kuat, Vivian langsung menyayat leher Max semampunya, sampai darah mengalir, Max baru melepas cekikannya.Darah bercucuran mengalir dari leher pria itu, segera Max menutup lukanya menggunakan tangan. Sementara itu Vivian terbatuk-batuk akibat nafas yang tertahan selama beberapa menit. Justin segera membawa Max menjauh sementara Vivian dibiarkan untuk sementara, mereka berdua tidak boleh disatukan bagaimanapun caranya....Justin melakukan penanganan pertama, dia membalut luka untuk menahan darah keluar semakin banyak. Setelah memanggil seorang dokter untuk datang, Justin menghela nafas berat, menjag
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

part 29 tentang Ella

"Berhenti!" Justin melerai. Max seperti ingin menghampiri Vivian untuk membuat keributan. Sama halnya dengan wanita itu, dia berniat kembali untuk menghadapi sang suami."Henry bawa dia!" Mendengar arahan itu, dengan wajah polos Henry segera membawa Vivian menjauh. Dia tidak tahu hubungan apa yang terjalin diantara pasangan suami istri itu, karena saat di pesta tak terlihat masalah sedikitpun dari keduanya....Vivian terhenti di taman belakang yang cukup jauh dari Vila, disana terdapat danau kecil dengan pepohonan rindang yang dihiasi lampu hias membuat suasana malam tak terlihat menyeramkan."Ada tempat seperti ini juga, luar biasa!" Henry terkagum-kagum, dia segera duduk ditepi danau sambil mendengarkan bisikan air yang menggelitik telinganya."Sini," Henry mengajak Vivian untuk duduk disampingnya.Pria itu tampak terpejam sambil merasakan sejuknya terpaan angin malam. Vivian duduk disampingnya masih dalam keadaan hati dibalut kesal."Ikuti aku seperti ini, kau akan merasa lebih te
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

part 30 karya abadi

Pagi telah menjemput, suara kicau burung berlantunan saling menyaut ditengah dinginnya angin fajar. Henry sejak pagi sudah berada ditepi danau, dia memainkan biola sambil menulis beberapa bait syair dalam buku catatan.Rambut hitam panjang tergerai, Henry sengaja tidak mengikat rambutnya, membiarkan terhempas oleh terpaan angin pagi. Bibirnya yang tipis tak serta merta diam, bait demi bait syair keluar dengan makna paling indah.Biola dimainkan menimbulkan suara yang menyejukkan. Disamping itu seorang wanita terlihat berlari dari kejauhan dengan menggaet tas yang sama seperti waktu kemarin."Vivian!" Panggil Henry, memberikan lambaian tangan.Merasa ada yang memanggil, Vivian terhenti, wanita itu menoleh, terlihat Henry sedang tersenyum melambai girang ke arahnya.Vivian hendak pergi, ada sesuatu yang harus dia berikan pada seseorang didalam hutan sana, namun saat dia pura-pura tidak mendengar, Henry semakin mengeraskan suaranya."Vivian!" dengan terpaksa, wanita itu menghampiri Henry
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status