All Chapters of Suami Pengganti untuk Adara: Chapter 161 - Chapter 170
316 Chapters
161). Melepas Rindu
***"Baby El udah tidur?"Baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya, pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Adara pada Danendra yang sejak tadi berbaring di kasur sambil mengajak Elara bermain.Melepas rindu, sejak siang tadi Elara memang terus bersama Danendra. Tak menggunakan tangan kanannya, Danendra begitu lihai menggendong Elara dengan tangan kiri lalu mengajak putrinya itu bermain.Seperti sekarang, setelah puas bermain, balita empat bulan itu akhirnya terlelap setelah Danendra mendendangkan lagu anak-anak untuk sang putri."Udah, baru aja," kata Danendra. Pelan dan sangat hati-hati, dia beranjak dari kasur lalu duduk di bagian pinggir."Tidurnya digimanain?" tanya Adara."Maksudnya?""Enggak dimomong, kan?" tanya Adara. "Momong bayi soalnya harus pake dua tangan.""Enggak," kata Danendra."Terus diapain?""Aku gendong di pundak terus tepuk-tepuk," kata Danendra—membuat tangan Adara yang hampir saja meraih piyama seketika berhenti.Adara berbalik badan lalu memandang suaminya.
Read more
162). Pengantin Baru
***"Lama banget kamu dandan, bisa keluar sekarang enggak?"Felicya yang masih membubuhkan makeup di wajahnya menoleh lalu mendelik tajam ke arah Rafly ketika pria itu lancang masuk ke kamarnya.Setelah persiapan yang mereka lakukan bersama, hari ini akhirnya tiba. Butuh waktu dua minggu bagi Felicya dan Rafly untuk memantapkan hati menikah.Tak menikah secara hukum, Felicya dan Rafly memutuskan untuk menikah siri lebih dulu untuk membuang kabar miring yang akan berhembus nantinya.Selagi usia kehamilan Felicya saat ini baru menginjak lima minggu, orang-orang tak akan menyangkanya hamil di luar nikah karena ketika nanti melahirkan, Felicya hanya tinggal berkata jika dia mengalami kelahiran prematur alias tujuh bulan.Bukankah alasan itu yang selalu digunakan kebanyakan orang yang mengalami acident sebelum menikah?"Enggak sabaran banget!" protes Felicya tak suka. "Kamu pikir dandan itu gampang apa?"Rafly yang saat ini berdiri di ambang pintu, menghembuskan napas kasar lalu melangkahk
Read more
163). Permintaan Berbohong
***"Kok berat banget ya, rasanya."Sekali lagi, Adara mengeluh ketika dia baru saja kembali masuk ke dalam mobil Danendra setelah beberapa menit lalu keluar dari kediaman Alexander."Cuman dua malam kok, enggak lama."Adara menghela napas lalu memandang Danendra yang sudah duduk di kursi kemudi. "Jahat enggak sih kita, Dan? Mau liburan enggak bawa anak. Cuman berdua aja," tanyanya."Hm, enggak sih, Ra," kata Danendra. "Kita emang udah punya anak, tapi rasanya sekali-kali kita juga butuh quality time berdua."Dua minggu setelah kepulangannya di rumah sakit, Danendra tiba-tiba saja mengajak Adara berlibur sebagai ganti perayaan aniversary pernikahan mereka yang harusnya dirayakan sebulan lalu.Tak jauh, Danendra mengajak Adara ke Pangandaran selama dua malam terhitung jumat sore sampai minggu siang. Pria itu bilang ingin menghabiskan waktu berdua bersama Adara.Dan karena itu, sore ini—sebelum berangkat, Adara dengan berat hati menitipkan Elara kembali bersama Teresa ditemani beberapa
Read more
164). Sebenarnya Kemana?
***"Mamanya mana?"Turun dari tangga sambil membawa koper, Danendra langsung melontarkan pertanyaan tersebut pada Adara yang baru saja kembali setelah mengantar Monica ke depan rumah."Udah pergi.""Lho, enggak lama?" tanya Danendra heran.Duduk di sofa ruang tengah, dia memandang Adara yang kini berjalan menghampiri lalu duduk di sampingnya."Mama ke sini cuman mau minta tolong aku aja," kata Adara."Minta tolong apa?""Bohong.""Hah?"Adara menghela napas. "Mama mau pergi ke puncak buat nginep sama teman-temannya," ungkap Adara. "Karena Papa aku super posessive, Mama enggak akan diizinin kalau bicara yang sebenarnya.""Terus?""Mama bohong," kata Adara. "Dia bilangnya ke Papa mau nginep di sini selama weekend dan minta tolong ke aku buat ngomong ke Papa kalau Mama ada di sini karena Papa pasti telepon nantinya buat mastiin.""Oh." Danendra menjawab singkat sebagai bentuk paham akan cerita yang diungkapkan Adara. Statusnya hanya menantu di keluarga Ginanjar, Danendra tak berani berk
Read more
165). Tidur di Puncak
***"Kamu ini sebelum hamil nyusahin, udah hamil malah makin nyusahin ya.""Ngedumel terus, diam aja bisa enggak sih?"Duduk di ujung kasur, Felicya berdecak ketika Rafly terus mengomel sambil mengemasi pakaian ke dalam koper.Pukul sepuluh malam ketika mereka hampir saja terlelap setelah aktivitas jumat yang cukup melelahkan, Felicya tiba-tiba saja mengutarakan keinginan yang membuat Rafly geleng-geleng kepala karenanya.Bukan ngidam makanan aneh atau sebagainya, Felicya tiba-tiba saja ingin tidur di puncak Bogor malam ini. Rafly sudah menawar dengan meminta Felicya untuk pergi ke kota hujan itu besok pagi dan menginap malam minggu di sana.Namun, karena ini bagian dari ngidam, Felicya jelas menolak keras usulan suaminya itu. Dia mau malam ini ke Puncak dan harus malam ini. Titik!"Lagian kamu tuh ngidamnya aneh terus, Fel," keluh Rafly. "Apa bedanya sih tidur di sini sama tidur di Puncak? Perasaan sama-sama merem deh.""Rafly Sanjaya," desis Felicya. "Sekali lagi protes, aku lempar
Read more
166). Tiba di Pangandaran
***"Ya Tuhan akhirnya sampai."Danendra mematikan mesin mobil lalu memundurkan jok sedikit ke belakang. Menaikkan kedua kakinya ke atas dashboard, dia merentangkan kedua tangan yang terasa sangat pegal.Istirahat beberapa kali selama perjalanan, Danendra dan Adara sampai di salah satu hotel mewah di Pangandaran setelah menghabiskan waktu delapan jam perjalanan.Cukup melelahkan, tapi semuanya akan terbayar dengan pemandangan indah yang akan mereka lihat besok pagi.Sunrise, tentu saja dia. Sengaja berangkat sore agar tiba dini hari, Danendra memang mengincar sunrise yang biasa terlihat jelas di pantai pangandaran setiap pagi.Orang bilang, untuk melihat sunrise yang cantik, Danendra harus pergi ke pantai mulai jam setengah atau jam lima pagi agar bisa melihat indahnya matahari terbit di pantai timur Pangandaran—tempatnya berada, sekarang."Semoga besok enggak mendung," gumam Danendra pelan.Setelah lima belas menit meluruskan badan, Danendra menurunkan kedua kakinya lalu menoleh pada
Read more
167). Jangan Ikut Campur
***"Diangkat enggak?"Adara menggeleng pelan sambil memandang Danendra yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan kondisi yang lebih segar.Gerah karena menyetir dalam waktu yang lama, Danendra memang memutuskan untuk membersihkan badan meskipun jam dinding di kamar hotel kini sudah menunjukkan pukul dua pagi.Selain dia yang tak enak jika tidur dengan kondisi badan yang berkeringat, Adara pun tentunya tak akan mengizinkan dia tidur di kasur jika tak mandi lebih dulu."Enggak, Dan. Diriject terus," kata Adara setelah beberapa menit lalu dia terus mencoba menghubungi nomor baru yang sempat meneleponnya."Siapa ya?""Enggak tahu, cuman aku kok jadi khawatir sama Mama ya?" tanya Adara. "Sampai sekarang kan aku belum tahu Mama di mana terus pergi sama siapa."Mengabaikan tubuhnya yang masih memakai handuk, Danendra mendekati Adara lalu memandang istrinya itu dari samping."Mau pulang?""Siapa?""Kamu," kata Danendra. "Kali aja kamu pengen pulang karena khawatir sama Mama.""Hm.""Engg
Read more
168). Sunrise
***"Dingin."Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie, ucapan tersebut kembali dilontarkan Adara ketika kini dia dan Danendra tengah berjalan menyusuri pasir tanpa alas kaki.Baru beristirahat pukul tiga pagi tadi, sekarang—tepat pukul setengah lima, Adara dan Danendra sudag kembali terbangun untuk menikmati sunrise yang sebentar lagi akan muncul di pantai bagian timur Pangandaran.Sebenarnya pusing, tapi rasanya juga sayang jika harus melawatkan pemandangan indah yang tak bisa mereka lihat setiap harinya."Mau aku peluk?" tanya Danendra yang sejak tadi sibuk mengotak-atik kameranya."Enggak usah," kata Adara."Hm.""Udah di sini aja kayanya, Dan," ucap Adara ketika dia dan Danendra sudah sampai di bibir pantai. "Jelas juga dari sini.""Oh mau di sini?""Iya, di sini aja.""Oke deh," kata Danendra patuh."Mau duduk.""Sebentar," pinta Danendra. Sebelum Adara, dia tiba-tiba saja duduk berselonjor di atas pasir lalu menepuk kedua pahanya. "Duduk.""Hah?""Duduk di paha aku," pin
Read more
169). Monica dan Felicya
***"Kamu lagi apa?"Perempuan berpiyama satin yang sejak tadi duduk di sebuah kursi balkon menoleh ketika sebuah pertanyaan dilontarkan seorang pria yang kini berjalan menghampirinya lalu duduk di kursi."Udah bangun?""Udah," jawab pria tersebut. "Kalau belum, aku enggak akan ada di sini.""Ah iya.""Kamu belum jawab pertanyaanku," kata pria itu lagi. "Lagi ngapain di sini?""Habis nelepon Adara. Dia pasti khawatir karena dari kemarin aku enggak ngasih kabar."Perempuan berpiyama satin tersebut adalah Monica dan pria yang kini duduk di sampingnya adalah Erlangga, pria yang menemani mertua Danendra itu menginap semalaman di villa.Hubungan gelap? Mungkin bisa disebut seperti itu karena yang dilakukan Monica juga Erlangga semalam tak sekadar tidur berdua.Ada hal lain yang mereka lakukan dan jika Ginanjar tahu, bencana besar akan menimpa mereka.Monica dan Erlangga bukan dua orang yang asing. Keduanya sempat dekat puluhan tahun silam sebelum akhirnya Monica menikah dengan Ginanjar.Be
Read more
170). Bukan Feeling Baik
***"Bumbunya udah kecampur kok, enggak usah diaduk terus.""Eh, hah? Gimana, Dan?"Adara yang sejak tadi melamun sambil mengaduk macaroni schotel miliknya sedikit terkesiap mendengar ucapan Danendra."Kamu ngomong apa barusan?""Kamu cantik," jawab Danendra asal. Berbeda dengan Adara yang memilih macaroni sebagai sarapan, Danendra sejak tadi menyantap wafflenya dengan lahap."Enggak, bukan itu. Aku dengernya tadi kamu ngomong panjang kok," kata Adara. "Ngomong apa?""Aku ngomong, bumbu macaroni schotelnya udah kecampur. Enggak usah diaduk terus," kata Danendra.Adara menunduk lalu memandang makanannya yang memang sudah tak berbentuk karena yang dia lakukan sejak tadi adalah terus mengaduknya.Pulang dari pantai usai menikmati sunrise, Danendra mengajak Adara untuk sarapan sebelum kembali ke kamar hotel.Namun, alih-alih menyantap sarapannya dengan lahap, Adara justru sibuk memikirkan Monica.Mendapat telepon dari sang Mama yang mengatakan jika dia baik-baik saja di Puncak Bogor, haru
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
32
DMCA.com Protection Status