Home / Rumah Tangga / Derita Pernikahan Paksa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Derita Pernikahan Paksa: Chapter 31 - Chapter 40

87 Chapters

part 31 cerita masa lalu

Sore telah menjemput, waktu Henry menginap sudah selesai, dia harus pulang untuk mempersiapkan album barunya. Mobil telah siap, namun Henry terlihat seperti menunggu seseorang."Apa yang kau tunggu?" Tanya Max ."Dimana istrimu, ada yang ingin aku sampaikan," jawab Henry jujur sambil menyimpan sebelah tangan di atas mobil.Max terlihat marah, sudah jelas Vivian tidak akan datang ke tempat dimana ada Max disana."Cepatlah masuk." Justin langsung mendorong Henry masuk, lalu menutup pintu mobil dengan keras."Sialan," gerutu Henry kesal, tampaknya dia tak akan sempat memberikan sebuah pesan pada Vivian. Henry membuka kaca jendela lalu menarik Justin untuk mendekat."Tolong sampaikan pesan ini padanya," bisik Henry. Setelah pesan tersampaikan dia memberikan senyum tanda terimakasih.Justin tak peduli, lalu si pemusik itu melajukan mobilnya tanpa berlama-lama lagi.Di sisi lain Max membeku, dia sama sekali tak menunjukan ekspresi apapun. Max langsung berbalik menuju Vila tanpa mengucapkan
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

part 32 kecelakaan

Perjalanan berlangsung ramai, Ella dan Ruby berada di jok belakang, mereka tampak asyik berbincang kesana kemari tanpa tujuan.Setelah berhenti dimini market mereka menghabiskan waktu di taman bermain, banyak permainan yang mereka mainkan bersama dari mulai kincir, lempar bola, memancing dan lain sebagainya. Setelah puas, mereka akhirnya pulang, dan sebelum menuju rumah tempat pesta dirayakan, Ruby akan menemu Van terlebih dahulu untuk merayakan bersama."Papa, ke rumah Van dulu ya.""Baiklah, kencangkan sabuk kalian anak-anak."Di sore itu, jalanan tampak sepi. Ian, ayah Ruby, mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sementara Ella dan Ruby tertidur pulas, lelah setelah bermain.Namun, di tengah keheningan jalanan tersebut, muncul sebuah mobil dari arah berlawanan. Mobil itu melaju dengan kecepatan penuh di tikungan terjal, seolah-olah tak peduli dengan keselamatan. Dedi mencoba menghindar, namun terlambat. Mobil itu menabrak mobil mereka dengan keras, membuatnya terpental beberapa
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

part 33 penyakit berat

Setelah bercerita di Vila, Ruby merasa bosan. Vivian menghilang entah kemana, hanya pelayan saja yang berkeliaran kemana-mana."Moa apa Max tidak akan pulang?" tanya Ruby."Saya kurang tahu Nona," jawab Moa, pasalnya Max bukanlah orang yang terencana."Baiklah." Ruby benar-benar bosan, sebenarnya kedatangan dia kemari hanya untuk membuat keributan, namun tampaknya Max tak akan kembali entah sampai kapan."Justin, dia kemana?" tanya Ruby kembali."Tuan ada keperluan, mungkin tuan Justin tak akan kembali sampai malam," jawab Moa.Tak ada alasan lagi untuk Ruby tetap tinggal, daripada menghabiskan waktu dengan bosan, lebih baik dia menemui Sophie."Moa, tolong beritahu Justin dan Vivian aku pulang." Lantas Ruby segera mengemasi barang-barangnya lalu tancap gas pergi dari Vila menuju kediaman Windsor....Siang menjemput, Vivian sudah kembali dari hutan. Moa segera mendekati Vivian untuk memberikan sesuatu."Nona, apa anda sudah memakannya?" tanya Moa."Makan apa?" Vivian tampak bingung.
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

part 34 kepulangan Max

Siang menjemput, Vivian harus kembali ke Vila. Saat itu angin bertiup kencang membuat Vivian kesusahan mengatur rambutnya. Sembari berjalan menikmati indahnya taman dan semerbak bunga yang memabukkan, tanpa diketahui sebuah mobil hitam datang lalu terhenti dipekarangan Vila.Vivian menoleh, menatap siapa yang akan datang ke vila untuk kesekian kalinya."Sekarang siapa lagi?" gumamnya pelan.Di kejauhan, terlihat sosok pria menapak perlahan dari balik pintu. Wajah tampan dengan kacamata hitam, tampak mempesona dengan rambut yang ditiup angin, menambah keanggunan pria itu.Max, melepas kacamata hitamnya. Kedua bola matanya segera menangkap sosok wanita di taman. Tanpa sengaja, mereka saling bertatapan, saling menatap satu sama lain dari jarak yang cukup jauh."Dia sedang apalagi disana." Entah mengapa Max selalu kesal saat Vivian bebas berkeliaran diluar.Vivian, dengan mata yang menyipit, tak melepas tatapannya. Begitu juga Max, dia tak mau kalah, membalas tatapan tajam dari sang istri
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

part 35 rasa yang baru

Vivian mendengarkan baik-baik setiap kata Max, dan benar saja firasat tidak nyaman itu berasal dari kalimat yang akan keluar dari mulut suaminya.Tanpa meninggalkan kata, Vivian langsung pergi keluar, membuat Max menaikan alisnya."Mau kemana?" tanya Max."Bukankah kau ingin dilayani, aku harus mempersiapkan pelayanan terbaikku," ucap Vivian dengan nada ramah namun terkesan sarkas.Setelah kepergian Vivian, Max menyeringai, menanti pelayanan terbaik sang istri."Dia mulai berani."...Di sisi lain, di ruang istirahat pemotretan, Laura sedang menggigit ibu jari sambil melototi ponsel. Disana terpampang cek list dua berwarna abu menandakan tak ada balasan apapun setelah dua jam pesan tersampaikan. Tak seperti biasanya, sang kekasih menjawab sampai terlambat seperti itu hingga membuat Laura cemas.Tiba-tiba pintu terbuka, lalu datanglah seorang pria dengan dua roti di tangannya. Sontak membuat Laura membalik arah."Kau belum makan kan?" tawar Jill, dia adalah manager Laura.Laura menerim
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

part 36 gunting kuku

Siang telah menjemput, Vivian akan kembali menuju Vila. Langkah demi langkah menapaki rumput di taman, sambil mencium harum bunga, tanpa wanita itu sadari seseorang di bangku taman tengah duduk, menatapnya dengan lekat."Kau darimana saja?" tanya Max ramah, Vivian lihat kehadiran Sunny, dan benar saja di sudut sana pelayan pribadinya itu sedang mengintai mereka."Aku hanya berkeliling sebentar untuk berolah raga," jawab Vivian dia langsung mengerti skenarionya.Max tersenyum lalu beranjak sambil mendekatkan wajahnya ke telinga sang istri "bukankah seharusnya kau perlu menjelaskan dengan jelas? apakah kau butuh ruang untuk kita berdua?" bisik Max diakhiri seringai tipis."Dan penilaianku untuk pelayananmu...sangat buruk." Vivian hanya bisa menunduk, kali ini dia memang salah, pergi tanpa izin jelas tidak mencerminkan perilaku seorang istri yang baik."Ayo kita kembali, ada sedikit kejutan untukmu," ajak Max sambil menjauhkan diri. Sementara itu Vivian merasakan firasat tak enak, kejut
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

part 37 kabur lagi

Matahari telah menjemput kembali. Seperti biasa Vivian sedang menyiapkan makanan untuk sang suami. Bergelut sejak pagi bulan masalah lagi, terasa wajar bahkan seperti kebiasaan sehari-hari.Malam kemarin Vivian tidak tidur, tadi malam pun sama, dia harus melakukan berbagai tugas dari Max yang tak bisa dimengerti lagi. Bahkan tugas-tugas tersebut baru selesai pukul tiga pagi, dan sialnya Max sama sekali tak melepas pengawasan sedikitpun sejak tugas diberikan.Waktu sarapan telah tiba, dan satu hal yang membuat Vivian merasa tidak adil adalah kondisi Max, dia tak sedikitpun terlihat mengantuk atau lelah. Vivian duduk dihadapan sang suami sambil memerhatikan suaminya menyantap hidangan."Ini masakanmu?" tanya Max dan dibalas dengan anggukan.Garpu mendarat pada hidangan tumis, Max lalu mencicipi sambil melihat reaksi sang istri."Buruk," cela Max.Dengan bola mata lelah, Vivian menatap balik suaminya."Oh itu bukan masakanku, Moa yang membuatnya." Dengan mata kantuk Vivian menunjukan sen
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

part 38 kedatangan Jun

Sudah satu setengah bulan berlalu. Tanpa disadari, beberapa hari terakhir ini Max tak pernah menampakkan diri. Selama hari-hari itu, Vivian banyak menghabiskan waktunya untuk tidur. Hari-hari berharga yang bisa dinikmati Vivian adalah saat Max tidak ada di vila. Dia bisa bernafas dengan lega, tertawa, dan bersenang-senang sesuka hati. Dia merasa bebas, bagai burung yang terbang di alam bebas. "Semoga dia tidak kembali sampai tiga bulan berlalu," harapnya.Selama itu pula, Vivian merasakan kedekatan dengan River. Pria yang lekat dengan baju loreng perlahan telah meluluhkan hatinya.Bagaimana tidak? River adalah satu-satunya orang yang berpihak pada Vivian dengan tulus, tanpa dipengaruhi oleh peraturan apapun. Selain itu dia adalah orang yang selalu memberinya semangat dan solusi. Maka, tak heran jika pagi hari menjadi waktu paling menyenangkan bagi Vivian, karena saat itulah dia bisa bertemu dengannya.Sementara itu di tempat lain, Max sibuk dengan jadwal syuting, tak ada waktu sedik
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

part 39 acara bersama keluarga

Vivian melihat tangan kanannya di tarik menuju ruang kamar. Orang lain mungkin melihat ikatan tangan diantara mereka adalah ikatan mesra, namun Vivian dapat merasakan, tenaga dari pegangan itu, ada sedikit tenaga seakan mengartikan ketidak tulusan didalamnya.Saat mereka tiba di ruang kamar, Max melepas tangan Vivian. Lemari di buka lalu ditarik sepasang baju pasangan dari dalam sana."Pakai," titah Max sembari melempar baju tidur wanita ke atas ranjang. Segera Max memasuki kamar mandi untuk berganti, sementara Vivian mengambil pakaian yang telah diberikan suaminya. Vivian tidak banyak berfikir, hanya patuh dan berusaha menjadi istri yang baik, cukup itu yang harus dia lakukan.Ketika Max selesai, Vivian memasuki kamar mandi. Dengan niat menghindari Max, dia berniat menghabiskan waktu lebih lama di sana, mencari sedikit ruang dan waktu untuk dirinya sendiri."Sekarang aku memiliki alasan untuk diam lebih lama di dalam sini."...Waktu berjalan tanpa terasa, hingga 30 menit berlalu da
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

part 40 bocah TK

Melihat Vivian bingung, Sophie tak ingin meneruskan topik tersebut."Baiklah, kalau begitu, Vivian, mari kita berkeliling rumah! Kamu pasti akan menyukainya. Mama akan menunjukkan kebun jeruk yang Mama tanam. Ayo!" Kata-kata Sophie terdengar seperti melodi, penuh semangat dan kehangatan. Dengan langkah gembira, dia langsung menarik tangan Vivian, meninggalkan Max sendirian di tengah keheningan.Sejenak, Vivian menoleh, matanya bertemu dengan mata suaminya. Max hanya berdiri di tempat, tatapannya terasa berat, namun tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tidak ingin berpikir lebih jauh, Vivian memilih untuk mengikuti Sophie, meninggalkan Max dalam diam yang membingungkan."Sudahlah, jangan pikirkan apapun," gumam Vivian....Di kebun Sophie sedang menenteng keranjang. Kebun jeruk di belakang rumah tersebut tampak luas dengan buah yang lebat.Tak bisa dipungkiri setiap Vivian melihat buah-buahan, sang pria berseragam lah yang selalu mengisi kepalanya. Pagi tadi mungkin River telah menunggu
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more
PREV
1234569
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status