Teriakan suara Shanaya terdengar begitu menggelegar, memenuhi seisi ruangan. Bagaimana dia tidak kesal, bahwa wajahnya kini sudah dipenuhi oleh spidol.Pantas saja, semua orang mentertawakannya, jika wajahnya saja seperti ini. Dengan kekesalan yang meradang, Shanaya mengeluarkan cairan beningnya. Saking malu, menjadi bahan tertawaan orang-orang.Seketika Farraz menghentikan tawa, memandangi Shanaya yang sudah berkaca-kaca akibat ulah jahilnya."Sayang ... kok nangis? Maaf, Shanaya," cicit Farraz.Niatnya ingin menjahili, dan bercanda. Malah jadi seperti ini. Shanaya marah, sampai menangis. Farraz meringis, jadi bersalah sudah keterlaluan mengerjai istrinya."Puas tertawanya?! Tidak lucu!" sentak Shanaya, menyela ucapan suaminya dengan tampang innocentnya.Benar-benar tidak habis pikir. Kejahilan Farraz sudah kelewatan, sudah mempermalukan Shanaya."Kenapa langsung diam? Tidak ingin tertawa lagi kah?"Amarahnya kian memuncak, perut yang tadinya lapar, jadi tidak bernapsu untuk makan. M
Terakhir Diperbarui : 2024-03-24 Baca selengkapnya