Bara Sena cukup tersentak mendengar nama jurus yang Dewa Bumi Amiri katakan. Dari namanya saja jelas itu bukan jurus yang biasa-biasa saja. "Dua Jurus yang dia kerahkan sebelumnya bukan jurus rendahan. Aku harus menahan dengan kekuatan terbaik. Jika jurus ini lebih mengerikan dari dua jurus itu, berarti aku tidak boleh menganggapnya remeh. Tak ada cara lain...Ini belum waktunya Golok Iblis keluar. Masih ada musuh kuat yang menanti Golok ini keluar dan melihat kemampuan asliku. Sekarang, hanya ada satu cara untuk melawan Amiri si Dewa Bumi ini...Apalagi kalau bukan wujud Dewa Cahaya...!" batin Bara Sena.Pangeran Amiri kembali menggerakkan tangan seolah tengah membuka sesuatu di udara. Sesaat setelah itu, dari berbagai arah muncul lingkaran hitam yang mengelilingi arena kematian. Bara menatap ke kanan dan ke kiri. Dia menabak-nebak apa yang akan keluar dari dalam lingkaran tersebut."Kau masih tidak ingin mengeluarkan Golok Iblis yang mengagungkan julukanmu itu? Aku melawan mu karena
Bara tertegun mendengar suara yang tidak lain adalah suara dari Cakara."Kau berencana membangkitkan Dewa Bumi ini sebagai wadah jiwa ayahku?" tanya Bara."Tubuh Bima saat ini tidak tahu ada dimana. Meski tubuhnya tidak membusuk, pastilah banyak luka karena bekas pertarungan melawan dirimu. Tapi dengan tubuh Dewa Bumi ini, itu akan menjadi sempurna untuk kebangkitannya. Tubuh ini memiliki kekebalan yang luar biasa, meski tak sesuai keinginanmu karena wujudnya yang seperti itu, paling tidak, ada jiwa Bima yang bisa dikembalikan dan hidup seperti sediakala. Aku yakin, Bima tidak akan keberatan akan hal itu," kata Cakara.Bara terdiam sejenak mendengar hal itu. Dia tak menyangka sama sekali Cakara akan memiliki pemikiran seperti itu. Memang benar, dia sendiri tidak tahu dimana tubuh ayahnya setelah pertempuran besar di langit Selatan ratusan tahun lalu."Aku tidak mempermasalahkan wujud ayah...Meski sebenarnya memang aku tidak menyukai wujdu Dew
Hong Xin mendorong kedua tangannya kearah Bara Sena yang baru saja menghantam langit-langit ruangan yang tak terukur tingginya tersebut. Dari belakang tubuh pria itu muncul seratus pedang angin yang langsung menderu kearah Dewa Cahaya Bara Sena.Wusss! Wusss!Dauaaar! Duar! Duaarrr!Ledakan besar yang terdengar beruntun terjadi. Semua kepala mendongak keatas melihat Bara Sena yang dihujani pedang angin milik Hong Xin."Apakah bocah ini akan tamat?" gumam Dewa Api.Iblis Mata Perak menyeringai."Jangan terburu-buru menyimpulkan. Bocah itu pasti memiliki banyak cara untuk mengatasi keadaan yang genting sekalipun. Pengalaman bertarung melawan Dua Dewa dari kekuatan yang berbeda pasti membuat dia lebih tangguh dari sebelumnya," kata Iblis Mata Perak."Sepertinya kau tertarik padanya?" tanya Dewa Api."Hm...Aku tidak tahu apakah aku ini tertarik padanya atau tidak. Melihat kemampuan dia yang bisa berubah menjadi
Bara membungkuk dan menutup kedua mata Hong Xin dengan perasaan campur aduk. Dia sangat marah dan geram karena ketidaktahuannya tentang Hong Xin yang ternyata adalah anak dari Kakek Hong. Dewa yang telah memberinya warisan Dewa Angin yang tak ternilai harganya.Semua yang melihat hal itu merasa heran bagaimana bisa Bara menjadi sebaik itu pada mayat Hong Xin yang baru saja dibunuhnya dengan cara yang cukup sadis. "Apa yang Hong Xin katakan padanya? Sepertinya bocah itu menjadi sangat marah dan kesal? Dia juga berubah menjadi baik terhadap Dewa Angin itu?" tanya Iblis Mata Perak."Mana aku tahu...Tapi dilihat dari kekuatan angin yang pemuda itu kerahkan, sepertinya kekuatan yang dia miliki ada hubungannya dengan Keluarga Hong. Sehingga bocah itu menjadi merasa sedikit bersalah telah membunuhnya. Ini baru dugaanku saja. Yang pastinya aku tidak tahu," kata Dewa Api."Huh, aku malah menjadi semakin penasaran dengan bocah ini...Tapi, aku merasa sedikit herant dengan aura kemarahannya," ka
Dua Han Bersaudara menatap kearah Bara sambil tersenyum sinis."Tidak mungkin kau memiliki kekuatan seperti kami. Di dunia Dewa, hanya beberapa yang memiliki kemampuan membangkitkan raksasa bumi seperti kami. Dan siapa kau berani mengancam kami dengan omong kosong itu?" kata Han Zu mencibir.Bara Sena menyeringai kecil. Han So dan Han Zu yang sudah kesal karena selalu direndahkan langsung menggunakan Diqiu Juren untuk menyerang. Kaki raksasa itu langsung terangkat ke atas dan menghujam kearah Bara seperti menginjak seekor semut.Duuumm!Arena luas itu bergetar saat telapak kaki Diqiu Juren menghantam. Bara Sena yang berhasil menghindari serangan langsung melesat keudara dan menciptakan satu serangan dahsyat. "Coba tahan kekuatan ini...Pukulan Panah Angin Dewa..." ucapnya lalu kedua telapak tangannya saling menyatu. Dari atas kepala Bara muncul anak panah angin berukuran raksasa.Saat anak panah itu muncul, gelombang badai memancar kesegala arah pertanda kekuatan dari anak panah itu s
Bara Sena yang saat ini berwujud raksasa tengah bersiap untuk melepaskan Pukulan Cahaya Pemusnah Kegelapan kearah Diqiu Juren yang masih berada di bawah sana dengan keadaan yang baik-baik saja meski baru saja dibanting sekuat itu oleh Bara Sena. Rupanya Han Bersaudara bergerak cepat saat tubuh mereka meluncur dengan deras keatas arena. Usaha mereka berhasil saat kedua kaki dan tangan Diqiu Juren mendarat dan bertahan dengan sempurna dari hampasan."Untung kia menggunakan Jurus Pembakaran Jiwa sehingga kita bisa bergerak dengan cepat. Jika tidak, hampasan tadi bisa saja menghancurkan kita semua..." kata Han So."Kau benar. Tapi sekarang apa yang harus kita lakukan. Sepertinya bocah itu akan melakukan serangan kuat...Kita harus menghindar." kata Han Zu."Sebenarnya berapa kekuatan yang dia miliki. Sejak dia keluar dari ruangan tertutup itu dan bertarung beberapa kali, sepertinya dia tak menunjukkan rasa lelah sama sekali..." kata Han So."Entahlah. Yang kita hadapi ini bukan makhluk sem
Dewa Api muncul diatas para Dewa yang hendak menyerang Bara Sena. Semuanya pun terdiam setelah Dewa itu muncul didepan mereka."Dewa Api Huo Ma!" teriak para dewa tersebut.Ternyata Dewa Api yang menjadi juri tersebut bernama Huo Ma. Salah satu dari dua yang terkuat di ruangan tersebut. Dia menjadi juri tapi tak pernah ikut campur dengan jalannya pertarungan."Apa yang ingin kalian semua lakukan?" tanyanya dengan suara berat.Para Dewa yang ada disana hampir semua pernah dikalahkan olehnya. Hanya saja mereka tidak dibunuh dan masih mendapat pengampunan. Berbeda dengan para Iblis yang banyak terbunuh setelah bertarung melawan Iblis Mata Perak. Seandainya para iblis itu tidak terbunuh oleh Iblis Mata Perak, kemungkinan besar kekuatan Dua kubu akan sama-sama kuat. Karena para iblis yang pernah mati di tangan Iblis Mata Perak adalah Pendekar Ranah Alam Dewa semua!"Ka...Kami akan membunuh Dewa sesat itu Huo Ma!" teriak salah satu dewa.Huo Ma tersenyum. Kedua matanya menyala menatap Dewa
Wuuuuttt!Bara merasa sedikit terkejut dengan serangan Aghor yang begitu cepat setelah tubuhnya diselimuti kekuatan petir."Kekuatan dan kecepatannya meningkat pesat!" batin Bara yang hampir saja tidak bisa menghindar.Aghor tak menyangka Pendekar Golok Iblis itu kembali menghindari serangannya meski dia sudah menggunakan kekuatan petir miliknya."Apakah dia bisa menyamai kecepatanku? Bagaimana cara dia menghindar? Aku sudah meningkatkan kecepatan hingga lima kali lipat tapi tetap saja, dia berhasil menghindari serangan meski hampir sulit untuknya berkelit..." batin Aghor.Dewa Petir muda itu lupa, bahwa Bara pernah menyerap kekuatan dari Hantu Putih yang memiliki kecepatan tinggi. "Kau memang hebat. Bahkan kau belum mengeluarkan kekuatan Dewa maupun iblis milikmu. Tapi menghindari serangan cepatku, seolah-olah itu bukan masalah bagimu." kata Aghor setengah memuji."Kau memang sangat cepat. Tapi itu masih kurang jika kau ingin menyentuh tubuhku, Aghor. Kali ini aku tidak akan segan l
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk