Share

Bab 17

Penulis: Gunung Api
Di restoran.

Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.

Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir,

“Kenapa? Nggak selera ya?”

Delis menggelengkan kepala.

“Kenapa hanya makan sedikit?”

“Aku mau makan buah lebih banyak.”

Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.

Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”

Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”

“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”

“Iya.”

Delis masih menganggukkan kepala.

Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya,

“Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”

Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”

“Bagaimana kalau aku sudah hamil? tanya Delis langsung.

Kelven mengernyit. “Kamu hamil?”

Tiba-tiba Delis terkejut dan langsung menggelengkan kepala, sambil menjelaskan, “Maksudku, bagaimana kalau aku sudah hamil?”

“Aku nggak akan membiarkanmu hamil,” suara Kelven tegas.

Delis terdiam.

Kelven benar-benar tak ingin dirinya melahirkan anak untuknya.

Bahkan terlanjur hamil juga tak boleh.

Delis menunduk dengan kecewa dan sibuk memakan buah untuk menyembunyikan kesedihan dalam hatinya

Setelah makan siang, keduanya pulang bersama ke rumah.

Setelah turun dari mobil, Delis menatap bangunan megah di depannya, tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Kelven menoleh dan melihatnya. “Kenapa?”

“Wanita itu benar-benar harus tinggal bersama kita?” tanya Delis.

Meskipun Kelven sudah menjelaskan mengapa dia sangat terikat dengan wanita itu.

Namun, wanita itu tetap bersikeras untuk menikah dengan Kelven dan Delis tidak ingin tinggal di bawah satu atap dengan saingannya.

Sangat tidak nyaman.

“Dia nggak bisa melihat sekarang dan kakinya juga belum pulih. Kalau nggak tinggal di sini, aku harus pindah dan tinggal bersamanya untuk merawatnya. Kamu mau sendirian di rumah setiap pulang?”

Tentu saja Delis tak mau tinggal sendirian lagi.

Delis langsung berjalan maju dan menarik tangan pria itu, berkata dengan cemberut,

“Kamu sudah mengusirku sebelumnya, sekarang kamu harus menggendongku masuk, supaya wanita itu nggak mengatakan aku nggak tahu malu masih berani pulang.”

Kelven tidak menjawab.

Sejak kapan dirinya mengusir?

Jelas-jelas Delis yang berlari sendiri.

Kelven sedikit keberatan, tapi akhirnya dia menggendong tubuh mungil Delis dari pinggangnya.

Kelven menggendongnya dengan pelukan putri.

Delis menolak. “Jangan gendong seperti ini, ganti yang lain.”

“???”

Kelven hanya bisa tersenyum getir, lalu tetap menggendongnya sesuai dengan permintaannya.

Kelven belum pernah melihat ada seorang wanita yang berani memerintahnya.

“Seperti yang dulu saja, karena kamu pernah menggendong wanita itu dengan car aini, jadi aku nggak mau sama seperti dia.”

Kelven mematuhi permintaannya, meletakkan kedua tangannya di bawah pantat kecilnya, masih dalam posisi pelukan koala seperti sebelumnya.

Delis memeluk leher pria itu, dengan puas berkata, “Ayo pergi. Karena kamu sudah menggendongku, aku baru pulang.”

“ … “

Haish! Permainan wanita memang cukup rumit.

Herli duduk di sofa ruang tamu, melihat pesan dari bawahannya yang memberitahunya bahwa mobil Kelven sudah sampai di rumah. Dia langsung menghapus pesan dan menyembunyikan ponselnya, lalu melanjutkan berkeliling dengan tongkatnya seolah tidak tahu apa-apa.

Herli melihat Kelven menggendong Delis kembali lagi.

Hatinya terasa sakit dan kebencian di dalam hatinya mencapai tingkat puncak.

Detik berikutnya!

Herli melemparkan tongkatnya dan menjatuhkan dirinya ke lantai.

Kelven yang sedang menggendong Delis melihat Herli terjatuh. Dia langsung menurunkan Delis dan bergegas mendekati Herli.

“Herli, kamu baik-baik saja? Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap di dalam kamar? Jangan asal jalan.”

Herli terus berpura-pura buta, meraba-raba untuk mencari Kelven.

“Kelven, kamu sudah pulang. Aku hanya mau lebih adaptasi dengan lingkungan saja. Tenang saja, Bibi Siti yang membawaku turun, aku nggak apa-apa.”

“Cepat bangun.”

Herli dibantu Kelven untuk bangun, tetapi dia sengaja mencoba untuk memeluk Kelven. Kelven kemudian membantunya berjalan ke arah sofa.

Delis berdiri tidak jauh, menatap dengan perasaan cemburu dalam hatinya.

Terasa sangat pahit.

Namun, apa yang bisa dirinya lakukan.

Kelven memperlakukan wanita itu seperti itu karena dia merasa bersalah padanya, membuatnya kehilangan hak menjadi seorang ibu.

Dan Delis harus memahaminya dan menerima tindakan Kelven pada Herli.

Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar keberanian yang dibutuhkan Delis untuk melihat pria yang dicintainya secara langsung merawat wanita lain.

Dengan berusaha menutupi rasa tidak nyaman yang terdalam di hatinya, Delis perlahan mendekati kedua orang di ruang tamu.

Melihat Delis mendekat, Herli berpura-pura bertanya pada Kelven,

“Kelven, kamu sudah menjemput Delis pulang? Selama dia bisa menerima kehadiranku di sini, aku bisa menganggap hal sebelumnya nggak pernah terjadi, aku juga nggak akan menyalahkannya.”

Apa!

Mendengar itu, Delis langsung membalas Herli,

“Menganggap hal sebelumnya nggak terjadi? Ada hak apa kamu menyalahkanku? Jelas-jelas kamu yang jatuh sendiri, untuk apa salahkan aku?”

Herli menginginkan reaksi emosional dari Delis, agar Delis mengeluarkan amarahnya padanya.

Ketika Delis melampiaskan amarahnya, Herli segera berpura-pura lemah dan lembut, berlindung di pelukan Kelven.

“Kelven, aku benar-benar nggak menyalahkannya lagi. Aku hanya mau hidup berdamai dengannya.”

“Herli, dasar nggak tahu malu. Untuk apa kamu menyalahkanku, bukan aku yang … “

“Delis.”

Ucapan Delis dipotong dengan suara dingin Kelven. Kelven menatapnya dengan tatapan tajam, kemudian dengan tegas berkata, “Pergi ke kamarmu.”

Delis merasa tak puas dan memprotes, “Kelven, bahkan kamu juga … “

“Kembali ke kamarmu,” ucap Kelven dengan tegas.

Delis merasa sangat tak adil dan dengan marah berjalan ke lantai atas.

Herli tersenyum puas dalam hatinya, tapi dia masih bersikeras tidak melepaskan pegangannya pada Kelven.

Masih dengan suara lembutnya, Herli berbicara, “Kelven, semuanya salahku. Aku sudah membuatmu sulit. Kalau aku adalah wanita normal, aku nggak akan … “

“Herli.”

Kelven dengan dingin memotong, “Nggak peduli apakah dia yang mendorongmu dari tangga, aku sudah memberinya hukuman. Masalah ini sudah selesai dan jangan mengungkitnya lagi.”

Herli terdiam.

Herli bukanlah orang bodoh, dia bisa merasakan bahwa Kelven sedang melindungi gadis liar itu.

Meskipun merasa tidak senang di dalam hatinya, Herli tetap berpura-pura santai dan berkata:

“Iya. Selama dia nggak mencari masalah padaku, aku nggak akan mempermasalahkan begitu banyak.”

“Hm.”

Kelven menatap Bibi Siti yang berada tidak jauh darinya. “Kamu sini.”

Bibi Siti langsung mendekati dan berdiri di samping Kelven. “Pak Kelven, ada yang bisa saya bantu?”

“Mulai dari sekarang, semua urusan makan dan hidup sehari-hari Herli menjadi tanggung jawabmu, kamu sanggup? Kalau terlalu sibuk, aku bisa mendatangkan dua pembantu lagi di rumah ini untuk membantumu.”

Bibi Siti langsung menjawab, “Nona Herli sudah dewasa, sangat mudah untuk diurus. Nggak masalah, aku bisa mengerjakannya sendiri.”

Mengingat bahwa Pak Kelven tidak suka banyak orang di rumah, Bibi Siti dengan tegas menolak untuk mencari pembantu tambahan.

Kelven mengangguk memberi isyarat pada Bibi Siti untuk pergi. Lalu dia menatap Herli dan berkata,

“Ada hal apapun, kamu bisa panggil Bibi Siti. Aku harus kerja, nggak bisa selalu berada di sisimu 24 jam.”

Herli berpura-pura sangat memahaminya. “Hm, aku mengerti.”

“Kalau begitu, kamu duduk di sini dan jangan bergerak. Kalau kamu mau berjalan, panggil saja Bibi Siti. Aku pergi ke atas untuk ganti pakaian untuk pergi ke kantor.”

Herli mengangguk terpaksa. “Iya.”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lhee Yan
hanya penasaran ending.a gimana sihh,,berbelit btul ajja si delis hrus ksih kesempatan trus
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Nenek lampir kayaknya pura² mandul dan skrg pura² buta...semoga kepura puraannya jadi kenyataan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 18

    Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 19

    Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 20

    Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 21

    Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 22

    Malam hari.Setelah menjaga Herli hingga tidur, Kelven kembali ke kamar tidur utama dan mendapat panggilan telepon dari asistennya, Mudi.Dalam telepon, Mudi berkata, “Pak Kelven, kami sudah menyelidikinya. Rekaman CCTV di KTV sudah dihancurkan dan kami belum menemukan siapa pelaku yang ingin mencelakai Nona Delis.”Ekspresi wajah Kelven sangat serius. “Jadi ini hasil yang kamu berikan padaku?”“Maaf, aku akan berusaha menyelidikinya lagi.”Kelven menutup telepon dan melangkah masuk ke kamar tidur.Delis sudah berbaring di tempat tidur sejak tadi.Dia sangat kesal.Sangat tidak suka melihat Kelven dekat dengan wanita lain.Delis tak tahu berapa lama dirinya bisa bertahan dalam situasi seperti ini.Mendengar suara langkah kaki, Delis perlahan duduk dan melihat Kelven yang belum mengganti baju tidur, berjalan mendekatinya.Berdiri di depannya, wajah tampan Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya melihat Delis dengan dingin dan bertanya, “Dia berpura-pura?”Delis mengernyit

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 23

    Bersandar pada jendela, Delis tiba-tiba merasa bingung dengan masa depannya.Jika pada akhirnya Kelven akan bercerai dengannya dan menikahi Herli, untuk apa lagi dirinya mempertahankan ini semua sekarang?Hanya karena mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya?Namun sekarang saja begini, ke depannya juga akan sama saja.Pada akhrinya, dirinya akan tetap ditinggalkan oleh Kelven.Jadi Delis, mungkin kamu harus mulai belajar untuk mandiri, menjadi kuat dan harus bisa mencari nafkah di hari-hari tanpa Kelven.Kebetulan lagi liburan, dirinya juga tak ada kegiatan. Delis berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok untuk dirinya besok.Asalkan dia bekerja dan pulang larut setiap hari, dia tidak akan bertemu dengan Herli.Tidak melihat Herli akan membuat suasana hatinya tidak seburuk itu.Baru saja memikirkan itu, pintu kamar terbuka oleh seseorang.Orang yang berjalan masuk adalah Kelven.Dia mengenakan setelan jas yang rapi, penampilannya memancarkan pesona seorang pria dewasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 24

    Kelven tak ingin bertele-tele dengan Delis.Kelven menarik tangannya dan menuju lantai atas.Pria itu sangat kuat, hingga membuat Delis berjalan terhuyung-huyung mengikutinya. Delis kesakitan dan berseru, “Kelven, sakit sekali.”Ini adalah pertama kalinya Delis melihat Kelven marah sebesar ini dan bertindak kasar padanya.Kelven benar-benar marah.Tanpa belas kasihan, dia melemparkan Delis ke dalam kamar Herli dan menunjung barang-barang menjijikan di kasur sambil bertanya, “Kamu masih mau berbohong?”Sambil mengusap pergelangan tangan yang sakit, Delis sambil melihat barang-barang di kasur dengan terkejut.Masih ada beberapa katak besar yang melompar di sekitarnya sambil bersuara.Akhirnya dia mengerti apa yang terjadi.Jadi, Kelven mengira dirinya yang melakukan ini semua?Delis merasa sangat tak adil, dia berbalik dan menatap Kelven dengan mata berkaca-kaca. “Kamu yakin aku yang membuat semua ini?”“Siapa lagi selain kamu?” jawabnya dengan nada acuh.Delis tidak tahu harus berbicar

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 25

    Membuka pintu kamar, Kelven melihat Delis masih duduk di lantai. Dia mendekatinya.Berdiri di depannya, Kelven memandangnya dari atas. “Delis, sudah tahu salah?”Asalkan dia bersedia mengakuinya dan meminta maaf pada Herli, dia tidak akan benar-benar mengurungnya tanpa memberinya makan.Bagaimanapun, Delis adalah miliknya.Namun, Delis hanya menundukkan kepala tanpa berbicara. Dia duduk dan memeluk lututnya, tanpa menatap Kelven sama sekali.Kelven melihatnya masih keras kepala, dia berkata, “Sepertinya kamu belum mengintropeksi diri.”Kelven meninggalkan kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.Delis perlahan mengangkat kepalanya, wajah mungilnya pucat tanpa warna.Selain perasaan yang pahit dan masam di dada, perutnya juga terdengar gemuruh karena kelaparan.Namun, dia lebih memilih kelaparan dan tetap enggan untuk meminta maaf.Di ruang makan lantai bawah.Ketika Kelven sedang makan, dia tak tahan lagi dan memerintahkan Bibi Siti, “Siapkan makanan untuknya dan bawa ke atas.”Bibi

Bab terbaru

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status