Share

Bab 16

Author: Gunung Api
Bercerai …

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kelven, Delis merasa seperti ribuan panah menembus hatinya, dadanya terasa sakit hingga sulit bernapas.

Hatinya sangat sakit.

Tenggorokannya bahkan tak bisa mengucapkan sepatah katapun.

Tubuhnya melemas, perlahan-lahan dia merunduk dan duduk di lantai. Delis merasa putus asa tanpa tahu harus berbuat apa.

Sekarang Kelven ingin bercerai dengannya. Bagaimana dia akan hidup bersama bayinya ke depannya?

Delis duduk dan menangis, sungguh tidak memiliki keberanian untuk menjawab teleponnya.

Terdengar suara dingin dari Kelven lagi,

“Delis, aku akan memberikan sejumlah uang yang cukup untukmu. Aku juga nggak akan nggak peduli denganmu.”

Delis berusaha mempertahankan kendali emosinya, meskipun air matanya terus mengalir.

Namun, dia menahan diri agar tidak menangis keras, dengan suara yang menyayat hati, dia berkata,

“Kelven … terima kasih sudah menyelamatkanku dulu. Terima kasih atas perhatianmu selama ini, terima kasih sudah memenuhi keinginanku untuk menjadi istrimu.”

“Kelven, aku nggak akan menjadi penghalangmu untuk menikahi orang lain. Kamu begitu hebat, bahkan kalau aku nggak pergi ke kantor catatan sipil, kamu juga seharusnya bisa mengurus perceraiannya, ‘kan?”

“Lagipula, nggak ada yang tahu bahwa kita menikah. Gunakan kekuasaanmu utnuk menghapus catatan pernikahan kita. Untuk uang kompensasinya yang kamu bilang, aku nggak perlu.”

“Kelven, semoga kamu bisa bahagia.”

Usai mengucapkan kata terakhir, Delis menutup teleponnya dan duduk di lantai. Dia tak bisa lagi menahan tangisannya.

Dia merasa tak berguna, bahkan tak mampu mempertahankan Kelven.

Tak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk anak mereka.

Pada akhirnya dirinya ditinggalkan oleh dunia ini.

Tidak ada orang tua, satu-satunya keluarganya di hidupnya sudah pergi. Delis harus menjalani kehidupan selanjutnya sendirian.

Tidak, masih ada anak dalam kandungannya.

Dirinya harus hidup dengan baik, tetap kuat, jangan melakukan hal bodoh.

Namun, hatinya benar-benar sangat sakit, seluruh tubuhnya terasa nyeri.

Delis bersujud di lantai, menangis hingga seluruh tubuhnya bergetar.

Di rumah.

Di ruang tamu, Kelven menatap layar ponsel dengan tatapan kosong selama beberapa saat.

Memikirkan kata-kata yang Delis ucapkan padanya di telepon, Kelven merasa seperti ditusuk jarum. Akhirnya dia berdiri, sambil berjalan keluar, dia menelepon asistennya.

“Kirimkan alamat hotel tempat Delis menginap padaku.”

Setelah menerima alamat, Kelven langsung pergi ke hotel sendiri.

Dia meminta kartu di resepsionis dan langsung menuju ke kamar.

Ketika Kelven membuka pintu kamar dan melihat wanita itu bersujud di lantai, dia panik.

Dengan cepat, Kelven memeluk tubuh kecil Delis. Memeluknya dengan erat dan dengan panik memanggil, “Delis, Delis … ”

Delis tersadar dari bengongnya, wajahnya pucat, matanya bengkak merah.

Ketika melihat Kelven, gelombang kesedihan di dalam hatinya mulai terasa kembali.

Delis langsung menjauhkan diri, dengan tatapan kosong menatapnya dan berkata,

“Kamu bawa perjanjian perceraian untuk aku tandatangani? Sini, biar aku tandatangani. Aku nggak akan menghalangimu menikahi orang lain.”

Usai bicara, air mata langsung kembali mengalir di wajah kecilnya itu.

Kelven merasa sangat tidak tega melihat keadaannya.

Kelven mendekat dan memeluknya dengan erat, suaranya terdengar lembut,

“Maaf, ini salahku, karena aku nggak menangani masalahnya dengan baik. Delis, jangan menangis.”

“Aku nggak menangis. Kelven, aku akan tanda tangan, kita bisa bercerai sekarang. Aku janji nggak akan muncul lagi di depanmu, nggak akan mengganggu hubunganmu dengan Herli.”

Delis gemetaran di dalam pelukan Kelven.

Mendengar tangisannya, hati Kelven sangat sakit.

“Aku nggak memintamu menghilang. Sudah kubilang, aku nggak akan membiarkanmu sendirian.”

“Kelven, aku tahu kamu sudah melakukan banyak hal untukku. Aku nggak seharusnya menahanmu lagi, aku akan melepaskanmu.”

Dengan tegas, Delis mendorong pria yang memeluknya dan mencari perjanjian perceraiannya.

“Kelven, berikan perjanjian perceraiannya, aku tanda tangan sekarang juga.”

“Aku nggak bawa, aku nggak tega melihatmu seperti ini.”

Kelven memeluknya lagi, menggendongnya dan mendudukannya di atas kasur. Kelven mencium wajah mungilnya dengan lembut.

Kemudian, ujung hidung Kelven bersentuhan dengan hidung manis Delis, terdengar suara Kelven yang lembut,

“Aku tahu kamu nggak bisa tinggalkan aku. Kalau nggak rela pergi, jangan pergi ya … ”

Delis menggeleng sambil menangis. “Nggak. Kamu bahkan sudah membawa orang itu kembali, bagaimana aku bisa menerimanya.”

Kelven menatapnya dan berkata dengan serius,

“Kamu begitu peduli dengan keberadaannya? Mau tahu mengapa aku begitu terikat dengannya?

Delis berusaha untuk tetap tenang, memandang pria yang dia cintai di hadapannya, sambil menahan rasa sakit di dalam hatinya dan mengangguk.

Delis benar-benar ingin tahu, mengapa Kelven sangat terikat pada Herli.

Kelven menggendongnya dan membiarkannya duduk di pangkuannya. Ujung jarinya dengan lembut mengusap air mata di pipinya, sambil berbicara dengan lembut,

“Dulu aku menabraknya dengan mobil, membuat dia menjadi mandul. Karena itu, aku selalu merasa bersalah dan aku berjanji untuk bertanggung jawab padanya, untuk menikahinya.”

“ … “

“Kemudian, dia pergi ke luar negeri beberapa tahun lalu. Aku pikir dia nggak akan pulang lagi.”

“Tak kusangka, nggak sampai setengah tahu setelah kita menikah, dia pulang. Alasannya ingin membiarkanku memenuhi janjiku yang dulu.”

Kelven mengelus pipi Delis, suaranya menjadi serius, “Menurutmu, apa yang bisa aku lakukan?”

Delis terdiam.

Ternyata begitu.

Tidak heran sebelumnya ketika Kelven ingin memiliki anak dengan dirinya, Herli juga menyetujuinya.

Ternyata karena Herli mandul.

Jadi, apakah dirinya hanyalah alat untuk memiliki anak bagi Kelven?

Dengan agak linglung, Delis bergumam sendiri, “Kamu menyukainya?”

Kali ini, Kelven tidak menghindari pertanyaan ini, dia menjawab, “Sudah kubilang, pernikahanku dengannya nggak ada hubungannya dengan cinta, apalagi suka.”

“Tapi kamu menciumnya kemarin.”

Kelven merasa bingung. “Sejak kapan aku menciumnya?”

Delis menatapnya dan menjawab, “Kemarin, ketika aku masuk ke dalam rumah, aku melihat semuanya.”

“Kamu salah lihat, aku hanya menopangnya.”

Delis tidak berbicara lagi.

Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa.

Sepertinya, dari sudut pandang Kelven, dia juga benar-benar sulit.

Kelven memeluknya dengan erat dan berbicara lembut di telinganya,

“Delis, jangan bertengkar denganku lagi ya, tunggu Herli pulih, aku akan menyuruhnya pergi.”

Delis masih tidak berbicara.

Namun, dia ingin memberikan kesempatan lagi pada Kelven

Bagaimanapun, Kelven tidak menyukai Herli. Hanya karena merasa berhutang saja dan mencoba untuk bertanggung jawab.

Delis juga percaya, orang sehebat Kelven, pasti bisa menangani masalah dengan Herli.

“Lapar nggak?”

Melihat orang di dalam pelukannya tidak berbicara, Kelven bertanya dengan perhatian.

Delis menganggukkan kepala, dengan wajah sedih dia menjawab, “Lapar. Aku belum makan apapun dari semalam.”

“Ayo cuci mukamu sekarang, kita pergi makan?”

Delis mengangguk, saat dia hendak berdiri, pria itu tiba-tiba menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi.

Delis tidak melawan, secara reflek memeluk leher Kelven seperti biasa.

Kelven meletakkan Delis di atas wastafel, mengambil handuk wajah dan membantunya membersihkan wajah. Kemudian, menyikatkan giginya juga.

Setelah itu, Kelven menggendongnya kembali ke kamar dan menyisirkan rambutnya, bahkan membungkuk untuk membantunya memakai sepatu.

Menatap tindakan Kelven yang lembut dan penuh perhatian, hati Delis sedikit tergerak.

Jadi, pria yang memperlakukanya dengan sebegitu baik, pastinya juga mencintai dirinya.

Jadi, Delis berjanji untuk lebih memahaminya ke depannya.

Berusaha untuk tidak bertengkar lagi dengannya.
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Kiran Kavita
bab krng asem. buat gw nangis aja..
goodnovel comment avatar
Dhesta Dhesta
Delis letoy banget
goodnovel comment avatar
Sesa Fara
Delis terlalu lemah bikin kelven menyesal thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 17

    Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 18

    Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 19

    Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 20

    Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 21

    Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 22

    Malam hari.Setelah menjaga Herli hingga tidur, Kelven kembali ke kamar tidur utama dan mendapat panggilan telepon dari asistennya, Mudi.Dalam telepon, Mudi berkata, “Pak Kelven, kami sudah menyelidikinya. Rekaman CCTV di KTV sudah dihancurkan dan kami belum menemukan siapa pelaku yang ingin mencelakai Nona Delis.”Ekspresi wajah Kelven sangat serius. “Jadi ini hasil yang kamu berikan padaku?”“Maaf, aku akan berusaha menyelidikinya lagi.”Kelven menutup telepon dan melangkah masuk ke kamar tidur.Delis sudah berbaring di tempat tidur sejak tadi.Dia sangat kesal.Sangat tidak suka melihat Kelven dekat dengan wanita lain.Delis tak tahu berapa lama dirinya bisa bertahan dalam situasi seperti ini.Mendengar suara langkah kaki, Delis perlahan duduk dan melihat Kelven yang belum mengganti baju tidur, berjalan mendekatinya.Berdiri di depannya, wajah tampan Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya melihat Delis dengan dingin dan bertanya, “Dia berpura-pura?”Delis mengernyit

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 23

    Bersandar pada jendela, Delis tiba-tiba merasa bingung dengan masa depannya.Jika pada akhirnya Kelven akan bercerai dengannya dan menikahi Herli, untuk apa lagi dirinya mempertahankan ini semua sekarang?Hanya karena mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya?Namun sekarang saja begini, ke depannya juga akan sama saja.Pada akhrinya, dirinya akan tetap ditinggalkan oleh Kelven.Jadi Delis, mungkin kamu harus mulai belajar untuk mandiri, menjadi kuat dan harus bisa mencari nafkah di hari-hari tanpa Kelven.Kebetulan lagi liburan, dirinya juga tak ada kegiatan. Delis berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok untuk dirinya besok.Asalkan dia bekerja dan pulang larut setiap hari, dia tidak akan bertemu dengan Herli.Tidak melihat Herli akan membuat suasana hatinya tidak seburuk itu.Baru saja memikirkan itu, pintu kamar terbuka oleh seseorang.Orang yang berjalan masuk adalah Kelven.Dia mengenakan setelan jas yang rapi, penampilannya memancarkan pesona seorang pria dewasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 24

    Kelven tak ingin bertele-tele dengan Delis.Kelven menarik tangannya dan menuju lantai atas.Pria itu sangat kuat, hingga membuat Delis berjalan terhuyung-huyung mengikutinya. Delis kesakitan dan berseru, “Kelven, sakit sekali.”Ini adalah pertama kalinya Delis melihat Kelven marah sebesar ini dan bertindak kasar padanya.Kelven benar-benar marah.Tanpa belas kasihan, dia melemparkan Delis ke dalam kamar Herli dan menunjung barang-barang menjijikan di kasur sambil bertanya, “Kamu masih mau berbohong?”Sambil mengusap pergelangan tangan yang sakit, Delis sambil melihat barang-barang di kasur dengan terkejut.Masih ada beberapa katak besar yang melompar di sekitarnya sambil bersuara.Akhirnya dia mengerti apa yang terjadi.Jadi, Kelven mengira dirinya yang melakukan ini semua?Delis merasa sangat tak adil, dia berbalik dan menatap Kelven dengan mata berkaca-kaca. “Kamu yakin aku yang membuat semua ini?”“Siapa lagi selain kamu?” jawabnya dengan nada acuh.Delis tidak tahu harus berbicar

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 900

    Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 899

    “Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 898

    Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status