Share

Bab 13

Penulis: Gunung Api
Kelven tidak ingin membahas kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.

Kelven hanya menatap wanita di sebelahnya, ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan.

“Sudah, jangan bahas tentang orang lain, cepat makan.”

Melihat Kelven tidak ingin membicarakannya, Delis juga tak menanyakannya lagi.

Akhirnya, Delis hanya diam, menundukkan kepala dan menelan makanannya dengan pahit.

Ada air mata di sudut matanya, tapi Delis berusaha menahannya agak tidak jatuh.

Kelven tidak makan, hanya diam-diam memperhatikan wanita di sebelahnya yang sedang makan.

Delis menoleh melihat Kelven tidak makan, dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Kamu nggak makan? Kamu juga terlihat kurusan.”

“Aku nggak lapar.”

Delis memaksanya makan dan mengambilkan sayuran untuknya. “Ayo, makanlah bersamaku.”

Barulah setelah itu, Kelven memaksakan dirinya untuk makan.

Setelah makan, Delis bertanya lagi, “Jadi malam ini kamu juga nggak pulang denganku? Masih pergi menemaninya?”

“Iya.”

Kelven tidak menyangkal.

“Kalau begitu, pergi saja. Nanti aku akan pulang sendiri ke kampus dengan taksi.”

Delis menahan rasa pahit di hatinya dan dengan sedikit memaksa mendesak Kelven untuk pergi.

Delis berbalik dan tidak mau melihatnya. Hatinya sangat sakit dan marah, tetapi dia tidak ingin marah dan bertengkar dengan Kelven.

Kelven adalah orang yang sangat peka, bagaimana mungkin dia tidak tahu perasaan wanita ini.

Kelven memeluknya.

Delis menahan semua amarahnya di dalam hatinya.

Saat Kelven menyentuhnya, Delis langsung menghempaskan tangannya. Kehilangan kendali dan berteriak,

“Bukannya mau menemaninya? Pergilah.”

Ekspresi wajah Kelven tiba-tiba menjadi muram, suaranya terdengar kesal, “Mau bertengkar lagi?”

Delis menjawab dengan keras kepala, “Bukan, aku hanya nggak mau mengganggu waktumu untuk menemani orang lain.”

“Jadi, kalau aku pergi, kamu akan merasa lebih baik?”

“Kalau aku nggak merasa lebih baik, kamu bisa nggak memedulikan wanita itu?”

Delis bertanya balik.

Kelven terdiam.

Tentu saja tidak.

Kelven dengan sabar menjelaskan, “Tunggu sampai Herli pulih, aku pasti nggak akan peduli dengannya lagi.”

“Kenapa kamu selalu bersikap seperti anak kecil? Nggak bisakah kamu mengerti perasaanku?”

Wanita ini selalu ingin bertengkar dengannya. Kesabarannya juga ada batasnya.

“Aku mana ada bersikap seperti anak kecil? Aku memahamimu kok, bukankah aku sudah mengizinkanmu pergi?”

Delis menjawab dengan keras kepala.

Dia merasa tidak senang, apakah dia tak boleh melampiaskan sedikit emosinya?

Kelven benar-benar kehabisan akal pada wanita ini. Dia mengangkat tangannya dan memeluknya. “Sudahlah, jangan ribut lagi. Aku akan menyelesaikan semuanya.”

Delis tidak menjawab, tetapi juga tidak menolak sentuhan Kelven.

Bersandar dalam pelukan Kelven, entah kenapa, seketika Delis merasa ingin menangis.

Akhirnya, air matanya tidak dapat ditahan lagi dan mulai mengalir.

Kelven melihatnya, dia mengernyitkan kening dan hatinya terasa sakit.

Jari-jarinya mengelus lembut air mata di pipi Delis.

“Delis, jangan menangis.”

Delis merasa kesal. “Hatiku sakit, apa salahnya kalau aku menangis sebentar?”

“Hm, kalau begitu menangislah.”

Tidak ada cara lain, hanya bisa membiarkannya menangis dulu.

Namun, tiba-tiba Delis berhenti menangis. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Kelven dengan marah, sambil berkata,

“Aku nggak jadi menangis karena kamu menyuruhku menangis. Aku mau buat kamu kesal.”

Kelven terdiam.

Delis bahkan tahu bagaimana membuat dirinya kesal, sepertinya Delis tidak selemah yang Kelven bayangkan.

“Ayo, aku mengantarmu ke kampus.”

Delis berdiri di tempat. “Pulang ke kampus hanya butuh sepuluh menit lebih. Setelah sepuluh menit, aku sudah nggak bertemu denganmu lagi. Bolehkah aku memelukmu sebentar lagi?”

Kelven menurutinya. Memeluknya dengan erat di dalam ruangan.

Delis dengan lembut memanggil, “Kelven … “

“Ya?”

“Kamu mencintaiku?”

“ … “ Kelven tidak menjawab.

Delis tahu bahwa mendengar kata ‘aku mencintaimu’ dari mulut Kelven adalah hal yang mustahil, kecuali ada keajaiban yang terjadi.

Delis menyerah, dia mengganti pertanyaannya, “Kelven, kalau suatu hari nanti kita punya anak, kamu lebih suka anak laki-laki atau anak perempuan?”

“Suka semuanya.”

“Kalau begitu berikan nama untuk bayi kita. Satu untuk anak laki-laki dan satu lagi untuk anak perempuan. Untuk cadangan saja.”

Kelven menunduk melihat wanita yang bersandar di dadanya, dia mengernyit. “Bayi saja belum ada, untuk apa kasih nama?”

“Sudah kubilang hanya untuk cadangan. Siapa tahu ada nanti?”

“Pas sudah ada bayinya, baru kita kasih nama.”

Delis terdiam.

Apakah dirinya harus memberitahu Kelven sekarang bahwa dirinya sudah hamil?

Tidak lama lagi, Kelven akan menjadi seorang ayah.

“Jangan pikirkan tentang anak. Fokus pada sekolahmu dulu. Kita bisa bicarakan itu nanti.”

Ucap Kelven dengan serius.

Maknanya jelas, Kelven tidak ingin Delis hamil untuknya.

Kelven tahu jelas bahwa dirinya akan menikahi Herli pada akhirnya. Jika Delis hamil untuknya, itu akan merugikan Delis seumur hidup.

“Apa yang kamu katakan?”

Delis mendongak dan menatap pria di depannya.

Kelven menjelaskan padanya, “Maksudku, kamu masih kuliah sekarang, jadi soal anak, bisa dibicarakan ke depannya saja.”

“ … “

Delis terdiam.

Jadi, Kelven tak ingin memiliki anak sekarang?

Tak perlu atau tak mau dirinya yang melahirkan?

Jadi, bagaimana dengan kandungannya saat ini?

Seketika Delis menjadi sedikit bingung. Tangannya memegang perutnya dengan gemetar.

“Ayo, aku antar kamu ke kampus.”

Kelven menggandeng tangan kecilnya, membawanya keluar dari ruangan.

Delis tiba-tiba seperti boneka yang kehilangan semangat. Dia hanya berjalan tanpa tujuan mengikuti Kelven.

Setelah naik mobil, mobil dengan cepat menuju ke Universitas A.

Delis belum sepenuhnya sadar, mobil sudah berhenti di depan gerbang kampusnya.

Di telinganya terdengar suara lembut pria itu, “Sudah sampai.”

Delis baru tersadar. Dia keluar dari mobil seperti orang yang kehilangan semangat.

Kelven tiba-tiba menarik tangan kecilnya dan bertanya, “Kamu baik-baik saja?”

Wajah Delis benar-benar terlihat sangat pucat, Kelven agak khawatir.

Delis dengan bingung menggelengkan kepala. “Aku nggak apa-apa.”

Barulah Kelven melepaskan genggamannya. “Pasti karena sedang ujian akhir-akhir ini. Jangan terlalu stress. Fokuslah pada ujianmu, setelah liburan, aku akan menyempatkan diri membawamu keluar untuk bersantai.”

“Iya.”

Delis turun dari mobil dan berjalan menuju pintu gerbang kampus tanpa menoleh.

Kelven melihat kepergian Delis yang semakin menjauh dari jendela mobil. Setelah beberapa saat, dia akhirnya mengalihkan pandangannya dan memerintah sopir, “Ayo jalan.”

Setelah mobil Kelven berjalan, tidak jauh di belakang, seorang pria berpakaian hitam di dalam sebuah mobil menghubungi Herli.

Herli masih berada di ruang perawatan. Melihat ponsel di mejanya berdering, dia langsung menjawab panggilan itu.

Di balik ponsel, seorang pria berkata,

“Nona, Pak Kelven datang bertemu dengan istri mudanya. Mereka makan di sebuah restoran. Setelah itu, Pak Kelven mengantar istri mudanya kembali ke kampus, lalu pergi.”

Mendengar itu, ekspresi wajah Herli sangat muram.

Kelven mengatakan bahwa dirinya pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, ternyata dia pergi menemui Delis.

Jangan-jangan Kelven benar-benar menaruh hati pada wanita itu?

Memikirkan ini, Herli dengan geram memerintah orang dibalik telepon,

“Awasi wanita bersama Delis itu. Kalau kalian bisa mendapatkan foto-foto dia bersama pria lain. Aku akan memberi kalian 20 juta per satu foto.”

Mendengar itu, pria berpakaian hitam itu langsung menjawab dengan semangat,

“Tenang saja Nona, kami pasti bisa mendapatkan foto yang kamu inginkan.”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lani Melani
delis jadi cewek ko rapuh banget sihc sebel baca jdi NY
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 14

    Delis sulit tidur sepanjang malam.Dia berguling-guling di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Sesekali dia mengeluarkan ponselnya dan melihat foto Kelven berulang kali.Akhirnya, pada pukul dua belas malam, Delas tak tahan lagi dan menelepon Kelven.Ternyata Kelven belum tidur, hanya beberapa detik berdering, dia sudah menjawab panggilannya.“Ada apa?” terdengar suara merdu penuh pesona pria itu. Delis bersembunyi di balik selimut, menggigit tangannya, suaranya gemetar ketika berbicara,“Kelven, aku merindukanmu.”Ingin bersamanya dan ingin bertemu dengannya.Memikirkan sebelumnya, Kelven selalu memeluknya setiap malam.Kelven menggenggam ponselnya, menatap Herli yang masih belum tidur. “Aku keluar sebentar untuk angkat telepon.”Herli langsung berpura-pura buta dan berkata, “Kelven, jangan pergi. Aku nggak bisa lihat apa-apa, jangan tinggalkan aku.”Kelven berkata, “Aku hanya di depan pintu.”Setelah keluar dari ruangan, Kelven baru bertanya pada lawan bicara di balik telepon, “Kamu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 15

    Membantunya?Delis langsung menyeka air mata di pipinya, berbalik dan dengan marah berteriak pada pria di tangga, “Membantunya harus memeluknya dengan begitu erat, sampai harus menciumnya?”“Jelas-jelas kamu menyukainya. Kalau kamu mengakui suka pada wanita cantik, tak ada yang mengatakanmu brengsek, karena itu memang sifat alamiah seorang pria.”“Kamu suka padanya. Kalau tidak, kamu juga nggak akan membawanya pulang. Ini adalah rumah pernikahan kita, rumah yang kamu beli untukku. Apa kamu merasa sangat seru melakukan hal-hal itu dengan wanita lain di rumah pernikahan kita?”“Delis.”Kelven dengan keras memotongnya, “Sepertinya kamu nggak belajar dari pengalaman. Kalau kamu suka membuat keributan tanpa alasan, kamu bisa pergi saja. Setelah pergi, jangan mencoba kembali lagi.”Kelven benar-benar marah, emosinya terasa sangat kuat.Tadi karena Herli hampir jatuh, jadi dia hanya membantu menopangnya.Kenapa bisa berubah menjadi berciuman seperti yang Delis katakan?Menyimpan wanita yang

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 16

    Bercerai …Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kelven, Delis merasa seperti ribuan panah menembus hatinya, dadanya terasa sakit hingga sulit bernapas.Hatinya sangat sakit.Tenggorokannya bahkan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Tubuhnya melemas, perlahan-lahan dia merunduk dan duduk di lantai. Delis merasa putus asa tanpa tahu harus berbuat apa.Sekarang Kelven ingin bercerai dengannya. Bagaimana dia akan hidup bersama bayinya ke depannya?Delis duduk dan menangis, sungguh tidak memiliki keberanian untuk menjawab teleponnya.Terdengar suara dingin dari Kelven lagi, “Delis, aku akan memberikan sejumlah uang yang cukup untukmu. Aku juga nggak akan nggak peduli denganmu.”Delis berusaha mempertahankan kendali emosinya, meskipun air matanya terus mengalir.Namun, dia menahan diri agar tidak menangis keras, dengan suara yang menyayat hati, dia berkata, “Kelven … terima kasih sudah menyelamatkanku dulu. Terima kasih atas perhatianmu selama ini, terima kasih sudah memenuhi keingi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 17

    Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 18

    Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 19

    Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 20

    Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 21

    Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki

Bab terbaru

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status