Home / Pendekar / Legenda Dewa Cahaya / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of Legenda Dewa Cahaya: Chapter 411 - Chapter 420

574 Chapters

411.Dewa Air(2)

Bara Sena hanya menyeringai lalu tinjunya yang masih menempel di perut Dewa Air Isakius bergerak keatas sehingga tubuh Dewa tersebut terangkat. Bara berniat untuk membanting tubuh Isakius ke arena yang ada di bawah sana. Namun empat tangan air berukuran besar yang membawa pedang tersebut bergerak lebih dulu menyambar tubuh Bara hingga membuat pemuda itu terpental.Isakius berhasil bernafas lega setelah Bara menjauh. Meski begitu, rasa sakit pada perutnya terasa semakin menjadi. Saat dia memeriksa apa yang terjadi pada perutnya dia pun terkejut melihat perutnya telah bolong sehingga terlihat usus didalamnya bergerak-gerak."Bagaimana bisa dia menembus tubuh dewa ku...Kekuatan apa yang dia gunakan..Ugh...Hooeeekkk!" baru saja berkata, pria tersebut langsung memuntahkan darah merah segar yang mengepulkan asap.Semua orang benar-benar dibuat terkejut melihat Dewa Air terluka parah hanya karena sebuah pukulan."Apa yang terjadi padanya...? Dia menutupi perutnya terus..." ucap satu Dewa yan
Read more

412.Ranah Cakrawala

Bara Sena menghancurkan bola es yang ada di depannya menggunakan kekuatan api miliknya. Tidak lama untuknya menghancurkan bola tersebut termasuk tubuh Dewa Air Isakius yang ada didalamnya. Dia membakar semuanya hingga hanya tersisa Inti Jiwa yang bersinar biru. Pemuda itu mengambil benda bulat sebesar kelereng yang melayang di udara tersebut."Inti Jiwa Tingkat Dewa...Meski masih berada di tingkat rendah, ini sudah cukup untuk menaikkan kekuatan ku hingga ke tingkat Cakrawala. Sepertinya aku membutuhkan waktu untuk menyerap ini. Berapa lama waktu yang juri itu berikan untuk beristirahat?" batin Bara."Anu, Pendekar Golok Iblis, apakah kau ingin beristirahat sebentar atau mau melanjutkan pertarungan?'" tanya moderator."Aku merasa lelah, berapa lama waktu yang diberikan untuk istirahat?" tanya Bara."Sepeminuman teh. Itu waktu yang diberikan. Jika masih belum naik keatas arena, kau akan kena hukuman," kata moderator tersebut."Jadi, dimana tempat untuk istirahat?" tanya Bara."Ada temp
Read more

413.Pangeran Amiri

Bara berdiri sambil sedekap tangan. Dia memejamkan matanya sambil merasakan kekuatan di sekitarnya. Bibirnya tersenyum setelah dia bisa merasakan keberadaan lawan yang kuat."Mereka masih menunggu. Sepertinya para Dewa dan Iblis yang Licik ini menunggu aku mengungkap semua kekuatan dan mencari celah saat aku lengah. Tapi aku tak akan lengah...Semua sudah dalam rencanaku. Saatnya mencari mangsa...Aku menanti lawan yang kuat yang bisa membuatku mengeluarkan Golok Iblis ini," batin Bara."Siapa yang akan melawan Pendekar Golok Iblis!? Silahkan naik keatas Arena Kematian!" teriak moderator.Terdengar suara bisik-bisik dari para iblis dan Dewa yang ada disana. Lalu terdengar satu suara dari arah tempat para dewa berkumpul."Katanya dia itu Pendekar Golok Iblis. Tapi mana Goloknya!? Sejak tadi kami tidak melihat Golok Iblis miliknya!"Moderator menoleh kearah Bara. Pemuda itu pun membuka matanya lalu tersenyum sinis."Itu tergantung kemampuan lawanku. Jika ada yang bisa membuat aku mengelua
Read more

414.Pangeran Amiri(2)

Duaaaarrrr!!!Terdengar suara keras yang menggema di ruangan tersebut saat siku Pangeran Amiri menghujam ke punggung Bara Sena. Namun alangkah kagetnya Dewa Bumi itu saat melihat Bara Sena yang ada di bawahnya itu telah melindungi tubuhnya menggunakan Perisai cahaya."Perisai...?" Bara yang masih telungkup itu tiba-tiba membuat gerakan berputar dan langsung menyambar kedua kaki Dewa Bumi tersebut dengan sekali serang membuat Pangeran Amir itu pun terjungkal.Saat Dewa Bumi itu terjatuh ke lantai, tiba-tiba saja muncul rantai ungu yang mengikat tubuhnya. Bara pun memiliki kesempatan untuk bangkit berdiri. Dia menatap Pangeran Amiri yang tengah berusaha melepaskan diri dari rantai ungu milik Bara."Aku pikir kau tidak akan berbuat curang seperti itu. Tapi ternyata kau itu Licik seperti halnya iblis. Aku tarik keinginanku untuk tidak membunuhmu Dewa Bumi Amiri!" ucap Bara lalu dia pun mengangkat tubuh Dewa Bumi tersebut menggunakan Rantai Ungu miliknya. Tangan kanan Bara menyala merah
Read more

415.Jurus Tangan Dewa Kematian!

Bara Sena cukup tersentak mendengar nama jurus yang Dewa Bumi Amiri katakan. Dari namanya saja jelas itu bukan jurus yang biasa-biasa saja. "Dua Jurus yang dia kerahkan sebelumnya bukan jurus rendahan. Aku harus menahan dengan kekuatan terbaik. Jika jurus ini lebih mengerikan dari dua jurus itu, berarti aku tidak boleh menganggapnya remeh. Tak ada cara lain...Ini belum waktunya Golok Iblis keluar. Masih ada musuh kuat yang menanti Golok ini keluar dan melihat kemampuan asliku. Sekarang, hanya ada satu cara untuk melawan Amiri si Dewa Bumi ini...Apalagi kalau bukan wujud Dewa Cahaya...!" batin Bara Sena.Pangeran Amiri kembali menggerakkan tangan seolah tengah membuka sesuatu di udara. Sesaat setelah itu, dari berbagai arah muncul lingkaran hitam yang mengelilingi arena kematian. Bara menatap ke kanan dan ke kiri. Dia menabak-nebak apa yang akan keluar dari dalam lingkaran tersebut."Kau masih tidak ingin mengeluarkan Golok Iblis yang mengagungkan julukanmu itu? Aku melawan mu karena
Read more

416.Hong Xin

Bara tertegun mendengar suara yang tidak lain adalah suara dari Cakara."Kau berencana membangkitkan Dewa Bumi ini sebagai wadah jiwa ayahku?" tanya Bara."Tubuh Bima saat ini tidak tahu ada dimana. Meski tubuhnya tidak membusuk, pastilah banyak luka karena bekas pertarungan melawan dirimu. Tapi dengan tubuh Dewa Bumi ini, itu akan menjadi sempurna untuk kebangkitannya. Tubuh ini memiliki kekebalan yang luar biasa, meski tak sesuai keinginanmu karena wujudnya yang seperti itu, paling tidak, ada jiwa Bima yang bisa dikembalikan dan hidup seperti sediakala. Aku yakin, Bima tidak akan keberatan akan hal itu," kata Cakara.Bara terdiam sejenak mendengar hal itu. Dia tak menyangka sama sekali Cakara akan memiliki pemikiran seperti itu. Memang benar, dia sendiri tidak tahu dimana tubuh ayahnya setelah pertempuran besar di langit Selatan ratusan tahun lalu."Aku tidak mempermasalahkan wujud ayah...Meski sebenarnya memang aku tidak menyukai wujdu Dew
Read more

417.Hong Xin (2)

Hong Xin mendorong kedua tangannya kearah Bara Sena yang baru saja menghantam langit-langit ruangan yang tak terukur tingginya tersebut. Dari belakang tubuh pria itu muncul seratus pedang angin yang langsung menderu kearah Dewa Cahaya Bara Sena.Wusss! Wusss!Dauaaar! Duar! Duaarrr!Ledakan besar yang terdengar beruntun terjadi. Semua kepala mendongak keatas melihat Bara Sena yang dihujani pedang angin milik Hong Xin."Apakah bocah ini akan tamat?" gumam Dewa Api.Iblis Mata Perak menyeringai."Jangan terburu-buru menyimpulkan. Bocah itu pasti memiliki banyak cara untuk mengatasi keadaan yang genting sekalipun. Pengalaman bertarung melawan Dua Dewa dari kekuatan yang berbeda pasti membuat dia lebih tangguh dari sebelumnya," kata Iblis Mata Perak."Sepertinya kau tertarik padanya?" tanya Dewa Api."Hm...Aku tidak tahu apakah aku ini tertarik padanya atau tidak. Melihat kemampuan dia yang bisa berubah menjadi
Read more

418.Dua Han Bersaudara

Bara membungkuk dan menutup kedua mata Hong Xin dengan perasaan campur aduk. Dia sangat marah dan geram karena ketidaktahuannya tentang Hong Xin yang ternyata adalah anak dari Kakek Hong. Dewa yang telah memberinya warisan Dewa Angin yang tak ternilai harganya.Semua yang melihat hal itu merasa heran bagaimana bisa Bara menjadi sebaik itu pada mayat Hong Xin yang baru saja dibunuhnya dengan cara yang cukup sadis. "Apa yang Hong Xin katakan padanya? Sepertinya bocah itu menjadi sangat marah dan kesal? Dia juga berubah menjadi baik terhadap Dewa Angin itu?" tanya Iblis Mata Perak."Mana aku tahu...Tapi dilihat dari kekuatan angin yang pemuda itu kerahkan, sepertinya kekuatan yang dia miliki ada hubungannya dengan Keluarga Hong. Sehingga bocah itu menjadi merasa sedikit bersalah telah membunuhnya. Ini baru dugaanku saja. Yang pastinya aku tidak tahu," kata Dewa Api."Huh, aku malah menjadi semakin penasaran dengan bocah ini...Tapi, aku merasa sedikit herant dengan aura kemarahannya," ka
Read more

419.Cincin Akik Ungu

Dua Han Bersaudara menatap kearah Bara sambil tersenyum sinis."Tidak mungkin kau memiliki kekuatan seperti kami. Di dunia Dewa, hanya beberapa yang memiliki kemampuan membangkitkan raksasa bumi seperti kami. Dan siapa kau berani mengancam kami dengan omong kosong itu?" kata Han Zu mencibir.Bara Sena menyeringai kecil. Han So dan Han Zu yang sudah kesal karena selalu direndahkan langsung menggunakan Diqiu Juren untuk menyerang. Kaki raksasa itu langsung terangkat ke atas dan menghujam kearah Bara seperti menginjak seekor semut.Duuumm!Arena luas itu bergetar saat telapak kaki Diqiu Juren menghantam. Bara Sena yang berhasil menghindari serangan langsung melesat keudara dan menciptakan satu serangan dahsyat. "Coba tahan kekuatan ini...Pukulan Panah Angin Dewa..." ucapnya lalu kedua telapak tangannya saling menyatu. Dari atas kepala Bara muncul anak panah angin berukuran raksasa.Saat anak panah itu muncul, gelombang badai memancar kesegala arah pertanda kekuatan dari anak panah itu s
Read more

420.Cincin Akik Ungu(2)

Bara Sena yang saat ini berwujud raksasa tengah bersiap untuk melepaskan Pukulan Cahaya Pemusnah Kegelapan kearah Diqiu Juren yang masih berada di bawah sana dengan keadaan yang baik-baik saja meski baru saja dibanting sekuat itu oleh Bara Sena. Rupanya Han Bersaudara bergerak cepat saat tubuh mereka meluncur dengan deras keatas arena. Usaha mereka berhasil saat kedua kaki dan tangan Diqiu Juren mendarat dan bertahan dengan sempurna dari hampasan."Untung kia menggunakan Jurus Pembakaran Jiwa sehingga kita bisa bergerak dengan cepat. Jika tidak, hampasan tadi bisa saja menghancurkan kita semua..." kata Han So."Kau benar. Tapi sekarang apa yang harus kita lakukan. Sepertinya bocah itu akan melakukan serangan kuat...Kita harus menghindar." kata Han Zu."Sebenarnya berapa kekuatan yang dia miliki. Sejak dia keluar dari ruangan tertutup itu dan bertarung beberapa kali, sepertinya dia tak menunjukkan rasa lelah sama sekali..." kata Han So."Entahlah. Yang kita hadapi ini bukan makhluk sem
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
58
DMCA.com Protection Status