All Chapters of Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya: Chapter 11 - Chapter 20

905 Chapters

Bab 11

Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin
Read more

Bab 12

Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan
Read more

Bab 13

Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”“Aku nggak lapar.”Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”“Iya.”Kelven tidak menyangkal.“Kalau begi
Read more

Bab 14

Delis sulit tidur sepanjang malam.Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu. Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,“Kelven, aku merindukanmu.”Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”Herli langsung berpura-pura buta dan berkata, “Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu
Read more

Bab 15

Membantunya?Delis langsung menyeka air mata di pipinya, berbalik dan dengan marah berteriak pada pria di tangga, “Membantunya harus memeluknya dengan begitu erat, sampai harus menciumnya?”“Jelas-jelas kamu menyukainya. Kalau kamu mengakui suka pada wanita cantik, tak ada yang mengatakanmu brengsek, karena itu memang sifat alamiah seorang pria.”“Kamu suka padanya. Kalau tidak, kamu juga nggak akan membawanya pulang. Ini adalah rumah pernikahan kita, rumah yang kamu beli untukku. Apa kamu merasa sangat seru melakukan hal-hal itu dengan wanita lain di rumah pernikahan kita?”“Delis.”Kelven dengan keras memotongnya, “Sepertinya kamu nggak belajar dari pengalaman. Kalau kamu suka membuat keributan tanpa alasan, kamu bisa pergi saja. Setelah pergi, jangan mencoba kembali lagi.”Kelven benar-benar marah, emosinya terasa sangat kuat.Tadi karena Herli hampir jatuh, jadi dia hanya membantu menopangnya.Kenapa bisa berubah menjadi berciuman seperti yang Delis katakan?Menyimpan wanita yang
Read more

Bab 16

Bercerai …Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kelven, Delis merasa seperti ribuan panah menembus hatinya, dadanya terasa sakit hingga sulit bernapas.Hatinya sangat sakit.Tenggorokannya bahkan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Tubuhnya melemas, perlahan-lahan dia merunduk dan duduk di lantai. Delis merasa putus asa tanpa tahu harus berbuat apa.Sekarang Kelven ingin bercerai dengannya. Bagaimana dia akan hidup bersama bayinya ke depannya?Delis duduk dan menangis, sungguh tidak memiliki keberanian untuk menjawab teleponnya.Terdengar suara dingin dari Kelven lagi, “Delis, aku akan memberikan sejumlah uang yang cukup untukmu. Aku juga nggak akan nggak peduli denganmu.”Delis berusaha mempertahankan kendali emosinya, meskipun air matanya terus mengalir.Namun, dia menahan diri agar tidak menangis keras, dengan suara yang menyayat hati, dia berkata, “Kelven … terima kasih sudah menyelamatkanku dulu. Terima kasih atas perhatianmu selama ini, terima kasih sudah memenuhi keingi
Read more

Bab 17

Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka
Read more

Bab 18

Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis
Read more

Bab 19

Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj
Read more

Bab 20

Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu
Read more
PREV
123456
...
91
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status