Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Farraz / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Kedua Tuan Farraz: Chapter 91 - Chapter 100

206 Chapters

Bab 91. Perasaan Aneh

Tangan Farraz yang melingkar di pinggang Shanaya langsung disentak kasar oleh sang empu. Shanaya menolak ketika Farraz akan memeluknya. Dia masih marah dan kesal karena perdebatan tadi.Yang membuat Shanaya lebih kesal, Farraz malah pergi begitu saja saat Shanaya menunggu jawaban. Jadi ya sudahlah, pun Farraz tidak mungkin cemburu padanya. Ia saja yang berpikir berlebihan."Aku tidak suka kau menolakku, Sha," cibir Farraz. Hening. Shanaya hanya bisa menahan tangan Farraz saja ketika pria itu mencoba memeluknya. Shanaya sudah malas."Tinggalkan aku sendiri, Mas! Aku masih marah padamu! Kau benar-benar tidak peka jadi pria!" gerutu Shanaya, meluapkan kekesalan yang tertahan."Harusnya aku yang marah padamu, karena kau tidak mendengarkan suamimu. Andai saja kau nurut, aku tidak akan memarahimu. Itu salahmu sendiri, bebal," pungkas Farraz.Shanaya memberenggut kesal, perkataan suaminya tidak dihiraukan. Ia memilih memandang ke luar jendela kamarnya saja."Percuma aku berbicara. Kau hanya
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Bab 92. Ucapan Selamat

Butik Alexis.Malam ini diadakan fashion show di Butik Alexis, karena Butik ini sudah mengeluarkan produk terbarunya untuk diperkenalkan kepada masyarakat umum. Agar produk terbarunya sould out seperti biasa.Di acara malam ini, ada banyak sekali tamu yang hadir. Mulai dari artis, designer, pengusaha dan orang dari kalangan atas yang menghadiri acara ini. Mereka semua duduk di kursi yang sudah disediakan, sembari menunggu para model tampil."Huh, aku sangat gugup sekali. Baru tampil di hadapan umum," ungkap Shanaya, ia memegang kedua tangan Raisa guna menghilangkan kegugupan.Raisa malah cekikikan, saat merasakan tangan Shanaya dingin dan gemetar. Dua model cantik itu sudah siap dengan make up dan balutan pakaian dari Butik Alexis."Santai Sha santai, kau jangan gugup seperti ini. Kita bahkan pernah menjadi model diacara yang lebih besar dari ini, tunjukkan kemampuanmu seperti biasa," ujar Raisa, menyemangati sahabatnya."Kau juga. Aku hanya gugup saja," ucapnya. Kedua model itu sedan
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 93. Trauma

Walau sebenarnya Shanaya masih penasaran, siapa teman yang suaminya maksud itu. Ia lebih memilih untuk bungkam, mengikuti ke mana suaminya membawanya pergi.Sampai di parkiran, Shanaya celingukan. Ingin bertanya, Farraz malah tidak menjawabnya. Huh, menyebalkan memang."Sebenarnya kita mau bertemu dengan siapa sih, Mas?" Shanaya bertanya dengan rasa penasarannya.Farraz membawa Shanaya untuk diam, dengan tangan yang Farraz genggam."Sebentar lagi temanku akan datang. Kita tunggu saja di sini," ujar Farraz. Bohong jika dia tidak merasa ketar-ketir, takut jika Shanaua dirundung rasa trauma jika bertemu dengan Leonard.Disisi lain, dia juga tidak ada pilihan, lantaran Leonard mengancamnya akan membeberkan kebenaran pada Shanaya. Jika saja Shanaya tahu, wanita ini pasti akan sangat marah padanya."Nunggu di sini saja, Mas? Kenapa tidak di dalam saja," ucap Shanaya. Agar obrolan mereka lebih leluasa di dalam sana.Perasaan Shanaya menenangan, merasakan usapan jempol Farraz di telapak tanga
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Bab 94. Mual

Pagi hari menyapa. Di saat Farraz sedang memasangkan dasi di kerah kemejanya, ia terusik dengan suara Shanaya yang bolak-balik ke kamar mandi sedari tadi. Farraz tidak tahu penyebabnya apa, Shanaya tidak menjawab ketika dirinya bertanya.Merasa khawatir dengan kondisi Shanaya, Farraz buru-buru memasangkan dasinya. Gegas saja ia berjalan masuk, menyusul Shanaya yang sedang berdiri diri depan wastafel.Farraz jadi panik, ketika wajah Shanaya sudah semakin pucat. Dipegangnya tengkuk Shanaya, agar sang istri memuntahkan isi perutnya."Kau ini kenapa, Sha? Sejak pagi kau muntah terus-menerus," tanya Farraz."Aku tidak tahu, kenapa aku mual seperti ini," jawab Shanaya dengan lemas.Ia mencuci mulutnya dengan air, kepalanya pening seperti ini, ditambah perutnya mual dan sakit. Farraz menyandarkan tubuh Shanaya di dada bidangnya."Kita ke Dokter saja ya. Wajahmu sangat pucat," kata Farraz. Mengusap keringat dingin di kening istrinya.Shanaya menggeleng, menolak untuk dibawa ke Dokter. Yang ia
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

Bab 95. Kesalahpahaman

Keesokan harinya...Farraz keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Tubuh kekarnya basah dengan buliran air yang masih tersisa. Ia mengelap rambutnya dengan handuk, pria itu hanya berbalutkan handuk sebatas pinggang saja.Melihat pemandangan yang memanjakkan mata, Shanaya terpaku sejenak, binar matanya begitu cerah ketika otot kekar sang suami terpampang jelas."Ada apa kau melihatku seperti itu? Terpesona?" Farraz berkata jumawa."Apaan sih, kegeeran banget jadi orang."Shanaya berdecak, ia mengalihkan pandangan ke pantulan cermin. Pagi ini, dia berencana untuk berkunjung ke kediaman Ayahnya bersama Ayah mertuanya. Sejak liburan ke Swiss, mereka jadi jarang bertemu.Dikarenakan Tuan Aryan sedang mengurus penceraian, kata Farraz Ayahnya sedang membutuhkan waktu untuk sendiri."Kau akan mengunjungi Ayahmu, Shanaya?" tanya Farraz. Memakai baju yang disediakan istrinya.Pandangan Shanaya masih pada cermin, ia memolesi wajahnya dengan bedak agar terlihat segar. "Iya. Aku a
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

Bab 96. Kejadian Naas

Gudang.Entah apa yang akan Farraz lakukan pada Shanaya, sehingga pria yang sedang diselimuti kabut amarah itu membawanya ke tempat kotor dan kumuh seperti ini. Bahkan, Farraz dengan tega manjambak rambut Shanaya hingga berantakan.Orang yang melihat tidak ada yang mendekat. Sadar akan posisinya sebagai bawahan, mereka tidak berani untuk melerai apa yang dilakukan Farraz kepada Shanaya.Pria yang sudah kepalang marah itu langsung menutup pintu dengan keras, menimbulkan bunyi yang begitu menggelegar ke sekitar.Didorongnya tubuh Shanaya, hingga dia tengkurap di lantai. Shanaya meringis, merasa sakit yang menjalar. Dengan kejam, Farraz kembali menahan tangan Shanaya dan mengikatnya, sampai pergelangan tangannya memerah."A-ampun Mas ... jangan seperti ini, aku tidak macam-macam dengannya. Aku dan Andre ke Hotel karena menghampiri Raisa, bukan melakukan hal yang tidak-tidak, Mas," racau Shanaya.Farraz diam. Melanjutkan kegiatannya mengikat tangan dan kaki istrinya. Shanaya semakin gemet
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

Bab 97. Keguguran

Ketiga pria beda generasi itu menunggu di depan ruangan tempat Sanaya diperiksa, dengan perasaan berkecamuk, Farraz lagi-lagi merutuki dirinya sendiri atas apa yang sudah ia perbuat pada istrinya. Dia sendiri tidak tahu bagaimana keadaan Sanaya di dalam sana. Sebab, dokter yang memeriksa belum juga keluar dari ruangan. Farraz berharap, segera ada kabar baik dari Dokter.Sedari tadi yang dilakukan Farraz bergerak ke sana kemari dengan perasaan gamang. Ketika ia sedang mondar-mandir, pintu ruangan dibuka oleh seorang Suster. Gegas ia menghampiri sang suster langsung mencecarnya dengan pertanyaan."Bagaimana dengan kondisi istriku? Apa yang terjadi dengannya? Apakah istriku baik-baik saja? Cepat katakan!" cerocos Farraz."Kondisi pasien masih belum sadarkan diri, pasien masih dalam penanganan Dokter. Sesuai perintah Dokter, saya hanya ingin memberitahukan bahwa pasien mengalami keguguran, pasca mengalami benturan keras di perutnya. Karena kehamilan pasien masih terbilang muda, kami tida
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Bab 98.

Shanaya hanya bisa menahan kekesalan, ketika di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Pak Amir terpaksa pamit, membiarkan kedua insan itu menyelesaikan masalahnya sendiri.Hati Shanaya semakin sesak, bak dihantam tombak. Ia terus merasakan denyutan nyilu di ulu hatinya kala Farraz menatapnya dengan sendu.Tidak ingin menambah kesakitkan dalam hati, Shanaya membuang pandangannya ke sembarang arah, menghindari kontak fisik dengan sang suami. Karena Shanaya benar-benar murka pada suaminya. Semua kesalahan yang Farraz perbuat, sangat sulit untuk Shanaya maafkan."Sha ... tolong, jangan seperti ini. Aku tidak ingin bercerai denganmu," pintu Farraz, suara melirih.Ia juga ikut merasa sesak, menghadapi kebencian Shanaya yang memang pantas ia dapatkan akibat perbuatannya."Kita tidak akan bercerai, kau harus tetap bersamaku!" tegasnya lagi.Tak berputus asa mengajak Shanaya mengobrol, supaya istrinya bersuara. Namun nihil, Shanaya tetap tak mengeluarkan sepatah kata, hanya ada isakan tangis sa
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

Bab 99. Kabur

Usai kembali diperiksa oleh Dokter, Farraz memilih untuk manut saja dengan intruksi, untuk meninggalkan ruangan Shanaya dan menunggunya di luar ruangan.Karena Shanaya terus menjerit dan memberontak, Dokter memberikan bius agar Shanaya tenang. Dikarenakan, selang infus yang panjang itu berwarna merah. Takut terjadi sesuatu, pihak medis memilih cara itu."Kau harus sabar, jangan terus mendesak shanaya. Berikan Shanaya waktu, agar dia tenang," ujar Tuan Aryan.Sayangnya Farraz tak menjawab. Dia tidak bisa tenang, terus memikirkan perkataan Shanaya yang ingin bercerai.Tuan Aryan dan Farraz berjalan beriringan, menuju ruangan tempat Shanaya dirawat. Ayah dan anak itu baru selesai makan di kantin Rumah Sakit.Dari kejauhan, mereka mengerutkan dahinya ketika melihat Pak Amir yang begitu panik di depan ruangan. Tanpa banyak berpikir, keduanya lantas menghampiri.Pak Amir terus mengeluarkan kepanikannya."Ada apa, Dad? Kenapa kau panik seperti itu?" tanya Farraz. Alis tebal miliknya menukik
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Bab 100. Kehilangan

Tengah malamnya, Farraz terpaksa kembali ke kediamannya, dan memutuskan melanjutkan pencarian istrinya besok. Sekarang ia hanya bisa memerintahkan anak buahnya untuk tetap mencari.Dengan langkah lunglai, ia melangkah ke arah kamar yang biasa ditempati oleh Shanaya. Pandangannya mengabur, mengedar ke penjuru tempat yang kini tidak ada kehadiran pemiliknya.Bokongnya ia dudukkan di tepian ranjang, agar menutupi wajah kesedihannya itu."Shanaya ... kau di mana sekarang, aku merindukanmu," monolognya sendiri.Ruangan yang tadinya sepi, kini didominasi dengan cekam dan sunyi itu dipenuhi oleh suara tangisan Farraz. Di mana di tempat ini ia juga pernah melakukan kesalahan fatal.Ia berdiri, berjalan gontai ke arah lemari. Untuk mengambil baju Shanaya, dengan perasaan pilu, Farraz terus memeluk baju istrinya guna melepas rindu."Kembalilah Shanaya ... aku membutuhkanmu."Hari ini cukup melelahkan baginya tanpa kehadiran Shanaya, hingga Farraz merasakan kantuk dan terlelap dipembaringan.Ber
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status