Home / Romansa / Kekasih Rahasia CEO / Kabanata 81 - Kabanata 90

Lahat ng Kabanata ng Kekasih Rahasia CEO: Kabanata 81 - Kabanata 90

256 Kabanata

Menjadi Wanita Simpanan

Apartemen yang akan Starla tempati bergaya shabby chic yang memadukan furniture antik dengan warna-warna pastel dan motif bunga. Begitu feminin dan anggun. Baru pandangan pertama Starla sudah jatuh cinta pada hunian barunya. Apartemen itu cukup luas dan lapang, bahkan terlalu besar untuk Starla tempati sendiri.Starla terkagum-kagum pada setiap detail yang ditawarkan tempat itu. Desainnya, furniture-nya, suasananya, serta atmosfir menenangkan yang membuatnya merasa nyaman.“Dev, jadi aku akan tinggal di sini?” tanya Starla seakan kurang yakin.“Yup. Gimana? Kamu suka?” Radev balik bertanya, ingin tahu bagaimana perasaan Starla.“Suka banget, Dev. Apartemennya cantik banget.”Senyum senang terselip di bibir Radev kala mengetahuinya. Tidak salah keputusannya untuk meminta bantuan Bjorka karena hasilnya sangat memuaskan. Mengingat Starla akan tinggal lama dan sendiri di sini, Radev ingin memberikan suasana yang membuat perempuan itu kerasan.Ada dua kamar di sana yang sama besarnya. Di u
Magbasa pa

Semena-mena

Radev mengangguk pelan tanpa senyum ketika sekuriti rumah orangtuanya menyapa sesampainya Radev di sana. Sejak dulu pria itu memang terkenal irit senyum. Sikapnya pun cenderung dingin. Paling Radev akan bersikap lebih hangat hanya kepada orang-orang terdekat yang mampu menyentuh hatinya. Starla misalnya.Masuk ke dalam rumah, Radev mencari Megan dan menemukan ibunya itu sedang bersantai sambil membolak-balik halaman majalah di tangannya.“Mau bicara apa, Mi?” tanya Radev to the point.Pertanyaan lugas Radev membuat Megan mengangkat mata dari majalah di hadapannya.“Kamu ini nggak ada basa-basinya sama sekali. Nggak bisa kalau nggak nyapa Mami baik-baik dulu?”“Mau disapa gimana? Ini aku kan udah sapa.”Megan geleng-geleng kepala melihat peringai putra satu-satunya itu. “Duduk!” suruhnya sedetik kemudian.Tanpa membantah Radev menempatkan dirinya duduk di kursi yang berseberangan dengan ibunya.“Mami tadi ke kantor kamu dan para pegawai kamu bilang jalang itu sudah resign.”“Namanya St
Magbasa pa

Anak Yang Terkekang

Sudah sejak dulu Radev meminta seluruh asetnya dipindahkan menjadi namanya. Mulai dari perusahaan, apartemen, mobil dan beberapa properti yang lain. Tapi Marvel tidak pernah mengabulkannya. Ayahnya itu berjanji akan mengalihkan semua harta benda mereka atas nama Radev setelah Radev menikah dengan Ajeng.Dan sekarang Radev mengerti apa tujuannya. Agar orangtuanya bisa mengekang dan menyetirnya.“Apa maksud Papi sebenarnya?”Marvel, Megan, serta dua putri mereka serentak mengangkat wajah saat Radev muncul di ruang makan. Saat itu keempatnya sedang makan malam bersama.“Maksud apa, Dev? Kamu baru pulang? Ayo kita makan sekalian,” ucap Megan, lalu memanggil asisten rumah tangga. “Bi, tolong ambilin piring untuk Mas Radev.”“Aku nggak mau makan, Mi. Aku mau tahu apa maksud kalian menjual apartemenku?” tanya Radev tajam. Di puncak rasa sakit hatinya karena merasa tidak dihargai untung ia masih bisa bicara baik-baik.“Oh itu,” jawab Megan menggumam lalu melempar pandang ke arah suaminya.“Pa
Magbasa pa

Kamu Adalah Rumah Ternyaman

“Pokoknya siapapun yang datang kamu harus pake masker.”Langkah kaki Starla tertahan ketika pesan dari Radev terngiang di telinganya.Starla kembali ke kamar untuk mengambil penutup setengah wajah itu. Radev sudah menyiapkan satu kotak untuknya. Pria itu benar-benar sudah mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.Setelah memasangnya dan bercermin sekilas Starla menarik langkah cepat ke ruang depan. Ia tidak ingin Radev terlalu lama menunggu.Pintu Starla buka, menampilkan sosok menjulang berpakaian serba hitam. Messy hair-nya membuat lelaki itu tampak jauh lebih muda dari usia yang sebenarnya.Bibir Starla otomatis melengkung menyambut pria yang dicintainya itu.“Sorry, aku telat.” Itu hal pertama yang Radev katakan.“Aku pikir kamu nggak jadi datang,” jawab Starla sambil melangkah di sebelah Radev.Radev menghempaskan napas berat sembari menjatuhkan diri di sofa. Tangannya menjangkau remote lalu dinyalakannya televisi layar lebar di ruangan itu. Seketika sebuah siaran
Magbasa pa

Paksaan Yang Tidak Bisa Ditolak

Seluruh mata yang berada di ruang makan serentak tertuju ke arah Ajeng saat perempuan itu menyampaikan usulnya.“Alexa siapa, Jeng?” tanya Megan ingin diperjelas.“Sahabat aku, Mi. Dia juga kerja sebagai sekretaris di perusahaan pacarnya, tapi mereka putus. Karena ngerasa nggak enak dia resign dari sana. Radev kenal kok sama dia,” terang Ajeng sejelas-jelasnya.Megan manggut-manggut tanda mengerti. “Ya udah, Dev, tunggu apa lagi? Dari pada susah-susah mencari orang baru lebih baik sama orang yang sudah dikenal dengan baik,” ucapnya menasehati.“Gue setuju, Dev,” kata Raihana menimpali. “Gue yakin karena dia sahabatnya Ajeng maka dia nggak mungkin aneh-aneh.”Radev menggelengkan kepala menolak ide yang dilontarkan padanya. Ia merasa tidak akan cocok dengan sahabat sang tunangan, apalagi di matanya Alexa setipe dengan Ajeng.“Tuh kan, Dev, Mami dan Rai aja setuju, masa kamu enggak?” ucap Ajeng yang merasa menang karena mendapat dukungan.“Aku nggak bakal cocok sama dia, Jeng. Aku dan di
Magbasa pa

Peristiwa Malam Itu

Radev membanting pintu mobil Rachel dengan kesal setelah masuk ke dalamnya. Akibat terus dipaksa, Radev akhirnya terpaksa mengantar Ajeng pulang. Radev menggunakan mobil adiknya karena itulah satu-satunya yang tersisa di halaman rumah. Sedangkan mobilnya dan mobil anggota keluarga yang lain sudah masuk ke dalam garasi.Sambil menguap Radev mulai mengendara meninggalkan rumahnya. Tidak hanya matanya yang berat, ternyata setir mobil adiknya juga berat sehingga ia merasa sedikit kesulitan. Mungkin di antara anggota keluarganya hanya Rachellah yang hidupnya tidak terlalu berlebihan. Hanya adiknya itu satu-satunya yang memakai mobil yang sama selama lebih dari lima tahun. Radev tidak habis pikir entah mengapa Rachel begitu setia pada city car-nya itu di saat yang lain mengganti tunggangan mereka seperti berganti pakaian.“Dev, kamu beneran ngantuk ya?” tanya Ajeng saat melihat Radev tidak berhenti menguap.Radev menjawab pertanyaan retoris itu dengan dengkusan. Ia malas bicara apalagi deng
Magbasa pa

Kondisi Terakhir Radev

Dingin dan kepala yang terasa berat. Itu yang dirasakan Radev saat mencoba membuka mata. Awalnya semua tampak buram, tapi pelan-pelan semua kian jelas. Sunyi. Tidak ada suara apa pun.Radev tidak tahu sedang berada di mana hingga akhirnya menyadari begitu banyak alat-alat medis bergelantungan di tubuhnya. Termasuk alat bantu pernapasan yang terhubung ke hidungnya.Tapi, apa yang terjadi? Kenapa dirinya bisa berada di sini? Di mana Starla? Bagaimana kondisi Starla saat ini dan calon anak mereka?Starla adalah hal pertama yang memenuhi kepalanya. Ia tidak bisa memikirkan hal lain kecuali Starla.Dua orang perempuan berpakaian putih-putih yang baru saja masuk ke ruangan menghampiri Radev. Salah seorang dari mereka memeriksanya. Sedangkan yang lain terlihat menghubungi entah siapa.”Pasien sudah sadar, Dok.” Itu kalimat yang berhasil Radev dengar.Mendengar kata ‘pasien’ membuat Radev jadi tahu keberadaannya saat ini. Pasti dirinya sedang berada di rumah sakit. Lalu Radev berusaha sebisa
Magbasa pa

I Miss You Badly

Radev memalingkan muka ke arah lain, menghindari Ajeng yang ingin menyuapinya makan. Penolakan Radev membuat perempuan itu menghela napas.“Ayolah, Dev, makan dulu sedikit. Kalau kamu terus begini gimana bisa sehat. Ingat nggak dokter bilang apa?”Radev diam saja. Tidak menanggapi Ajeng yang berkicau di sebelahnya. Sampai perempuan itu menjawab sendiri pertanyaan yang diajukannya.“Kata dokter kamu harus banyak makan biar ada energi. Karena itu sangat membantu untuk proses penyembuhan. Jangan kayak anak kecil dong, malu ah sama Alexa.”Alexa yang duduk di sofa tersenyum sekilas lalu pura-pura sibuk dengan gawai di tangannya.“Nanti aku suap sendiri, kamu pulang aja.” Radev akhirnya bersuara.“Aku nggak mungkin ninggalin kamu sendiri di sini, Dev. Mami nyuruh aku nemenin kamu di sini.” Ajeng bersikeras bertahan di tempat.Radev berdecak kecil. Bukan Ajeng yang dibutuhkannya, tapi Starla. Namun hingga detik ini ia masih belum bisa bertemu dengan Starla. Kekasihnya itu juga tidak mungkin
Magbasa pa

Wish You Were Here

“Dev, kamu masih di sana? Kamu bisa dengar suara aku kan, Dev?” tanya Starla meyakinkan bahwa mereka masih terhubung lantaran tidak mendengar suara pria itu.“Iya, La, aku dengar suara kamu.” Radev menjawab pertanyaan Starla pelan.“Terus kenapa nggak jawab pertanyaan aku?”“Pertanyaan yang mana?”“Kenapa kamu nggak pernah datang ke sini dan handphone kamu juga nggak bisa dihubungi? Kamu-nya juga nggak pernah menghubungi aku.”Rentetan pertanyaan dari kekasihnya lagi-lagi membuat Radev terdiam. Ia belum menyiapkan jawabannya. Padahal semestinya ia bisa mengantisipasi. Tentu saja Starla akan menanyakan hal tersebut mengingat situasi mereka saat ini.“Dev?” panggil Starla karena lagi-lagi tidak mendengar suara Radev. Lalu telinganya menangkap suara batuk pria itu sebelum Radev memulai penjelasannya.“La, handphoneku hilang jadi aku nggak bisa menghubungi kamu.”“Hilang di mana? Kok bisa?” tanya Starla heran.“Entahlah, mungkin aku terlalu teledor.”“Terus sekarang kamu pake handphone da
Magbasa pa

Perempuan Murahan Sesungguhnya

Starla memakukan mata pada televisi layar lebar yang menyala di hadapannya. Sudah sejak tadi dirinya di sana. Duduk termangu dengan tatapan lurus, tapi sebenarnya pikirannya jauh mengelana ke mana-mana. Pada Radev, pada keuarganya, pada teman-temannya, pada kehidupan di luar sana. Pada kebebasan yang saat ini tidak lagi menjadi miliknya.Berada sendiri di apartemen ini apalagi dengan begitu banyak batasan yang diberikan Radev membuat Starla merasa hidup di dimensi lain. Starla terasing dari peradaban, dari hiruk pikuk dunia luar, dari pergaulan dengan manusia. Sejak tinggal di apartemen ini Starla tidak sekali pun ke luar. Langkahnya hanya sebatas pintu depan unitnya. Radev sudah melengkapi segala kebutuhannya sehingga Starla tidak perlu repot-repot dan tidak punya alasan untuk ke luar.Suara bel yang merasuki pendengarannya membuat Starla tersentak. Dengan refleks pandangannya beralih ke arah pintu. Detak jantungnya mengencang tiba-tiba.Siapa yang bertamu? Tidak mungkin Radev. Starl
Magbasa pa
PREV
1
...
7891011
...
26
DMCA.com Protection Status