Share

Bab 14

Penulis: Gunung Api
Delis sulit tidur sepanjang malam.

Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.

Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.

Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.

“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu.

Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,

“Kelven, aku merindukanmu.”

Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.

Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.

Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”

Herli langsung berpura-pura buta dan berkata,

“Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”

Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”

Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu di mana?”

Tentu saja Delis mendengar suara teriakan tangisan Herli.

Meskipun dia tak suka, dia harus berpura-pura seolah tidak apa-apa. “Aku di kampus.”

“Aku nggak bisa pergi sekarang, Herli belum tidur.”

Mendengar ini, perasaan Delis tidak enak, dia berkata, “Yasudah, kamu temani dia saja, aku akan menutup teleponnya.”

“Iya, istira … Herli.”

Belum selesai Kelven bicara, dia melihat Herli berdiri sendiri dari tempat tidur dan mencoba berjalan keluar.

Melihat Herli yang hampir jatuh, Kelven langsung mendekat dan menopangnya.

Herli yang ditopang langsung memeluk erat Kelven, sambil menangis ketakutan, dia berteriak histeris,

“Kelven, Kelven jangan tinggalkan aku. Aku hanya punya kamu sekarang. Aku nggak bisa lihat apa-apa. Hanya ketika ada kamu di sampingku aku merasa aman.”

“Kelven, peluk aku, aku takut.”

“Jangan takut, ada aku di sini, aku nggak akan tinggalkan kamu.”

Seketika Kelven lupa bahwa teleponnya masih terhubung. Dia memasukkan ponsel ke dalam saku dan memeluk Herli, lalu mereka kembali ke ruangan.

Di dalam asrama, Delis yang berada di bawah selimut mematikan panggilan teleponnya. Air matanya tidak bisa dihentikan.

Suaminya sudah menjadi milik orang lain.

Ketika bersama Herli, Kelven juga begitu lembut dan perhatian.

Ternyata dia bersikap seperti itu terhadap setiap wanita.

Tidak heran Kelven tak ingin dirinya hamil, ternyata khawatir akan menimbulkan masalah ke depannya. Khawatir akan adanya keterlibatan yang rumit.

Delis menggulung dirinya, kedua tangannya menyentuh perutnya. Merenungkan dirinya sedang hamil, sementara Kelven tak lagi menginginkannya, membuat Delis sangat putus asa, tidak tahu harus bagaimana.

Delis menggigit tangannya sendiri, berusaha keras untuk tidak membiarkan tangisannya terdengar.

Malam ini, dia tidak tidur lagi sepanjang malam.

Sehingga ketika ujian pada hari berikutnya, dia benar-benar tidak bisa fokus.

Setelah melewati ujian yang begitu sulit, dia mendapat panggilan dari Kelven.

Delis melihat layar ponselnya untuk waktu yang lama dan tidak menjawab panggilan tersebut.

Namun, pada akhirnya Delis mengangkatnya.

Di balik telepon, pria itu bertanya, “Kenapa tidak angkat begitu lama?”

Dengan nada penuh kekesalan, Delis menjawab, “Aku nggak dengar. Ada apa?”

Nadanya juga terdengar lebih dingin.

Kelven menyadarinya, tetapi dia tidak menghiraukannya. Dengan suara datar, dia berkata, “Hari ini Herli sudah bisa keluar rumah sakit, aku akan menjemputnya … “

“Kelven, bisakah kamu nggak membahas dia di depanku? Aku tahu kalian dua seperti bayangan yang tak bisa dipisahkan. Aku nggak akan kesal kalau nggak melihatnya. Kenapa kamu harus membicarakannya denganku?”

Delis tak dapat menahan emosionalnya.

Dulu, Delis tak pernah berani marah pada Kelven, tetapi kali ini dia tak bisa mengendalikan dirinya.

Delis marah, sangat marah.

Ledakan kemarahannya juga memicu kekesalan pria itu.

“Delis, kamu semakin berani ya? Berani sekali kamu bicara seperti ini padaku.”

Delis hendak membalas, tetapi tidak jauh darinya, ada seorang pemuda tampan berbaju putih mendekat, tersenyum dengan lembut sambil berjalan ke arahnya.

“Delis … “

Suara pemuda itu terdengar merdu, seperti kicauan belalang di musim panas.

Delis melihat pemuda itu semakin mendekat, dengan terburu-buru dia langsung menutup teleponnya dan menghindar.

Wiliam melihat Delis menghindarinya dan langsung mengejarnya. “Delis … “

Di sisi lain, Kelven juga mendengar jelas suara pria lain dari balik telepon.

Delis …

Panggilan yang begitu lembut.

Delis memiliki hubungan yang baik dengan lawan jenis di kampus?

Entah mengapa, tiba-tiba Kelven merasa gelisah tanpa alasan.

Ketika dirinya hendak menelepon balik, terdengar suara Herli di ruangan, “Kelven, kamu sudah siap?”

Kelven menyimpan ponselnya dan kembali ke ruangan. “Sudah, ayo kita pergi.”

Selama perjalanan, pikiran Kelven penuh dengan panggilan pria tadi.

Biasanya Delis tak akan mematikan telepon darinya.

Ketika pria itu memanggilnya, Delis bahkan tidak mengatakan apa-apa, langsung menutup teleponnya.

Delis bahkan berani marah padanya, sepertinya semakin dewasa, Delis semakin tidak menghargainya.

Sepertinya harus memberikan sedikit pelajaran padanya.

Setelah masuk ke gedung asrama, Delis akhirnya berhasil menghindari diri dari senior itu.

Begitu masuk ke asrama, dia melihat teman-teman sekamarnya sedang membereskan barang. Delis duduk di meja belajarnya dengan santai.

Novi bertanya, “Delis, kenapa kamu nggak membereskan barangmu? Sudah selesai ujian, sudah waktunya liburan.”

Delis tersenyum tipis dan menjawab, “Iya, aku istirahat sebentar dulu.”

“Tapi bukankah rumahmu di sini, orang tuamu pasti akan menjemputmu nanti, enak sekali! Nggak seperti aku, harus naik kereta api selama 5 jam untuk pulang, sungguh melelahkan.”

Delis tersenyum tanpa menjawab.

Membayangkan kembali ke rumah dan harus menjalani kehidupan sendirian di sana, membuatnya merasa lebih baik tak pulang.

Padahal dirinya sudah menikah, suaminya malah pergi menemani wanita lain. Delis tersenyum getir, memikirkan mungkin tidak ada istri yang begitu besar hati seperti dirinya di dunia ini.

Sebenarnya Delis juga tahu bahwa jika situasinya terus berlanjut seperti ini, hatinya akan hancur dan mungkin benar-benar akan meninggalkan Kelven.

“Delis, kami duluan ya, masih harus mengejar kereja api. Sampai jumpa.”

Teman-temannya sudah membawa koper dan bersiap-siap pergi.

Delis mengantar mereka keluar. Ketika tiga temannya sudah pergi, dia sendirian di dalam kamar asrama. Kesunyian membuatnya merasa takut.

Delis benci dengan ketenangan seperti ini.

Teringat masih ada Bibi Siti di rumah, Delis membereskan barang-barangnya dan pulang sendiri dengan kereta bawah tanah.

Ketika sampai di rumah sudah pukul enam sore.

Berdiri di depan rumah, Delis mengangkat tangan untuk menekan kata sandi, lalu membuka pintu dan masuk.

Kemudian!

Delis baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, dia melihat pemandangan seorang pria dan wanita yang saling berpelukan di ruang tamu.

Dari sudut pandang dirinya, terlihat keduanya seperti sedang …

Berciuman?

Delis seperti dilanda petir di siang bolong. Tas di pundaknya jatuh, matanya terasa seperti kemasukan pasir, hidungnya terasa perih dan tenggorokkannya terasa kering.

Pada akhirnya, Delis benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia berbalik dan lari menjauh.

Ketika mendengar suara pergerakan, Kelven menoleh.

Melihat Delis kembali, Kelven dengan cepat meletakkan Herli di sofa. Dia hendak berbalik untuk memanggil Delis, tapi Herli menahan tangannya dan tidak melepaskannya.

“Kelven, apa yang mau kamu lakukan? Jangan tinggalkan aku.”

“Aku hanya mengambil barang di sana, nggak lama.”

Kelven melepaskan tangan Herli dan berjalan keluar dari vila.

Ketika Delis hendak meninggalkan halaman, Kelven memanggilnya, “Delis.”

Delis menghentikan langkahnya, air matanya mulai mengalir tanpa bisa dikendalikan.

Namun, dia tidak menangis dengan keras, hanya berusaha mempertahankan posisinya yang membelakangi Kelven.

Kelven berkata, “Mau ribut apa lagi kamu? Herli nggak bisa melihat sekarang dan kakinya masih belum sembuh. Aku hanya membantunya.”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Visitor
Dokter nya dpt gelar nya sebagai dokter dri mn kok gak tau mata herli udah sembuh???
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kenapa masih bertahan dari pada selalu sakit hati,mending tinggalin aja suami modelan kelven
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 15

    Membantunya?Delis langsung menyeka air mata di pipinya, berbalik dan dengan marah berteriak pada pria di tangga, “Membantunya harus memeluknya dengan begitu erat, sampai harus menciumnya?”“Jelas-jelas kamu menyukainya. Kalau kamu mengakui suka pada wanita cantik, tak ada yang mengatakanmu brengsek, karena itu memang sifat alamiah seorang pria.”“Kamu suka padanya. Kalau tidak, kamu juga nggak akan membawanya pulang. Ini adalah rumah pernikahan kita, rumah yang kamu beli untukku. Apa kamu merasa sangat seru melakukan hal-hal itu dengan wanita lain di rumah pernikahan kita?”“Delis.”Kelven dengan keras memotongnya, “Sepertinya kamu nggak belajar dari pengalaman. Kalau kamu suka membuat keributan tanpa alasan, kamu bisa pergi saja. Setelah pergi, jangan mencoba kembali lagi.”Kelven benar-benar marah, emosinya terasa sangat kuat.Tadi karena Herli hampir jatuh, jadi dia hanya membantu menopangnya.Kenapa bisa berubah menjadi berciuman seperti yang Delis katakan?Menyimpan wanita yang

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 16

    Bercerai …Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kelven, Delis merasa seperti ribuan panah menembus hatinya, dadanya terasa sakit hingga sulit bernapas.Hatinya sangat sakit.Tenggorokannya bahkan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Tubuhnya melemas, perlahan-lahan dia merunduk dan duduk di lantai. Delis merasa putus asa tanpa tahu harus berbuat apa.Sekarang Kelven ingin bercerai dengannya. Bagaimana dia akan hidup bersama bayinya ke depannya?Delis duduk dan menangis, sungguh tidak memiliki keberanian untuk menjawab teleponnya.Terdengar suara dingin dari Kelven lagi, “Delis, aku akan memberikan sejumlah uang yang cukup untukmu. Aku juga nggak akan nggak peduli denganmu.”Delis berusaha mempertahankan kendali emosinya, meskipun air matanya terus mengalir.Namun, dia menahan diri agar tidak menangis keras, dengan suara yang menyayat hati, dia berkata, “Kelven … terima kasih sudah menyelamatkanku dulu. Terima kasih atas perhatianmu selama ini, terima kasih sudah memenuhi keingi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 17

    Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 18

    Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 19

    Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 20

    Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 21

    Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 22

    Malam hari.Setelah menjaga Herli hingga tidur, Kelven kembali ke kamar tidur utama dan mendapat panggilan telepon dari asistennya, Mudi.Dalam telepon, Mudi berkata, “Pak Kelven, kami sudah menyelidikinya. Rekaman CCTV di KTV sudah dihancurkan dan kami belum menemukan siapa pelaku yang ingin mencelakai Nona Delis.”Ekspresi wajah Kelven sangat serius. “Jadi ini hasil yang kamu berikan padaku?”“Maaf, aku akan berusaha menyelidikinya lagi.”Kelven menutup telepon dan melangkah masuk ke kamar tidur.Delis sudah berbaring di tempat tidur sejak tadi.Dia sangat kesal.Sangat tidak suka melihat Kelven dekat dengan wanita lain.Delis tak tahu berapa lama dirinya bisa bertahan dalam situasi seperti ini.Mendengar suara langkah kaki, Delis perlahan duduk dan melihat Kelven yang belum mengganti baju tidur, berjalan mendekatinya.Berdiri di depannya, wajah tampan Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya melihat Delis dengan dingin dan bertanya, “Dia berpura-pura?”Delis mengernyit

Bab terbaru

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status