Duaaaarrrr!!!Terdengar suara keras yang menggema di ruangan tersebut saat siku Pangeran Amiri menghujam ke punggung Bara Sena. Namun alangkah kagetnya Dewa Bumi itu saat melihat Bara Sena yang ada di bawahnya itu telah melindungi tubuhnya menggunakan Perisai cahaya."Perisai...?" Bara yang masih telungkup itu tiba-tiba membuat gerakan berputar dan langsung menyambar kedua kaki Dewa Bumi tersebut dengan sekali serang membuat Pangeran Amir itu pun terjungkal.Saat Dewa Bumi itu terjatuh ke lantai, tiba-tiba saja muncul rantai ungu yang mengikat tubuhnya. Bara pun memiliki kesempatan untuk bangkit berdiri. Dia menatap Pangeran Amiri yang tengah berusaha melepaskan diri dari rantai ungu milik Bara."Aku pikir kau tidak akan berbuat curang seperti itu. Tapi ternyata kau itu Licik seperti halnya iblis. Aku tarik keinginanku untuk tidak membunuhmu Dewa Bumi Amiri!" ucap Bara lalu dia pun mengangkat tubuh Dewa Bumi tersebut menggunakan Rantai Ungu miliknya. Tangan kanan Bara menyala merah
Bara Sena cukup tersentak mendengar nama jurus yang Dewa Bumi Amiri katakan. Dari namanya saja jelas itu bukan jurus yang biasa-biasa saja. "Dua Jurus yang dia kerahkan sebelumnya bukan jurus rendahan. Aku harus menahan dengan kekuatan terbaik. Jika jurus ini lebih mengerikan dari dua jurus itu, berarti aku tidak boleh menganggapnya remeh. Tak ada cara lain...Ini belum waktunya Golok Iblis keluar. Masih ada musuh kuat yang menanti Golok ini keluar dan melihat kemampuan asliku. Sekarang, hanya ada satu cara untuk melawan Amiri si Dewa Bumi ini...Apalagi kalau bukan wujud Dewa Cahaya...!" batin Bara Sena.Pangeran Amiri kembali menggerakkan tangan seolah tengah membuka sesuatu di udara. Sesaat setelah itu, dari berbagai arah muncul lingkaran hitam yang mengelilingi arena kematian. Bara menatap ke kanan dan ke kiri. Dia menabak-nebak apa yang akan keluar dari dalam lingkaran tersebut."Kau masih tidak ingin mengeluarkan Golok Iblis yang mengagungkan julukanmu itu? Aku melawan mu karena
Bara tertegun mendengar suara yang tidak lain adalah suara dari Cakara."Kau berencana membangkitkan Dewa Bumi ini sebagai wadah jiwa ayahku?" tanya Bara."Tubuh Bima saat ini tidak tahu ada dimana. Meski tubuhnya tidak membusuk, pastilah banyak luka karena bekas pertarungan melawan dirimu. Tapi dengan tubuh Dewa Bumi ini, itu akan menjadi sempurna untuk kebangkitannya. Tubuh ini memiliki kekebalan yang luar biasa, meski tak sesuai keinginanmu karena wujudnya yang seperti itu, paling tidak, ada jiwa Bima yang bisa dikembalikan dan hidup seperti sediakala. Aku yakin, Bima tidak akan keberatan akan hal itu," kata Cakara.Bara terdiam sejenak mendengar hal itu. Dia tak menyangka sama sekali Cakara akan memiliki pemikiran seperti itu. Memang benar, dia sendiri tidak tahu dimana tubuh ayahnya setelah pertempuran besar di langit Selatan ratusan tahun lalu."Aku tidak mempermasalahkan wujud ayah...Meski sebenarnya memang aku tidak menyukai wujdu Dew
Hong Xin mendorong kedua tangannya kearah Bara Sena yang baru saja menghantam langit-langit ruangan yang tak terukur tingginya tersebut. Dari belakang tubuh pria itu muncul seratus pedang angin yang langsung menderu kearah Dewa Cahaya Bara Sena.Wusss! Wusss!Dauaaar! Duar! Duaarrr!Ledakan besar yang terdengar beruntun terjadi. Semua kepala mendongak keatas melihat Bara Sena yang dihujani pedang angin milik Hong Xin."Apakah bocah ini akan tamat?" gumam Dewa Api.Iblis Mata Perak menyeringai."Jangan terburu-buru menyimpulkan. Bocah itu pasti memiliki banyak cara untuk mengatasi keadaan yang genting sekalipun. Pengalaman bertarung melawan Dua Dewa dari kekuatan yang berbeda pasti membuat dia lebih tangguh dari sebelumnya," kata Iblis Mata Perak."Sepertinya kau tertarik padanya?" tanya Dewa Api."Hm...Aku tidak tahu apakah aku ini tertarik padanya atau tidak. Melihat kemampuan dia yang bisa berubah menjadi
Bara membungkuk dan menutup kedua mata Hong Xin dengan perasaan campur aduk. Dia sangat marah dan geram karena ketidaktahuannya tentang Hong Xin yang ternyata adalah anak dari Kakek Hong. Dewa yang telah memberinya warisan Dewa Angin yang tak ternilai harganya.Semua yang melihat hal itu merasa heran bagaimana bisa Bara menjadi sebaik itu pada mayat Hong Xin yang baru saja dibunuhnya dengan cara yang cukup sadis. "Apa yang Hong Xin katakan padanya? Sepertinya bocah itu menjadi sangat marah dan kesal? Dia juga berubah menjadi baik terhadap Dewa Angin itu?" tanya Iblis Mata Perak."Mana aku tahu...Tapi dilihat dari kekuatan angin yang pemuda itu kerahkan, sepertinya kekuatan yang dia miliki ada hubungannya dengan Keluarga Hong. Sehingga bocah itu menjadi merasa sedikit bersalah telah membunuhnya. Ini baru dugaanku saja. Yang pastinya aku tidak tahu," kata Dewa Api."Huh, aku malah menjadi semakin penasaran dengan bocah ini...Tapi, aku merasa sedikit herant dengan aura kemarahannya," ka
Dua Han Bersaudara menatap kearah Bara sambil tersenyum sinis."Tidak mungkin kau memiliki kekuatan seperti kami. Di dunia Dewa, hanya beberapa yang memiliki kemampuan membangkitkan raksasa bumi seperti kami. Dan siapa kau berani mengancam kami dengan omong kosong itu?" kata Han Zu mencibir.Bara Sena menyeringai kecil. Han So dan Han Zu yang sudah kesal karena selalu direndahkan langsung menggunakan Diqiu Juren untuk menyerang. Kaki raksasa itu langsung terangkat ke atas dan menghujam kearah Bara seperti menginjak seekor semut.Duuumm!Arena luas itu bergetar saat telapak kaki Diqiu Juren menghantam. Bara Sena yang berhasil menghindari serangan langsung melesat keudara dan menciptakan satu serangan dahsyat. "Coba tahan kekuatan ini...Pukulan Panah Angin Dewa..." ucapnya lalu kedua telapak tangannya saling menyatu. Dari atas kepala Bara muncul anak panah angin berukuran raksasa.Saat anak panah itu muncul, gelombang badai memancar kesegala arah pertanda kekuatan dari anak panah itu s
Bara Sena yang saat ini berwujud raksasa tengah bersiap untuk melepaskan Pukulan Cahaya Pemusnah Kegelapan kearah Diqiu Juren yang masih berada di bawah sana dengan keadaan yang baik-baik saja meski baru saja dibanting sekuat itu oleh Bara Sena. Rupanya Han Bersaudara bergerak cepat saat tubuh mereka meluncur dengan deras keatas arena. Usaha mereka berhasil saat kedua kaki dan tangan Diqiu Juren mendarat dan bertahan dengan sempurna dari hampasan."Untung kia menggunakan Jurus Pembakaran Jiwa sehingga kita bisa bergerak dengan cepat. Jika tidak, hampasan tadi bisa saja menghancurkan kita semua..." kata Han So."Kau benar. Tapi sekarang apa yang harus kita lakukan. Sepertinya bocah itu akan melakukan serangan kuat...Kita harus menghindar." kata Han Zu."Sebenarnya berapa kekuatan yang dia miliki. Sejak dia keluar dari ruangan tertutup itu dan bertarung beberapa kali, sepertinya dia tak menunjukkan rasa lelah sama sekali..." kata Han So."Entahlah. Yang kita hadapi ini bukan makhluk sem
Dewa Api muncul diatas para Dewa yang hendak menyerang Bara Sena. Semuanya pun terdiam setelah Dewa itu muncul didepan mereka."Dewa Api Huo Ma!" teriak para dewa tersebut.Ternyata Dewa Api yang menjadi juri tersebut bernama Huo Ma. Salah satu dari dua yang terkuat di ruangan tersebut. Dia menjadi juri tapi tak pernah ikut campur dengan jalannya pertarungan."Apa yang ingin kalian semua lakukan?" tanyanya dengan suara berat.Para Dewa yang ada disana hampir semua pernah dikalahkan olehnya. Hanya saja mereka tidak dibunuh dan masih mendapat pengampunan. Berbeda dengan para Iblis yang banyak terbunuh setelah bertarung melawan Iblis Mata Perak. Seandainya para iblis itu tidak terbunuh oleh Iblis Mata Perak, kemungkinan besar kekuatan Dua kubu akan sama-sama kuat. Karena para iblis yang pernah mati di tangan Iblis Mata Perak adalah Pendekar Ranah Alam Dewa semua!"Ka...Kami akan membunuh Dewa sesat itu Huo Ma!" teriak salah satu dewa.Huo Ma tersenyum. Kedua matanya menyala menatap Dewa