Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Farraz / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Kedua Tuan Farraz: Chapter 81 - Chapter 90

206 Chapters

Bab 81. Obat Perangsang

Keduanya melepaskan pagutan dengan napas yang terengah-engah, Farraz menangkup pipi Shanaya dan mengusap bibir ranum istrinya untuk menghampus jejak saliva.Shanaya mengulas senyum, ia merasa sangat senang dengan perlakuan manis sang suami malam ini. Ia juga sangat menikmati sentuhan-sentuhan yang diberikan Farraz.Farraz menarik Shanaya ke dalam pelukannya, menunggu obat perangsang yang ia berikan bereaksi."Kau tunggu dulu di sini. Aku akan ke kamar mandi dulu. Kau tidak keberatan 'kan jika aku pergi?" tanya Farraz, telapak tangannya mengusap pipi Shanaya dengan lembut."Iya Mas. Aku tunggu di sini," balas Shanaya. Tidak menaruh curiga sedikit pun pada suaminya, jika yang dilakukan oleh Farraz hanyalah sebuah sandiwara agar Shanaya terlena. Supaya yang direncanakan berhasil.Gegas saja Farraz pergi meninggalkan Shanaya yang mulai merasa mual dan pusing, akibat minum terlalu banyak. Wanita itu mengurut pelipisnya, guna menghilangkan rasa pusing yang menjalar.Selain pusing dan mual,
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Bab 82. Kejadian Naas Di Club

Entah mengapa, Farraz kesulitan beranjak ketika dirinya membuntuti Shanaya yang dibawa paksa oleh Leonard. Padahal ini yang dia rencanakan, kenapa hatinya tidak rela? Mendatangkan perasaan bersalah ketika mendengar suara jeritan Shanaya di dalam sana.Farraz berusaha menahan diri, membiarkan mahkota Shanaya yang dia jaga direnggut paksa. Supaya wanita itu hamil, meski bukan anaknya. Setidaknya, Shanaya bisa memberikan anak agar Tuan Aryan dengan cepat menyerahkan warisannya.Dia mendobrak pintu kamar yang Leonard tempati. Mata elangnya merah menyala kala melihat kondisi Shanaya yang sangat menyedihkan di bawah kungkungan tubuh temannya.Darah Farraz terasa mendidih, melihat Shanaya yang lemas tidak berdaya berusaha menahan matanya agar terbuka."Mas...." Shanaya memanggil dengan lirih, suaranya terdengar pelan. Ia senang dan bersyukur, ada Farraz yang datang tepat waktu."Ck, kenapa kau ke mari disaat aku akan memasukinya, bodoh!" maki Leonard, mengurungkan niatnya yang sudah tak tert
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 83. Malam Panjang (21+)

Shanaya meneguk kasar saliva ketika ia melihat Farraz kembali dengan tatapan yang sulit diartikan. Tubuhnya jadi gemetar, saat memperhatikan Farraz yang fokus melepaskan kemeja putih yang pria itu pakai.Sementara Farraz menggeram, menahan gejolak yang panas menjalar di tubuhnya. Sepertinya obat perangsang ia minum sudah bereaksi, sehingga itulah dia merasakan panas tak karuan.Farraz melepaskan pakaian yang dipakainya, hinggga berserakan di lantai. Ia merangkak, naik ke atas ranjang untuk menghampiri mangsanya agar terpuaskan.Hasratnya semakin terasa, membangkitkan gelora dalam jiwa ketika melihat tubuh sang istri yang sangat memenjakan mata. Shanaya memundurkan tubuh, saat sang suami mendorong tubuhnya dan menindih setengah tubuhnya."M-mas ... apa yang Mas Farraz lakukan? Jangan membuatku takut, Mas!" lirih Shanaya. Merasa was-was saat tatapan lapar Farraz ketika melihatnya.Farraz tidak kuasa menahan rasa panas yang menjalar di tubuhnya. Sebab, ia makin tersiksa jika membiarkanny
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 84. Terbayang-Bayang

Setelah melakukan persiapan untuk pulang, keduanya sudah berada di dalam sebuah pesawat yang akan mengantarkan mereka sampai tujuan. Butuh waktu beberapa jam lamanya untuk sampai.Shanaya hanya tidur sepanjang perjalanan, sembari menyandarkan kepalanya di lengan sang suami. Farraz menggenggam tangan Shanaya, ia juga ikut memejamkan mata. Masih ada waktu untuk istirahat di sini."Shanaya bangun ... kita sudah sampai," bisik Farraz sambil menepuk-nepuk pelan pipi sang istri yang sedang tidur.Pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di tanah air. Shanaya menggeliat, tidak terasa dia tidur selelap itu selama di perjalanan."Kau ingin istirahat sejenak?""Langsung pulang saja, Mas. Aku masih ingin tidur," kata Shanaya. Keduanya menaiki mobil jemputan di kediaman suaminya.Farraz diam saja, mempersilahkan bahunya menjadi sandaran sang istri. Ia melempar pandangan ke arah jendela mobil, sambil memandang pemandangan ibu kota.Entah apa yang sedang Farraz pikirkan, sehingga dia te
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 85. Apakah Farraz Cemburu?

"Kau ada pemotretan hari ini?" Shanaya berbalik, ia kaget ketika Farraz datang ke kamarnya. Entah sejak kapan Farraz hadir, ia tidak menyadari karena sibuk memakai make up di wajahnya.Ia mengangguk, karena memang ia akan ada pemotretan, sekaligus persiapan untuk fashion show yang akan diselenggarakan di Butik Alexis. Ada banyak persiapan yang harus Shanaya siapkan bersama rekan yang lainnya."Iya Mas, berangkat agak siangan paling. Mas Farraz sejak kapan datang?"Farraz memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dia jadi kikuk, untuk apa juga dia datang ke sini? Setelah semalam ia mengusir Shanaya dan menyuruhnya untuk tidur di kamarnya.Sekarang malah dirinya yang menghampiri, kakinya yang membawanya ke mari. Tidak tahu apa yang terjadi."Baru saja. Memangnya kau tidak menyadari keberadaanku?" Shanaya berdesis sembari menggeleng.Kehadiran Farraz sudah seperti makhluk tak kasat mata saja, tidak disadari keberadaanya."Tidak, lagian Mas Farraz sih main masuk-masuk aja," kata Shanaya
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Bab 86.

Shanaya meringis ketika Raisa menghampirinya sambil memekik, sahabatnya itu memeluk Shanaya sambil mencubit gemas kedua pipinya."Oh God! Sha-Shaku sudah come back! I'm coming yuhuuuu!" Raisa seperti sudah langit yang bertemu matahari saja, sampai heboh seperti itu dengan kehadirannya."Sakit tahu, Ra! Main cubit-cubit aja!" keluh Shanaya, mengusap pipinya karena merasa sakit.Raisa memang biasa seperti itu, tipikal orang yang gregetan. Alhasil, Shanaya yang selalu jadi pelampiasannya.Wanita berambut ikal itu menampilkan wajah innocent, senang karena temannya sudah kembali bergabung. Saat Shanaya tidak ada, Raisa jadi tidak ada teman mengobrol."Aku gemas padamu, Sha. Karena tidak ikut pemotretan," ungkap Raisa, memeluk tubuh Shanaya dari samping sembari menyandarkan kepalanya di bahu sahabat dekatnya."Kau 'kan tahu aku ke Swiss, mangkannya aku tidak mengikuti pemotretan," kata Shanaya."Iya deh, pengantin baru habis bulan madu. Entah malam pertama yang ke berapa kalinya itu," keke
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 87. Gedenya Gengsi Farraz

[Mas hari ini aku pulang sampai malam, karena masih ada hal yang belum aku selesaikan di sini.]Farraz merogoh saku celana ketika mendengar suara denting ponsel terdengar. Ia membaca pesan dari istrinya. Tanpa membalas, Farraz hanya membacanya dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena baru selesai berbincang-bincang dengan Leonard.Ia melihat arloji di pergelangan tangannya, jarum jam menunjukkan pukul 16.30 sore. Masih ada waktu baginya untuk menyelesaikan berkas-berkas. "Semoga saja Leon dan Shanaya tidak bertemu. Wanita itu pasti akan trauma jika bertemu dengan si Leon," gumam Farraz.Ia melempar asal balpointnya hingga tergeletak di lantai. Farraz meregangkan syaraf tubuhnya, karena dirasa terasa pegal.[Kau pulang jam berapa? Biar aku yang jemput.]Farraz mendesah pelan, lantaran Shanaya sudah tidak aktif saat ia membalas pesan."Cih, malah offline. Salahku juga lama membalas. Bodo amatlah, aku tidak peduli!"***Sementara di lokasi pemotretan, Shanaya sedang berpose di dep
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 88.

Shanaya memejamkan mata sepanjang jalan, dia tidak kuasa menahan rasa lelah dan kantuk. Ia ingin segera sampai dan istirahat di kamarnya. Mengingat ia belum masak makan malam, Shanaya jadi tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah.Wajah lelah Shanaya mencuri pandang, pada pria yang sedang fokus mengemudi sembari bernyanyi, mengikuti alunan musik pemecahan keheningan.Dilihat dari samping saja, Farraz terlihat tampan dengan kulih putihnya, alis tebal, hidung mancung dengan dagu ditumbuhi jambang tipis. Menambah kadar ketampanan sang suami."Mas Farraz sudah makan? Maaf ya aku pulang telat, nanti aku masak setelah kita sampai," cicit Shanaya. Iris coklatnya tak beralih memperhatikan Farraz tanpa berkedip sedikit pun, fokusnya masih tertuju pada Farraz yang hanya diam saja."Tidak usah repot-repot. Aku lebih suka masakan para pelayan, daripada masakanmu," tolak Farraz. Singkat dan menusuk tentunya.Shanaya menghela napas dengan pelan. "Malam ini Mas Farraz ada pekerjaan tidak?""Kenapa?"
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Bab 89. Kedatangan Leonard

Shanaya meraba tempat di sampingnya. Ia terbangun ditengah malam lantaran haus, temggorokannya terasa kering dirasa. Wanita itu mendudukkan dirinya, lalu mencepol rambutnya secara asal.Dia tidak melihat Farraz di sampingnya. Ke mana perginya dia malam-malam begini? Shanaya beringsut turun dari ranjang."Lampu ruang kerja Mas Farraz nyala. Apa Mas Farraz sedang di sana?" gumam Shanaya. Menatap pintu yang tertutup rapat.Sedangkan di ruangan kerjanya. Farraz terus mengurut pelipisnya, karena tidak enak badan. Ia terpaksa, harus menyelesaikan pekerjaannya karena besok akan ada meeting dengan klien bisnis yang lainnya.Akibat rasa pusing menjalar, Farraz jadi tidak fokus menyelesaikan pekerjaan yang sebentar lagi akan kelar. Dia terus menahan, agar tugasnya terselesaikan."Arghh, sial! Kenapa kepalaku pusing sekali!" keluh Farraz, melempar asal berkas-berkasnya yang gagal."Mas Farraz ada di dalam? Boleh aku masuk?"Farraz berhenti menggerutu, saat ruangan kerjanya diketuk dan dibuka ole
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 90. Kesal

Selesai pemotretan sudah hari ini. Shanaya langsung berpamitan pulang pada teman dan crewnya. Beruntung pemotretan hari ini selesai sore hari. Tidak seperti kemarin, yang baru terselesaikan malam harinya.Shanaya mendesah, ketika langit sudah gelap dan mulai turun hujan. Bahunya melemas, keinginannya untuk segera pulang malah terhalang."Sendirian saja, Sha? Raisa tidak ada jadwal pemotretan ya." Shanaya menoleh, pada seorang pria yang duduk di sampingnya.Sedikit bernapas lega, masih ada orang di lokasi ini. Shanaya tidak perlu merasa takut di cuaca hujan dan sendirian di sini.Hari ini Raisa tidak hadir, dikarenakan tidak ada jadwal pemotretan."Kupikir kau sudah pulang, Dre. Syukurlah kau ada. Aku agak takut sendirian di sini," keluh Shanaya.Pria di sampingnya terkekeh geli, padahal tidak hal yang lucu. Tapi mengapa Andre malah tertawa?"Memangnya kau takut apa? Kau tenang saja, di sini aman kok. Kan ada penjaga," ujar Andre.Shanaya memang bukan tipikal orang yang parnoan. Hanya
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status