Share

part 29 tentang Ella

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-21 10:29:18

"Berhenti!" Justin melerai. Max seperti ingin menghampiri Vivian untuk membuat keributan. Sama halnya dengan wanita itu, dia berniat kembali untuk menghadapi sang suami.

"Henry bawa dia!" Mendengar arahan itu, dengan wajah polos Henry segera membawa Vivian menjauh. Dia tidak tahu hubungan apa yang terjalin diantara pasangan suami istri itu, karena saat di pesta tak terlihat masalah sedikitpun dari keduanya.

...

Vivian terhenti di taman belakang yang cukup jauh dari Vila, disana terdapat danau kecil dengan pepohonan rindang yang dihiasi lampu hias membuat suasana malam tak terlihat menyeramkan.

"Ada tempat seperti ini juga, luar biasa!" Henry terkagum-kagum, dia segera duduk ditepi danau sambil mendengarkan bisikan air yang menggelitik telinganya.

"Sini," Henry mengajak Vivian untuk duduk disampingnya.

Pria itu tampak terpejam sambil merasakan sejuknya terpaan angin malam. Vivian duduk disampingnya masih dalam keadaan hati dibalut kesal.

"Ikuti aku seperti ini, kau akan merasa lebih te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Pernikahan Paksa   part 30 karya abadi

    Pagi telah menjemput, suara kicau burung berlantunan saling menyaut ditengah dinginnya angin fajar. Henry sejak pagi sudah berada ditepi danau, dia memainkan biola sambil menulis beberapa bait syair dalam buku catatan.Rambut hitam panjang tergerai, Henry sengaja tidak mengikat rambutnya, membiarkan terhempas oleh terpaan angin pagi. Bibirnya yang tipis tak serta merta diam, bait demi bait syair keluar dengan makna paling indah.Biola dimainkan menimbulkan suara yang menyejukkan. Disamping itu seorang wanita terlihat berlari dari kejauhan dengan menggaet tas yang sama seperti waktu kemarin."Vivian!" Panggil Henry, memberikan lambaian tangan.Merasa ada yang memanggil, Vivian terhenti, wanita itu menoleh, terlihat Henry sedang tersenyum melambai girang ke arahnya.Vivian hendak pergi, ada sesuatu yang harus dia berikan pada seseorang didalam hutan sana, namun saat dia pura-pura tidak mendengar, Henry semakin mengeraskan suaranya."Vivian!" dengan terpaksa, wanita itu menghampiri Henry

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Derita Pernikahan Paksa   part 31 cerita masa lalu

    Sore telah menjemput, waktu Henry menginap sudah selesai, dia harus pulang untuk mempersiapkan album barunya. Mobil telah siap, namun Henry terlihat seperti menunggu seseorang."Apa yang kau tunggu?" Tanya Max ."Dimana istrimu, ada yang ingin aku sampaikan," jawab Henry jujur sambil menyimpan sebelah tangan di atas mobil.Max terlihat marah, sudah jelas Vivian tidak akan datang ke tempat dimana ada Max disana."Cepatlah masuk." Justin langsung mendorong Henry masuk, lalu menutup pintu mobil dengan keras."Sialan," gerutu Henry kesal, tampaknya dia tak akan sempat memberikan sebuah pesan pada Vivian. Henry membuka kaca jendela lalu menarik Justin untuk mendekat."Tolong sampaikan pesan ini padanya," bisik Henry. Setelah pesan tersampaikan dia memberikan senyum tanda terimakasih.Justin tak peduli, lalu si pemusik itu melajukan mobilnya tanpa berlama-lama lagi.Di sisi lain Max membeku, dia sama sekali tak menunjukan ekspresi apapun. Max langsung berbalik menuju Vila tanpa mengucapkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Derita Pernikahan Paksa   part 32 kecelakaan

    Perjalanan berlangsung ramai, Ella dan Ruby berada di jok belakang, mereka tampak asyik berbincang kesana kemari tanpa tujuan.Setelah berhenti dimini market mereka menghabiskan waktu di taman bermain, banyak permainan yang mereka mainkan bersama dari mulai kincir, lempar bola, memancing dan lain sebagainya. Setelah puas, mereka akhirnya pulang, dan sebelum menuju rumah tempat pesta dirayakan, Ruby akan menemu Van terlebih dahulu untuk merayakan bersama."Papa, ke rumah Van dulu ya.""Baiklah, kencangkan sabuk kalian anak-anak."Di sore itu, jalanan tampak sepi. Ian, ayah Ruby, mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sementara Ella dan Ruby tertidur pulas, lelah setelah bermain.Namun, di tengah keheningan jalanan tersebut, muncul sebuah mobil dari arah berlawanan. Mobil itu melaju dengan kecepatan penuh di tikungan terjal, seolah-olah tak peduli dengan keselamatan. Dedi mencoba menghindar, namun terlambat. Mobil itu menabrak mobil mereka dengan keras, membuatnya terpental beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Derita Pernikahan Paksa   part 33 penyakit berat

    Setelah bercerita di Vila, Ruby merasa bosan. Vivian menghilang entah kemana, hanya pelayan saja yang berkeliaran kemana-mana."Moa apa Max tidak akan pulang?" tanya Ruby."Saya kurang tahu Nona," jawab Moa, pasalnya Max bukanlah orang yang terencana."Baiklah." Ruby benar-benar bosan, sebenarnya kedatangan dia kemari hanya untuk membuat keributan, namun tampaknya Max tak akan kembali entah sampai kapan."Justin, dia kemana?" tanya Ruby kembali."Tuan ada keperluan, mungkin tuan Justin tak akan kembali sampai malam," jawab Moa.Tak ada alasan lagi untuk Ruby tetap tinggal, daripada menghabiskan waktu dengan bosan, lebih baik dia menemui Sophie."Moa, tolong beritahu Justin dan Vivian aku pulang." Lantas Ruby segera mengemasi barang-barangnya lalu tancap gas pergi dari Vila menuju kediaman Windsor....Siang menjemput, Vivian sudah kembali dari hutan. Moa segera mendekati Vivian untuk memberikan sesuatu."Nona, apa anda sudah memakannya?" tanya Moa."Makan apa?" Vivian tampak bingung.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Derita Pernikahan Paksa   part 34 kepulangan Max

    Siang menjemput, Vivian harus kembali ke Vila. Saat itu angin bertiup kencang membuat Vivian kesusahan mengatur rambutnya. Sembari berjalan menikmati indahnya taman dan semerbak bunga yang memabukkan, tanpa diketahui sebuah mobil hitam datang lalu terhenti dipekarangan Vila.Vivian menoleh, menatap siapa yang akan datang ke vila untuk kesekian kalinya."Sekarang siapa lagi?" gumamnya pelan.Di kejauhan, terlihat sosok pria menapak perlahan dari balik pintu. Wajah tampan dengan kacamata hitam, tampak mempesona dengan rambut yang ditiup angin, menambah keanggunan pria itu.Max, melepas kacamata hitamnya. Kedua bola matanya segera menangkap sosok wanita di taman. Tanpa sengaja, mereka saling bertatapan, saling menatap satu sama lain dari jarak yang cukup jauh."Dia sedang apalagi disana." Entah mengapa Max selalu kesal saat Vivian bebas berkeliaran diluar.Vivian, dengan mata yang menyipit, tak melepas tatapannya. Begitu juga Max, dia tak mau kalah, membalas tatapan tajam dari sang istri

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Derita Pernikahan Paksa   part 35 rasa yang baru

    Vivian mendengarkan baik-baik setiap kata Max, dan benar saja firasat tidak nyaman itu berasal dari kalimat yang akan keluar dari mulut suaminya.Tanpa meninggalkan kata, Vivian langsung pergi keluar, membuat Max menaikan alisnya."Mau kemana?" tanya Max."Bukankah kau ingin dilayani, aku harus mempersiapkan pelayanan terbaikku," ucap Vivian dengan nada ramah namun terkesan sarkas.Setelah kepergian Vivian, Max menyeringai, menanti pelayanan terbaik sang istri."Dia mulai berani."...Di sisi lain, di ruang istirahat pemotretan, Laura sedang menggigit ibu jari sambil melototi ponsel. Disana terpampang cek list dua berwarna abu menandakan tak ada balasan apapun setelah dua jam pesan tersampaikan. Tak seperti biasanya, sang kekasih menjawab sampai terlambat seperti itu hingga membuat Laura cemas.Tiba-tiba pintu terbuka, lalu datanglah seorang pria dengan dua roti di tangannya. Sontak membuat Laura membalik arah."Kau belum makan kan?" tawar Jill, dia adalah manager Laura.Laura menerim

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Derita Pernikahan Paksa   part 36 gunting kuku

    Siang telah menjemput, Vivian akan kembali menuju Vila. Langkah demi langkah menapaki rumput di taman, sambil mencium harum bunga, tanpa wanita itu sadari seseorang di bangku taman tengah duduk, menatapnya dengan lekat."Kau darimana saja?" tanya Max ramah, Vivian lihat kehadiran Sunny, dan benar saja di sudut sana pelayan pribadinya itu sedang mengintai mereka."Aku hanya berkeliling sebentar untuk berolah raga," jawab Vivian dia langsung mengerti skenarionya.Max tersenyum lalu beranjak sambil mendekatkan wajahnya ke telinga sang istri "bukankah seharusnya kau perlu menjelaskan dengan jelas? apakah kau butuh ruang untuk kita berdua?" bisik Max diakhiri seringai tipis."Dan penilaianku untuk pelayananmu...sangat buruk." Vivian hanya bisa menunduk, kali ini dia memang salah, pergi tanpa izin jelas tidak mencerminkan perilaku seorang istri yang baik."Ayo kita kembali, ada sedikit kejutan untukmu," ajak Max sambil menjauhkan diri. Sementara itu Vivian merasakan firasat tak enak, kejut

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Derita Pernikahan Paksa   part 37 kabur lagi

    Matahari telah menjemput kembali. Seperti biasa Vivian sedang menyiapkan makanan untuk sang suami. Bergelut sejak pagi bulan masalah lagi, terasa wajar bahkan seperti kebiasaan sehari-hari.Malam kemarin Vivian tidak tidur, tadi malam pun sama, dia harus melakukan berbagai tugas dari Max yang tak bisa dimengerti lagi. Bahkan tugas-tugas tersebut baru selesai pukul tiga pagi, dan sialnya Max sama sekali tak melepas pengawasan sedikitpun sejak tugas diberikan.Waktu sarapan telah tiba, dan satu hal yang membuat Vivian merasa tidak adil adalah kondisi Max, dia tak sedikitpun terlihat mengantuk atau lelah. Vivian duduk dihadapan sang suami sambil memerhatikan suaminya menyantap hidangan."Ini masakanmu?" tanya Max dan dibalas dengan anggukan.Garpu mendarat pada hidangan tumis, Max lalu mencicipi sambil melihat reaksi sang istri."Buruk," cela Max.Dengan bola mata lelah, Vivian menatap balik suaminya."Oh itu bukan masakanku, Moa yang membuatnya." Dengan mata kantuk Vivian menunjukan sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30

Bab terbaru

  • Derita Pernikahan Paksa   part 87 maafkan papa (END SEASON)

    Sorot mata kosong kerap terlihat. Tubuhnya bersandar pada tembok, sangat putus asa seperti tak memiliki harapan untuk hidup. "Max jangan begini lagi, tolong demi mama, mama tak bisa hidup jika kau pergi juga." Seolah tak bisa mendengar, Max memejamkan mata. Waktu terasa lama sekali, telinganya tak ingin mendengar apapun, hanya ingin menghilang dan menghilang begitulah pikirnya. Justin yang melihat kejadian itu hanya bisa mematung terkejut. Rasanya seperti mendengar kabar kematian River dahulu, seketika membuat ujung kaki sampai ujung kepala dibuat lemas karenanya. "Jangan sampai, dia ikut pergi juga." Justin segera memanggil beberapa pelayan, dan begitu mereka datang "Bersihkan seluruh benda tajam dikamar ini termasuk benda yang mudah pecah, jangan ada yang tersisa!" Justin langsung pergi menuju ruang tamu, dia merebahkan diri sambil berusaha mengangkat ponsel yang terus menerus mengeluarkan nada pesan. "Haa... Dasar anj***," pekik Justin saat beratus pesan muncul setelah mereba

  • Derita Pernikahan Paksa   part 86 putus asa

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian sang istri. Sejak itu pula Max tidak pernah menunjukan diri, dia tetap berada di ruang kamar sembari menanti kedatangan Vivian setiap hari. Dalam sunyi, Max memandang foto satu-satunya bersama sang istri. Senyum cantik yang terukir indah itu dia elus dengan lembut. "An... Apakah kau marah? Aku menunggumu sejak kemarin, apakah kau tidak ingin menemui ku lagi?" "Siapa yang perlu ku bunuh agar kau kembali, siapa yang harus ku marahi agar kau senang, tolong beritahu aku agar aku bisa melakukannya untukmu." Dengan pandangan kosong Max tersenyum gila, dan disaat itu tiba-tiba... Cklek... Seorang pria datang dengan nampan berisi makanan. "Max, makanlah kau belum makan apapun sejak kemarin." Justin menyimpan nampan diatas meja sementara Max tak bergerak seolah tak merasakan kehadiran siapapun. Justin melihat setiap sudut kamar yang dipenuhi pecahan kaca dan benda hias lainnya. Padahal baru saja kemarin para pelayan membersihkan kekacauan yang dibu

  • Derita Pernikahan Paksa   part 85 hanya agar dia bahagia

    Dibelahan tempat lain, semua prajurit telah berbaris rapi. Tegap sempurna mendengarkan komando dengan seksama. "Tim satu, persiapkan dari arah Utara. Tim dua awasi dari selatan, dan yang lainnya dengarkan perintah dari komandan mengerti!" "Siap mengerti!" Serentak seluruh prajurit berhamburan, memposisikan diri sesuai arahan. River yang berada di Tim satu segera mengikuti komandan menuju tempat persembunyian di bagian utara. Arah utara merupakan tempat diduganya penyelundupan dan sindikat obat-obatan terlarang berkumpul, maka dari itu jumlah prajurit dikerahkan dalam jumlah banyak dengan para prajurit terpilih saja yang di utus. Begitu sampai, River dan tim satu memposisikan diri. Rencana yang telah dibuat sematang mungkin dijalankan dengan hati-hati. Target mendekat, senapan diangkat dengan pandangan fokus memantau target. "Sekarang!" DOR! DOR! DOR! Penyerangan dilakukan serentak pada beberapa target. Secepat mungkin setelah itu muncul kawan lainnya menyerang dengan membab

  • Derita Pernikahan Paksa   part 84 kembalilah

    Mata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o

  • Derita Pernikahan Paksa   part 83 persalinan

    Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang

  • Derita Pernikahan Paksa   part 82 bingkai foto

    Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.

  • Derita Pernikahan Paksa   part 81 pemeriksaan terkahir

    Tak...tak... Suara langkah kaki begitu jelas memecah hening. Begitu terlihat tas yang tak asing lagi tergeletak di dekat pohon. Dengan cepat pria itu meraih benda tersebut lalu melihat isi di dalamnya. Ketika lembaran kertas terlihat, tangannya yang besar langsung membuka isi kertas tersebut. Pelan namun pasti rangkaian kata berhasil dibaca. Kalimat indah yang disajikan dengan begitu rapi telah berhasil membuatnya menarik nafas sangat dalam. "Haa...pada akhirnya apa yang ku khawatirkan selama ini ternyata tetap terjadi." ... Sementara itu, di Vila Max sedang duduk di sofa ruang tamu, saat Vivian dan Moa memasuki ruangan, terlihat wanita cantik itu menutupi wajah dengan rambutnya menyembunyikan mata sembab akibat menangis sepanjang tadi. "Kemarilah," pinta Max agar duduk di dekatnya. Vivian lalu duduk dan otomatis Moa undur diri setelah melihat tatapan Max yang dingin padanya. "Besok adalah hari pemeriksaan terakhir kandunganmu, sepertinya aku tidak akan bisa mengantarmu, ada

  • Derita Pernikahan Paksa   part 80 surat

    Di klinik kandungan, Vivian dibaringkan untuk melakukan USG melihat jenis kelamin buah hati mereka. "Selamat sepertinya anda berdua dikaruniai buah hati kembar," ucap dokter Oliv terlihat senang. Max fokus melihat gambar dalam layar, terlihat dua bayi tengah meringkuk disana. "Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Max penasaran. "Sebentar, saya akan lihat." Dokter segera memerhatikan lagi. "Sepertinya anak anda laki-laki dan perempuan, anda bisa melihat di gambar ini." Dokter menunjuk letak gambar kelamin bayi. Max menarik nafas pelan. Tak bisa di tutupi hadirnya dua buah hati telah membuatnya teramat senang. "Kedua bayinya sehat kan?" tanya Max lagi. "Alhamdulillah dari hasil USG tak ada kecacatan sedikitpun." Max lalu melirik istrinya, bibirnya seakan ingin mengucapkan kalimat sakral yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka, namun sayangnya ego yang besar telah meredam keinginan tersebut jauh dalam dalam, hingga Max hanya bisa memegang tangan Vivian erat-erat, tanp

  • Derita Pernikahan Paksa   part 79 secangkir kopi

    Tanpa terasa langit telah berubah warna, Vivian telah kembali menuju Vila. Langkah lemah menapak menyingkap rerumputan taman yang panjang, dan begitu pandangannya terangkat, disana sosok Max telah berdiri, dia lihat mata biru itu tengah memperhatikan dengan pandangan tak senang. "Kau darimana saja?" Vivian membalas dengan senyuman yang sangat indah, angin yang sengaja bertiup juga semakin mempercantik wajahnya. "Aku melepasnya, seperti keinginanmu aku telah memutuskannya," jawab Vivian dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang terus bergejolak di dada. Vivian menurunkan pandangan. "Akan tetapi dia belum sepenuhnya melepas ku, jadi tolong biarkan aku membujuknya agar dia tidak menganggu ku lagi." Max tak bisa menjawab, melihat mata coklat bersinar hanya bisa membuatnya diam. "Jika kau memberiku izin, akan ku pastikan sebelum anak ini lahir aku akan meninggalkan dia sepenuhnya, bagaimana bisakah kau mewujudkan permintaanku?" "Baiklah, namun aku akan mengantarmu saat menemui

DMCA.com Protection Status