Pov TamaDua hari setelah pertemuanku dengan Naina, aku dan Papa menemui para investor untuk bertanya keterkaitan mereka menarik saham pada perusahaan kami. Akan tetapi, bukannya sambutan, melainkan pengusiran yang kami dapatkan.Tidak hanya satu orang, melainkan beberapa. Mereka yang dulu datang untuk mendukung, menyanjung kami, kini justru berbalik memusuhi dan mengolok-olok kami.Sungguh tega sekali mereka itu.“Hentikan, Tama!” kata Papa.“Tapi, Pah. Jika kita hanya diam saja, nanti yang ada kita akan terus menjadi bahan ejekan mereka!” Aku mulai meradang. Namun, Papa justru hanya tersenyum kecil dan menepuk bahuku.“Papa udah gak kuat, Nak.” Papa akhirnya tumbang juga. Sedih, kecewa, bingung, geram, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ini keinginanku dan aku harus bisa menanggungnya. Mama bahkan menolak untuk makan, dia juga mendiamkanku. Padahal, di saat seperti sekarang yang aku butuhkan adalah dukungan dari beliau. Tapi, lagi-lagi ini adalah konsekuensi yang harus aku tangg
Read more