Suami Pengganti untuk Adara의 모든 챕터: 챕터 141 - 챕터 150
316 챕터
141). Danendra Khawatir
***"Buka mulutnya."Selepas kepergian Felicya, Adara langsung menggantikan Danish duduk di samping Danendra untuk menyuapi suaminya itu makan siang.Aksa duduk di sofa, sementara Danish berpamitan untuk istirahat di rumah sebelum nanti sore menjemput istri juga anak-anaknya yang akan datang ke Jakarta."Enak enggak?" tanya Adara ketika Danendra mulai mengunyah nasi juga ayam bumbu kuning dan sayuran lain sebagai pelengkap."Enak," kata Danendra."Tadi perempuan itu ngapain aja di sini?"Danendra maupun Adara seketika menoleh pada Aksa ketika pria itu melontarkan pertanyaan tersebut."Enggak ngapa-ngapain," jawab Danendra. "Dia bahkan baru datang.""Oh." Aksa menjawab singkat. "Enggak tahu malu.""Dia enggak ngaku," kata Danendra. "Felicya bilang kalau dia sama sekali enggak tahu tentang Dara sama Rafly yang tidur sekasur.""Terus kamu percaya?" Bukan dari Aksa, pertanyaan tersebut berasal dari Adara."Percaya," kata Danendra."Dan." Adara menatap suaminya."Jangan aneh-aneh," celetuk
더 보기
142). Mertua di Belakang Menantu
***"Akhirnya tidur juga kamu, Nak."Adara tersenyum sambil memandang Elara yang sudah terlelap dan menghentikan kegiatan menyusunya.Malam ini, Adara tak menjaga Danendra di rumah sakit karena harus menemani Elara. Sebenarnya dia ingin menginap lagi. Namun, karena Aksa juga Adam di sana, Adara mengalah.Lagipula Teresa tak akan fokus menjaga anaknya kalau Adara pergi karena malam ini cucunya yang lain datang dari Surabaya.Sesuai rencana, sore tadi sekitar pukul enam sore, Ayuma—istri Danish datang dari Surabaya membawa ketiga anaknya. Tujuan dia datang tentu saja ingin menjenguk Danendra.Sebagai adik ipar, hubungan Ayuma dan Danendra memang bisa dibilang cukup akrab. Apalagi menurut cerita Danish, dulu Danendra sempat berniat mengincar Ayuma sebelum Danish menyatakan cinta pada istrinya itu."Tidur yang nyenyak ya, Sayang," kata Adara sambil membaringkan Elara di box bayi yang terletak persis di samping kasur.Sama seperti di apartemen, di rumah ini pun Adara juga Danendra memutusk
더 보기
143). Rencana Aksa dan Danish
***"Pergi dulu, Pa.""Mau ke mana?"Bukan dari Adam, pertanyaan tersebut dilontarkan Danendra pada Aksa yang baru saja beranjak dari sofa."Mau keluar.""Ke mana?" tanya Danendra penuh selidik."Nyari angin," kata Aksa."Seriusan?""Emang muka Kakak kelihatan bercanda?" tanya Aksa."Enggak sih.""Kenapa sih, Dan?" tanya Adam pada Danendra. "Kakaknya mau keluar kok kaya enggak boleh. Kenapa?""Enggak," kata Danendra. "Siapa juga yang bilang enggak boleh.""Ya udah," kata Aksa. Dia kemudian melirik Adam lagi. "Pergi, Pa.""Iya."Setelahnya, Aksa benar-benar pergi meninggalkan kamar rawat Danendra. Tak sekadar mencari angin, tujuannya malam ini adalah keluar bersama Danish untuk menemui seseorang."Di mana?" tanya Aksa pada sang adik ketika dia mengemudi sambil menelepon."Masih di rumah," jawab Danish. "Sini jemput.""Oke."Tak banyak basa-basi, Aksa segera melajukan sedan hitamnya menuju rumah untuk menjemput Danish. Jalanan lancar, dia sampai persis di depan rumah pukul delapan malam
더 보기
144). Kiriman Pizza
***"Siapa?"Felicya yang baru saja keluar dari kamar setelah mengganti baju, langsung melontarkan pertanyaan ketika Rafly berjalan menuju ruang tamu sambil membawa pizza di tangannya."Kurir anterin pizza," kata Rafly sambil mendudukkan dirinya di sofa.Felicya mengerutkan kening lalu berjalan mendekat dan duduk di depan Rafly. "Pesen pizza?" tanyanya."Enggak.""Lah terus?"Rafly tersenyum. "Dari Adara," ucapnya."Hah?""Dari Adara," kata Rafly—mengulang lagi ucapannya."Kok bisa?""Apanya?" tanya Rafly lagi."Itu kok bisa Dara kirim pizza ke kamu?" tanya Felicya penasaran. "Bukannya kamu bilang dia marah?""Enggak tahu," kata Rafly. "Tadi dia tiba-tiba kirim chat terus minta maaf.""Terus?" tanya Felicya sambil mengernyit."Terus dia bilang mau kirim pizza, dan sekarang pizzanya udah datang."Felicya terdiam lalu bersandar pada sofa ketika otaknya menangkap sebuah kejanggalan dari cerita Rafly.Pagi tadi, Rafly bilang Adara marah besar lalu siamg pun ketika Felicya datang, Adara ma
더 보기
145). Memeriksa
***"Udah belum sih, Kak?"Aksa yang sejak tadi duduk santai dengan kedua kaki di atas dashboard juga sepotong pizza di tangan lantas menoleh ketika pertanyaan tersebut diucapkan Danish.Tak langsung pulang, saat ini—terhitung satu jam sudah Aksa juga Danish menunggu di mobil setelah pemberian pizza pada Rafly yang dilakukan Aksa."Apanya?""Itu Rafly sama Felicya," kata Danish. "Terus emang Kakak yakin habis ini mereka akan berhenti."Aksa menurunkan kedua kakinya lalu memandang Danish. Sebelum menjawab, dia menyimpan ponsel yang sejak tadi dipakai berkirim pesan dengan sang istri di atas dashboard."Ya kalau seandainya mereka berbuat sesuatu malam ini terus Felicya hamil, ya pasti berhenti," kata Aksa. "Logikanya, Felicya nanti hamil anak Rafly. Jadi buat apa mereka ngejar-ngejar Danendra ataupun Dara lagi?""Kalau enggak hamil berarti rencana kita menghentikan mereka gagal?" tanya Danish."Harus hamil," kata Aksa. "Biasanya kalau pertama kali tuh suka tokcer. Ananta gitu soalnya. M
더 보기
146). Terlambat Bangun
***"Ya ampun."Adara menggeliat pelan setelah beberapa menit lalu membuka matanya. Tak mengambil Elara dari Teresa, semalaman Adara bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus terbangun untuk menyusui karena Teresa sepertinya tak membangunkan dia untuk memberi asi.Di freezer masih ada beberapa buah stok asip yang baru saja disimpan Adara semalam setelah mengecek Elara. Perutnya terasa lapar, setelah melihat Elara aman bersama Teresa, Adara memang bergegas menuju dapur untuk makan malam.Setelah makan malam, dia memeras asi seperti biasa lalu memasukannya ke dalam tempat khusus sebelum didinginkan di freezer.Kembali ke kamar, Adara tak bisa tidur dan kedua matanya baru bisa tertutup setelah pukul dua belas malam. Ponsel Danendra rusak dan belum membeli yang baru, Adara dibuat jenuh karena tak bisa menghubungi suaminya baik lewat telepon maupun chat.Sebenarnya Adara bisa menghubungi Aksa maupun Adam. Namun, tentu saja dia terlalj segan untuk melakukan semua itu."Jam berapa ya ini," gum
더 보기
147). Rafly Berhenti?
***"Ah."Perlahan, Rafly membuka matanya lalu menggeliat—merentangkan kedua tangannya yang entah kenapa tiba-tiba saja merasa pegal. Menguap, dia membalikkan badannya dan ..."Astaga."Rafly tersentak mendapati Felicya tidur di depannya. Tak hanya sekadar tidur, Rafly semakin dibuat kaget melihat perempuan itu tak dibalut sehelai benang pun karena memang selimut yang menutupi tubuh telanjang Felicya hanya sampai ke dada—membuat kedua bahunya terekspos dengan nyata."Feli," ucap Rafly pelan.Memandangi Felicya, ingatan Rafly refleks berlari pada kejadian semalam—di mana dia memperkosa perempuan itu karena pengaruh obat perangsang.Ya, Rafly akhirnya sadar jika pizza yang diberikan Adara mengandung obat perangsang. Namun, kini satu yang mengganjal pikiran Rafly yaitu; setega dan senekad itukah Adara?Delapan tahun, tak hanya Adara yang tahu Rafly. Rafly pun sebaliknya. Dia cukup tahu bagaimana Adara seperti sifat sikap bahkan karakter perempuan itu.Sebenci atau setidak suka apapun Ad
더 보기
148). Saling Cemburu
***"Seka dulu ya, Pak.""Iya, Suster."Danendra yang sejak tadi terus memandang pintu—menunggu kedatangan Adara, langsung mengalihkan pandangannya pada perawat yang baru saja selesai mengganti infus.Kegiatan rutin, pagi ini saatnya Danendra diseka. Belum bisa bergerak banyak, Danendra memang selalu diseka dua kali sehari untuk menghilangkan keringat karena sampai kondisinya benar-benar pulih, dia tidak dianjurkan turun dari kasur.Buang air kecil pun, Danendra masih menggunakan kateter."Ada keluhan enggak, Pak?" tanya sang perawat ketika dengan sangat hati-hati dia membuka satu persatu kancing baju yang dipakai Danendra."Enggak sih, Sus. Cuman kadang masih suka pusing tiba-tiba aja," kata Danendra."Oh kalau itu nanti disampaikan ke dokter Ferdi ya, Pak.""Iya suster."Selesai membuka kancing, perawat tersebut melirik Aksa yang masih terlelap di sofanya. Kembali ke rumah sakit pukul dua belas malam, Aksa memang belum bangun sejak pagi tadi.Sebenarnya ketika Adam pulang, pria ber
더 보기
149). Jumpa Mantan
***"Mau langsung ke rumah sakit apa gimana?""Kayanya langsung aja, Mas.""Oh oke."Menempuh perjalanan selama hampir tiga jam, Clarissa sampai di Jakarta pukul sembilan pagi setelah Ronald menjemputnya pukul enam pagi tadi.Hampir seminggu semenjak pertemua pertama mereka, Clarissa dan Ronald memang bisa dibilang mulai dekat. Bahkan, dari Ronald pula Clarissa tahu tentang Danendra yang mengalami kecelakaan.Karena memang mobil Danendra yang rusak langsung masuk bengkel tempat Ronald bekerja."Kamu lapar enggak sih, Mas?" tanya Clarissa tiba-tiba, pada Ronald."Kenapa emangnya?""Ya kalau lapar, kita bisa berhenti dulu buat sarapan," kata Clarissa. "Kamu berangakat ke Majalengka tadi jam tiga pagi, kan? Udah sempat sarapan emangnya?""Belum sih.""Kan."Jatuh cinta pada pandangan pertama, begitulah sekiranya yang terjadi pada Ronald setelah bertemu Clarissa. Berusaha mendekati perempuan itu, Ronald bahkan rela menyewa mobil untuk menjemput Clarissa yang ingin menjenguk Danendra hari
더 보기
150). Seperti Anak Kecil
***"Buka mulutnya kok dikit banget sih, Dan? Yang gede dong, biar sandwichnya masuk."Pemeriksaan kateter selesai, saatnya Danendra sarapan dan sebagai istri yang baik, Adara bersiap untuk menyuapi sanwich untuk sang suami."Ini juga udah gede," kata Danendra dengan raut wajah yang masam."Enggak masuk sandwichnya," keluh Adara. "Ayo yang gede lagi buka mulutnya.""Dipotong aja.""Mager.""Ya udah enggak usah," ketus Danendra. "Simpan aja lagi sandwichnya.""Kok disimpen sih, Dan? Kan mau sarapan.""Tiba-tiba enggak nafsu," kata Danendra."Dan." Adara menghela napas sambil memandang suaminya yang masih memasang raut wajah tak bersahabat.Penyebabnya tentu saja Aji—sang perawat yang baru saja bertugas memeriksa kateternya. Yang membuat Danendra sebal, setelah melakukan tugas, Aji tak langsung pergi dari kamar rawatnya.Yang dilakukan pria itu justru mengajak Adara mengobrol bahkan keduanya saling bertukar nomor ponsel. Cemburu? Jelas. Meskipun baik, gen Adam si pencemburu mengalir di
더 보기
이전
1
...
1314151617
...
32
DMCA.com Protection Status