Share

Bab 20

Author: Gunung Api
Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.

Benar-benar sudah bosan hidup.

Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”

Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”

“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”

Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata,

“Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”

Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.

Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.

Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”

“Hm?”

Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”

Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bukti yang jelas.”

“Aku nggak pernah menyinggung siapapun biasanya, siapa yang mau mencelakaiku? Kamu hanya nggak tahu saja, Herli sudah memperingatkanku beberapa kali, dia mau memberiku 20 miliar agar aku meninggalkanmu.”

Kelven menatap wanita di hadapannya, melihat ekspresi wajahnya yang begitu menyedihkan, Kelven juga tidak membahas lebih lanjut.

Sambil satu tangan menekan kepala Delis di bahunya, tangan yang lainnya mengambil pena dan melanjutkan menandatangani dokumen di meja.

“Aku akan menyelidiki masalah ini. Kalau benar ada hubungannya dengan Herli, aku akan memberi penjelasan padamu.”

“Hm.”

Delis mengangguk dan kemudian mengangkat tangannya, memeluk leher Kelven dan ingin tidur di pangkuannya.

Kelven juga tidak menolaknya, membiarkannya berada di dalam pelukannya.

Dia bahkan tak merasa bahwa memeluknya akan mengganggu pekerjaannya.

Lagipula, sebelumnya dia juga sering memeluknya saat bekerja di rumah dan tidak mengganggu pekerjaannya.

Saat ini, sekretaris masuk membawa cangkir kopi yang masih panas.

Melihat pemandangan di depannya, dia terpaku.

Direktur yang dingin dan angkuh biasanya, tiba-tiba memeluk seorang wanita di pangkuannya dan masih bisa bekerja dengan normal seolah-olah tidak ada apa-apa?

Jadi, siapa wanita ini?

Istri direktur?

Tidak tidak, direktur mereka masih lajang, dari mana datangnya seorang istri?

Adiknya?

Sekretaris hanya bisa berpikir seperti itu. Bagaimana pun, jarang ada wanita di luar sana yang bisa membuat seorang direktur memeluknya seperti itu.

“Bengong apa? Nggak mau bekerja lagi?”

Melihat sekretaris yang terbengong di depan pintu dengan cangkir kopi, Kelven menegurnya dengan tegas.

Setelah tersadar, sekretaris langsung melangkah maju dan berkata, “Maaf pak, ini kopi untukmu dan nona … ini.”

Setelah meletakkan kopi, sekretaris dengan canggung berbalik dan pergi dengan cepat.

Delis melihat sekretaris yang jelas-jelas takut pada Kelven. Lalu, Delis menatap wajah pria tampan di sampingnya. Dengan lembut, dia berkata “

“Kamu galak sekali, kakak itu sampai ketakutan.”

Kelven menoleh dan dengan tanpa ekspresi menatap wanita di pundaknya. “Kamu mau aku lempar keluar dari jendela?”

“Nggak mau.”

Delis langsung memeluk erat leher pria itu, tak mau melepaskannya.

“Kalau nggak mau, tenang sedikit, jangan gerak-gerak.”

Setiap kali Delis duduk di pangkuannya, dia selalu suka bergerak dan membuat Kelven tidak nyaman.

“Iya~”

Delis menjawab dengan kesal, memilih untuk tetap diam dalam pangkuan Kelven.

Kelven terlihat sangat menarik saat bekerja, Delis sangat menyukainya.

Perlahan Delis menutup matanya dan menikmati kehangatan pelukan Kelven dan tertidur.

Ketika Kelven selesai bekerja, Delis belum juga bangun.

Kelven mengambil jaket dan membungkus tubuh kecilnya, lalu menggendongnya pergi dari kantor.

Sepanjang perjalanan, banyak karyawan yang melihat, tapi tak seorang pun berani mengomentari identitas wanita itu.

Delis bangun ketika hampir sampai di rumah.

Melihat dirinya masih di dalam pelukan Kelven, Delis menguap. Menyadari bahwa dirinya berada di dalam mobil, dia bertanya, “Kita sudah mau pulang ya?”

“Iya.”

“Aku mau ke kamar mandi.”

Delis duduk tegak dan melihat rumah mereka sudah di depan mata, dia tersenyum gembira. “Eh, kebetulan sekali, kita sudah sampai.”

Setelah turun dari mobil, Delis langsung melangkah masuk ke rumah, dia sudah tidak bisa menahannya.

Kelven mengikutinya dengan santai di belakang.

Mungkin karena Delis terburu-buru masuk ke dalam vila, Herli yang sedang melihat ponselnya tidak sempat menyembunyikan ponselnya saat Delis melihatnya.

Saat Herli menyadarinya, dia langsung dengan cepat menyimpan ponselnya dan berpura-pura meraba-raba untuk mengambil tongkatnya.

Delis mengalihkan pandangan sambil berjalan ke arah kamar mandi, sambil berpikir, bukankah Herli tidak bisa melihat? Lalu bagaimana bisa dia bisa melihat ponselnya tadI?

Jangan-jangan dia pura-pura buta?

Delis memutuskan utnuk mencoba memastikan apakah Herli berpura-pura atau tidak.

Herli melihat Kelven juga ikut di belakang, dia langsung berdiri dengan tongkatnya dan berkata, “Kelven, kamu sudah pulang?”

“Hm.”

Kelven berjalan mendekati herli dan duduk di sampingnya. "Bagaimana kondisimu hari ini? Apakah kakimu sudah sedikit membaik?"

“Iya, hari ini aku terus berlatih, sudah jauh membaik.”

“Mata? Sudah bisa melihat?”

Herli langsung menggeleng. “Masih belum bisa melihat, hanya merasa semuanya gelap.”

Herli meraba-raba untuk mendekati Kelven.

Melihat Herli hampir terjatuh lagi, Kelven langsung menopangnya.

“Nggak apa-apa, pelan-pelan saja. Aku akan mengatur agar dokter datang untuk memeriksamu secara teratur. Pasti bisa sembuh.”

“Iya, tapi Kelven, aku tetap saja takut.”

Herli dengan sengaja bersandar ke dalam pelukan pria itu, suaranya menjadi lembut dan manja saat bertanya:

“Bagaimana kalau aku nggak bisa melihat selamanya?”

Kelven tidak menghindar, malah memeluknya erat dan menjawab dengan lembut,

“Kalaupun kamu nggak bisa melihat seumur hidup, masih ada aku yang bisa merawatmu selamanya.”

Ketika keluar dari kamar mandi, Delis langsung melihat Kelvin memeluk Herli di sofa ruang tamu.

Bahkan mendengar Kelven mengatakan bahwa dirinya akan merawat Herli seumur hidup.

Delis membeku di tempatnya, tiba-tiba hatinya terasa sakit tanpa alasan.

Namun, teringat bahwa Kelven hanya mencoba untuk menebus kesalahannya, Delis juga tak berani membuat keributan. Jadi, dia hanya bisa menahan semuanya.

Delis berjalan ke arah mereka.

Meskipun melihat Delis mendekat, Kelven juga tidak menyingkirkan wanita di dalam pelukannya.

Herli yang bersandar di pelukan pria itu, sambil melihat ekspresi Delis yang tidak senang, Herli merasa sangat puas.

Herli semakin sengaja mengangkat tangannya dan meraba tubuh Kelven.

“Kelven, sejak aku nggak bisa melihat, entah kenapa aku lupa dengan wajahmu, bolehkan aku memegang wajahmu?”

Kelven duduk di sana tanpa bergerak, membiarkan Herli mengangkat tangannya dan meraba-raba wajahnya.

Delis yang duduk di samping, menatapnya dengan penuh amarah, sangat ingin memisahkan kedua orang itu.

Delis mengepalkan tangannya, dia berdiri dan menatap Kelven dengan penuh amarah.

Delis memberi isyarat pada Kelven untuk menyingkirkan wanita itu.

Kelven juga menatapnya, tetapi dia tetap tidak bergerak, seolah-olah sama sekali tidak berniat untuk menyingkirkan Herli.

Delis sangat kesal, dia sungguh tak sanggup melihat wanita lain memeluk Kelven.

Delis marah, menghempaskan tangannya, lalu berlari ke lantai atas.

Kelven tidak menghiraukannya.

Melihat Delis pergi dan Kelven masih tidak mendorong dirinya pergi, Herli memanfaatkan kesempatan, dia mendekati wajah pria itu dan menciumnya.
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Warli Fatriani
ceritanya bagus, membuat semakin penasaran dengan cerita selanjutnya
goodnovel comment avatar
Ziffa Faty
kenapa bab 21 dan bab2 yang Laen Ter kunci gi mana bukanya
goodnovel comment avatar
Anita Saulatu
bagus ceritanya aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 21

    Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 22

    Malam hari.Setelah menjaga Herli hingga tidur, Kelven kembali ke kamar tidur utama dan mendapat panggilan telepon dari asistennya, Mudi.Dalam telepon, Mudi berkata, “Pak Kelven, kami sudah menyelidikinya. Rekaman CCTV di KTV sudah dihancurkan dan kami belum menemukan siapa pelaku yang ingin mencelakai Nona Delis.”Ekspresi wajah Kelven sangat serius. “Jadi ini hasil yang kamu berikan padaku?”“Maaf, aku akan berusaha menyelidikinya lagi.”Kelven menutup telepon dan melangkah masuk ke kamar tidur.Delis sudah berbaring di tempat tidur sejak tadi.Dia sangat kesal.Sangat tidak suka melihat Kelven dekat dengan wanita lain.Delis tak tahu berapa lama dirinya bisa bertahan dalam situasi seperti ini.Mendengar suara langkah kaki, Delis perlahan duduk dan melihat Kelven yang belum mengganti baju tidur, berjalan mendekatinya.Berdiri di depannya, wajah tampan Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya melihat Delis dengan dingin dan bertanya, “Dia berpura-pura?”Delis mengernyit

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 23

    Bersandar pada jendela, Delis tiba-tiba merasa bingung dengan masa depannya.Jika pada akhirnya Kelven akan bercerai dengannya dan menikahi Herli, untuk apa lagi dirinya mempertahankan ini semua sekarang?Hanya karena mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya?Namun sekarang saja begini, ke depannya juga akan sama saja.Pada akhrinya, dirinya akan tetap ditinggalkan oleh Kelven.Jadi Delis, mungkin kamu harus mulai belajar untuk mandiri, menjadi kuat dan harus bisa mencari nafkah di hari-hari tanpa Kelven.Kebetulan lagi liburan, dirinya juga tak ada kegiatan. Delis berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok untuk dirinya besok.Asalkan dia bekerja dan pulang larut setiap hari, dia tidak akan bertemu dengan Herli.Tidak melihat Herli akan membuat suasana hatinya tidak seburuk itu.Baru saja memikirkan itu, pintu kamar terbuka oleh seseorang.Orang yang berjalan masuk adalah Kelven.Dia mengenakan setelan jas yang rapi, penampilannya memancarkan pesona seorang pria dewasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 24

    Kelven tak ingin bertele-tele dengan Delis.Kelven menarik tangannya dan menuju lantai atas.Pria itu sangat kuat, hingga membuat Delis berjalan terhuyung-huyung mengikutinya. Delis kesakitan dan berseru, “Kelven, sakit sekali.”Ini adalah pertama kalinya Delis melihat Kelven marah sebesar ini dan bertindak kasar padanya.Kelven benar-benar marah.Tanpa belas kasihan, dia melemparkan Delis ke dalam kamar Herli dan menunjung barang-barang menjijikan di kasur sambil bertanya, “Kamu masih mau berbohong?”Sambil mengusap pergelangan tangan yang sakit, Delis sambil melihat barang-barang di kasur dengan terkejut.Masih ada beberapa katak besar yang melompar di sekitarnya sambil bersuara.Akhirnya dia mengerti apa yang terjadi.Jadi, Kelven mengira dirinya yang melakukan ini semua?Delis merasa sangat tak adil, dia berbalik dan menatap Kelven dengan mata berkaca-kaca. “Kamu yakin aku yang membuat semua ini?”“Siapa lagi selain kamu?” jawabnya dengan nada acuh.Delis tidak tahu harus berbicar

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 25

    Membuka pintu kamar, Kelven melihat Delis masih duduk di lantai. Dia mendekatinya.Berdiri di depannya, Kelven memandangnya dari atas. “Delis, sudah tahu salah?”Asalkan dia bersedia mengakuinya dan meminta maaf pada Herli, dia tidak akan benar-benar mengurungnya tanpa memberinya makan.Bagaimanapun, Delis adalah miliknya.Namun, Delis hanya menundukkan kepala tanpa berbicara. Dia duduk dan memeluk lututnya, tanpa menatap Kelven sama sekali.Kelven melihatnya masih keras kepala, dia berkata, “Sepertinya kamu belum mengintropeksi diri.”Kelven meninggalkan kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.Delis perlahan mengangkat kepalanya, wajah mungilnya pucat tanpa warna.Selain perasaan yang pahit dan masam di dada, perutnya juga terdengar gemuruh karena kelaparan.Namun, dia lebih memilih kelaparan dan tetap enggan untuk meminta maaf.Di ruang makan lantai bawah.Ketika Kelven sedang makan, dia tak tahan lagi dan memerintahkan Bibi Siti, “Siapkan makanan untuknya dan bawa ke atas.”Bibi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 26

    Kelven tidak pernah berpikir bahwa wanita yang lembut di depannya ini, suatu hari akan menjadi begitu bebal.Raut wajah Kelven menjadi muram, kemarahannya sudah mencapai puncak. “Kamu benar-benar keterlaluan.”Kelven mendorong kursi ke belakang, berdiri dan dengan cepat melepaskan tali pinggangnya, langsung mendekati Delis.Mata Delis sudah berkaca-kaca dari tadi, melihat tindakan Kelven, dia memundurkan langkahnya.Belum sempat dia bereaksi, pria itu menariknya dengan kasar dan menekannya di atas meja dan tiba-tiba tali pinggang itu menghantam pantatnya.Sebenarnya, Kelven tidak benar-benar kuat, hanya ingin menakut-nakuti Delis saja.Delis menangis.“Kamu memukulku, kenapa kamu memukulku? Ini adalah kekerasan dalam rumah tangga, aku akan melaporkanmu.”“Karena aku adalah suamimu. Siapa suruh kamu nggak patuh?”Sambil berbicara, Kelven sambil menghantamnya.Tenaganya benar-benar sangat pelan.Namun, Delis tetap saja merasakan rasa sakit.Dalam keputusasaan, Delis berjuang dan berteria

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 27

    “Tentu saja, ketika kalian datang, pasti akan didesak oleh kakek untuk segera punya anak. Siapkan mental kalian.”Kelven tidak menjawab. Setelah menutup teleponnya, tiba-tiba dia teringat dengan pertengkaran Delis tadi.Dengan keadaan mereka seperti ini, bagaimana mungkin punya anak.Kelven menyimpan ponselnya dan membuka pintu keluar dari ruang kerja, kebetulan bertemu dengan Delis yang membawa koper keluar dari kamar utama.Langkah Kelven terhenti, menatapnya dengan tatapan tajam.Namun, Delis seakan-akan tidak melihat Kelven, dia menunduk dan menarik koper melewati sampingnya.Seketika Kelven marah, langsung menarik lengan Delis.Delis mencoba melepaskan diri, tapi tidak bisa. Delis menatapnya dengan mata membelalak. “Lepaskan aku!”“Mau ke mana malam-malam begini?”Kelven tidak mau bertengkar terlalu banyak dengan wanita muda ini. Menatapnya dan memerintahnya, “Kembali ke kamar, besok pulang ke rumah tua bersamaku.”Delis tidak terima. “Kenapa harus mendengarkanmu?”“Hanya karena a

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 28

    Seketika Kelven sangat marah.Dengan tajam, Kelven menatap wanita di depannya yang terus mencari masalah dengannya.“Delis, kamu nggak mau tidur lagi denganku?”Kelven sedang berusaha menahan kemarahannya.Delis dengan keras menentangnya, “Boleh tidur denganku, asal kamu mengusir tante itu.”Kelven tidak menjawab.Sepertinya Kelven juga tidak bisa berbuat apa-apa padanya, Delis terus menerus menargetkan Herli.Namun, dirinya berhutang pada Herli, bagaimana mungkin mengusirnya dalam situasi di mana Herli tidak ingin pergi.Kelven berdiri, memandang Delis dengan tatapan yang tajam.“Aku pergi dan jangan harap aku akan masuk ke sini lagi.”Kelven sangat marah, dia membanting pintu dengan keras saat keluar, membuat seluruh tubuh Delis gemetar.Hati Delis sangat sakit, seakan-akan mengalirkan darah.Delis berusaha keras menahan dirinya agak tidak menangis, kemudian dia kembali masuk ke dalam selimut dan memaksa dirinya untuk tidur.Keesokan harinya.Saat sarapan.Masih hanya terlihat Kelven

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status