All Chapters of Suami Pengganti untuk Adara: Chapter 241 - Chapter 250
316 Chapters
241). Penjagaan Ketat
***"Dara, dua orang polisi ini namanya Pak Erlan dan Pak Gunawan. Mulai sekarang, mereka berdua akan menjaga Papa kamu di sini sampai nanti beliau sembuh."Kembali ke rumah sakit siang ini, Adam datang bersama dua orang polisi yang diutus pihak kepolisian untuk menjaga Ginanjar setelah pagi tadi Adam memergoki orang mencurigakan di depan kamar rawat sang besan.Tak mau terjadi sesuatu dengan Ginanjar, pagi tadi—setelah gagal menangkap orang mencurigakan di depan kamar rawat Ginanjar, Adam memang langsung mengajukan perlindungan saksi dan karena koneksi yang dia punya, semua proses berjalan dengan lancar."Oh oke, Pa," kata Adara. "Makasih banyak."Tak di dalam ruangan, mereka berbincang di depan karena Ginanjar saat ini harus beristirahat setelah makan siang dan meminum obat beberapa menit lalu."Sama-sama," ucap Adam. "Perihal kasus kamu, meskipun Papa kamu udah ngomong yang sebenarnya, proses sidang akan tetap berlangsung karena berkas sudah masuk ke kejaksaan dan menurut informasi
Read more
242). CT Scan?
***"Kamu jangan telat makan siang ya, Dan. Habis ini langsung makan."Sambil melangkah menyusuri koridor rumah sakit, Adara mengatakan kalimat tersebut pada Danendra lewat sambungan telepon yang kini terhubung.Hari ketiga pasca Ginanjar sadar, Adara kembali mengunjungi sang Papa untuk menemaninya beberapa saat. Tak bisa menginap, Adara memilih datang pukul delapan pagi—setelah menyuapi Elara sarapan lalu akan pulang sekitar pukul dua atau mungkin pukul empat bersama Danendra.Untuk sore sampai pagi, Adara mempercayakan Ginanjar pada Mbak Lia karena meskipun ada polisi, tetap saja Ginanjar butuh pendamping di dalam ruangan yang bisa membantu pria itu ketika membutuhkan sesuatu saat Adara tak ada di sana.Elara sedang tumbuh gigi, beberapa malam ini balita itu cukup rewel dan tentu saja Adara tak mungkin meninggalkannya ketika malam tiba.Senyaman-nyamannya gendongan pengasuh, bagi seorang anak gendongan terbaik tetaplah gendongan ibunya."Iya, Sayang. Habis pekerjaanku selesai, aku l
Read more
243). Kecolongan?
***"Bu."Usai menyantap makan siangnya di kantin, Danendra mengangkat tangan untuk memanggil sang ibu warung agar dia bisa membayar semua makanan yang baru saja dia santap.Tak bersama siapa-siapa, Danendra menyantap makan siang sendiri tanpa ditemani siapapun karena semua karyawan di sana pun nampak segan untuk mendekat.Padahal, sebagai atasan, Danendra bisa dibilang cukup humble. Namun, tentu saja humble tersebut akan hilang ketika jam kerja sudah dimulai. Danendra tak suka bermain-main dengan pekerjaan. Begitulah prinsipnya."Sudah makannya, Pak?" tanya Bu Emi ketika dia berdiri persis di samping meja Danendra."Sudah, jadi berapa?""Nasi sama ayam dua, sayur, tahu goreng sama teh manis ya, Pak?""Iya.""Empat puluh ribu, Pak.""Oh oke, sebentar."Danendra mengeluarkan dompet dari saku celananya lalu mengambil selembar uang seratus ribuan dari sana untuk dia berikan pada Bu Emi."Saya ambil kembaliannya dulu ya, Pak.""Enggak usah," kata Danendra. "Kembaliannya buat Ibu aja.""T
Read more
244). Penyelamatan
***"Pak, apa yang anda minta sudah datang."Membawa Ginanjar turun dari mobil, ucapan tersebut langsung dilontarkan salah satu dari dua anak buah Erlangga yang baru saja tiba setelah menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bogor.Tak dibawa ke gudang kosong atau hutan, Ginanjar dibawa ke villa Erlangga yang bisa dibilang cukup mewah."Lepaskan saya," desis Ginanjar sambil berusaha melepaskan cengkraman anak buah Erlangga pada kedua tangannya.Tak lagi tidur, Ginanjar terbangun ketika di perjalanan. Sebenarnya dia sudah berusaha kabur. Namun, tentu saja tenaganya yang sedang melemah membuat pria lima puluh lima tahun itu kalah."Mana?"Erlangga yang berada di lantai dua lantas berjalan menuju pagar pembatas. Sedikit mencondongkan badannya, dia tersenyum tipis melihat pria yang sangat dia benci ada di depannya."Hai, Ginanjar. Apa kabar?" tanya Erlangga."Jadi kamu biang keroknya?" tanya Ginanjar."Iya, kenapa? Mengejutkan?" tanya Erlangga. Setelahnya dia melangkah menuruni tangga hing
Read more
245). Bagaimana Danendra?
***"Aduh kenapa, Non?"Adara menoleh ketika Mbak Vivi datang menghampirinya ke dapur sesaat setelah dia tak sengaja menjatuhkan gelas hingga pecah dan terburai di lantai."Ini anu, Mbak. Tadi aku enggak sengaja jatuhin gelas," kata Adara."Duh, jangan dibersihin Non. Biar Mbak aja," kata Mbak Vivi."Aku aja, Mbak."Berjongkok, Adara mulai memunguti pecahan gelas tersebut. Namun, sial, kegiatannya terhenti ketika bagian pecahan yang tajam tak sengaja melukai telunjuknya."Aw!""Tuh kan, Non. Udah sama Mbak aja.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Non.""Ya udah maaf ya, Mbak.""Iya enggak apa-apa," kata Mbak Vivi.Adara beranjak kemudian berjalan menuju wastafel untuk mencuci jari telunjuknya yang berdarah. Setelah merasa lebih baik, dia kemudian berjalan meninggalkan dapur untuk menghampiri Elara yang saat ini sedang bersama Teresa di kamar."Ra, tadi bunyi apa?" tanya Teresa saat Adara datang. "Kaya ada yang pecah.""Iya itu gelas, Ma. Enggak sengaja tadi kesenggol," ucap Adara."O
Read more
246). Cinta Pertama?
***"Lapar?"Danendra tersenyum ketika melihat Adara begitu lahap menyantap nasi juga lauk pauk di piring yang baru saja dipesan beberapa menit lalu di kantin rumah sakit."Iya. Banget," jawab Adara dengan mulut yang penuh. "Tadi aku belum sempat makan.""Ya udah makan yang banyak," ucap Danendra. "Kalau habis, pesan lagi.""Satu porsi aja cukup."Setelah kedatangannya lima belas menit lalu, Adara langsung memastikan kondisi Danendra yang ternyata mengalami luka tak terlalu parah karena bagian tubuh yang tertembak adalah lengan.Hanya memerlukan berapa jahitan lalu perban yang dililitkan di sana, Danendra sudah kembali seperti semula dan tentu saja diizinkan untuk pulang tanpa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit."Tau enggak? Aku khawatir banget," kata Adara ketika nasi di piringnya sisa sedikit."Khawatir kenapa?""Khawatir kamu kenapa-kenapalah, Dan," ucap Adara. "Luka tembak. Peluru masuk badan. Bayangin aja separah apa lukanya.""Kenyataannya aku enggak apa-apa.""Ta
Read more
247). Sidang Putusan
***"Ra, udah siap?""Sebentar, Dan. Sedikit lagi.""Ya udah aku tunggu di depan ya.""Iya."Usai menjawab ucapan Danendra, Adara kembali merapikan pakaian yang dia kenakan hari ini. Setelahnya Adara menyisir lalu memilih untuk mengikat rambutnya agar lebih simple.Selesai.Adara tak langsung bergegas menghampiri Danendra juga Elara yang sudah selesai bersiap-siap sejak tadi. Untuk beberapa menit dia berdiri sambil memandangi pantulan wajahnya di cermin."Bisa. Kamu pasti bisa. Keputusannyannya pasti yang terbaik," ucap Adara. Setelah itu dia mengangkat tangannya. "Adara semangat!"Setelah merasa yakin, dia bergegas mengambil tasnya lalu melangkah keluar dari kamar untuk segera menyusul Danendra.Di dekat tangga, Adara bertemu Mbak Vivi yang baru saja keluar dari dapur."Non mau berangkat sekarang?""Iya, Mbak. Doain ya.""Pasti Non," ucap Mbak Vivi. "Mbak pasti doain yang terbaik buat Non Dara.""Makasih, Bi," ucap Adara tersenyum. "Berangkat dulu ya.""Hati-hati di jalan, Non.""Sia
Read more
248). Lepas Pil
***"Berapa hari sih, Dan. Di sana? Aku lupa."Danendra yang sedang asyik mengajak Elara bermain di kasur, mengalihkan perhatiannya pada Adara yang saat ini berdiri di depan lemari untuk mempersiapkan perlengkapan menuju Paris, besok.Tak akan berangkat dari rumah, rencananya malam ini Adara dan Danendra akan bergegas menuju rumah Adam agar besok bisa berangkat bersama dari sana menuju bandara."Enggak tau, lupa. Kayanya seminggu," ucap Danendra."Waw.""Kenapa?""Lama juga," kata Adara."Enggak apa-apa, udah lama juga enggak liburan," ucap Danendra. "Bukan lama lagi sih, tapi emang semenjak nikah kita kan belum sempat ke luar negeri. Iya, kan?""Iya," ucap Adara."Bawa aja punyaku satu koper, punya kamu satu koper," ucap Danendra. "Punya Elara satu koper juga cukup enggak? Barang bawaan dia kayanya lebih banyak.""Cukup deh kayanya, biar nanti selimut sama yang lain disimpan di luar koper aja," kata Adara."Nah bisa juga.""Oke deh, aku kemas-kemas dulu," kata Adara. "Oh ya, bajunya
Read more
249). Insecure
***"Felicya mana?""Masih di ruangannya, Pak.""Oh oke, makasih."Tanpa permisi, Rafly melangkahkan kakinya memasuki butik lebih dalam lalu menuju ruangan kerja Felicya.Tak mengetuk dulu, Rafly membuka pintu dengan sedikit kasar dan di dalam sana yang dia dapati adalah; Felicya masih sibuk memasang payetan pada sebuah gaun yang terpasang pada manekin."Masuk ketuk dulu kal-"Felicya menghentikan ucapannya setelah dia tahu jika Raflylah yang baru saja masuk ke ruangannya tanpa permisi."Kamu," panggil Felicya. "Udah pulang dari kantor? Katanya lembur sampe malam?""Kenapa, enggak suka aku pulang awal?" tanya Rafly. Dia yang semula berdiri di ambang pintu lantas melangkah masuk lalu duduk bersandar di sofa.Hari ini seharusnya Rafly memang lembur dan pulang pukul delapan malam. Namun, karena kesalahan teknis, dia pulang seperti biasa pukul lima sore.Biasanya ketika pulang sekitar pukul setengah enam, Felicya sudah ada di rumah karena memang sejak satu bulan lalu Rafly meminta istriny
Read more
250). Menuju Paris
***"Kalian udah pada siap belum?!"Sekali lagi, teriakan Adam terdengar dari teras rumah untuk memanggil anggota keluarganya yang pagi ini sedang sangat sibuk bersiap-siap.Sesuai rencana, hari ini keluarga besar Adam Manuel Alexander akan pergi berlibur menuju Paris, Francis.Sebenarnya tak ada istilah akan terlambat terbang karena mereka pergi menggunakan jet pribadi, hanya saja Adam memang ingin semuanya tepat waktu.Berangkat dari Indonesia pukul delapan, mereka harus sampai di Paris sekitar pukul satu dini hari karena memang menuju kota yang terkenal dengan menara eifelnya itu membutuhkan waktu kurang lebih tujuh belas jam."Udah siap?" tanya Adam pada Danendra juga Adara yang keluar dari rumah lebih dulu."Udah," kata Danendra."Yang lain mana?""Masih siap-siap.""Lama banget," kata Adam."Ya maklum, Kak Aksa sama Danish kan anaknya tiga, jadi agak repot.""Iya sih.""Danendra nunggu di mobil.""Ya udah."Bersama Adara juga Elara, Danendra melangkah menuju Range Rover putih ya
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
32
DMCA.com Protection Status