Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Farraz / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Kedua Tuan Farraz: Chapter 101 - Chapter 110

206 Chapters

Bab 101. Pamit

"Kau yakin akan pergi sekarang, Sha? Bahkan, kondisimu saja masih belum pulih."Sudah sekitar tiga hari lamanya Shanaya berdiam diri di Apartemen milik Raisa, menunggu kondisinya membaik.Sebab, Shanaya tidak bisa dan tidak mampu jika bepergian dengan kondisi tubuh yang kurang fit. Terlebih lagi, dia berencana untuk pergi ke luar negri, untuk memulai kehidupan baru dan menenangkan dirinya di sana.Swiss. Negara impian Shanaya, yang menjadi tempat tujuan rencana sebelumnya. Berharap, ia bisa hidup tenang untuk berdamai dengan keadaan."Aku baik-baik saja, Ra. Kondisiku sudah agak mendingan," balas Shanaya. Wanita cantik dengan balutan dress itu sibuk memasukkan bajunya ke dalam koper.Raisa hanya bisa membuang napas lirih, matanya menyendu tatkala memperhatikan Shanaya yang sedang packing barang. "Kau yakin? Aku tidak akan memaksamu untuk tetap di sini, Sha. Tapi, kembalilah jika kau sudah tenang."Shanaya tersenyum samar. Suara parau Raisa membuat hati Shanaya tersayat. Dia tahu jika
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 102. Menggeledah Rumah Shanaya

Dengan tergesa, Shanaya berlari ke arah sebuah kamar, untuk dijadikan tempat persembunyian. Tatkala sang Ayah menyuruhnya untuk sembunyi, lantaran Farraz datang lagi.Apa maksudnya? Apakah Farraz sering datang ke sini? Sudah Shanaya duga, pria itu pasti akan melakukan berbagai cara untuk bisa menemukannya.Ia langsung masuk ke bawah ranjang, menurutnya ini tempat yang aman. Bisa saja Farraz menggeledah isi rumah ini. Shanaya memejamkan mata, menetralkan deru napasnya yang tak beraturan."Semoga dia segera pergi," gumamnya.Di sisi lain, Pak Amir membuka pintu dan menyambut kedatangan menantunya. Sebisa mungkin meredam kegugupan, takut gelagatnya bisa Farraz tebak.Ada yang berbeda dengan penampilan sang menantu. Farraz yang biasanya rapih dan berwibawa, kini sebaliknya. Pakaiannya begitu acak-acakkan, raut wajahnya sendu dan datar."Ada apa Nak Farraz? Mau mencari Shanaya lagi? Sudah Daddy katakan jika Shanaya tidak pulang," ujar Pak Amir.Farraz mengedarkan pandangan, indra penciuman
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 103. Surat Cerai

Sudah satu bulan lamanya Shanaya menghilang. Sejak pertemuan di Bandara waktu lalu, sampai sekarang Farraz tidak tahu bagaimana dan di mana keberadaan Shanaya sekarang.Semenjak itu, Shanaya hilang kabar. Menghadirkan rasa sesak yang kentara pada diri Farraz. Dia lebih banyak diam, bahkan tidak memperhatikan pola makan dan istirahat karena kepikiran Shanaya.Ternyata kepergian Shanaya bukan membuatnya bahagia, tetapi malah menyiksa. Terbukti sekarang, bagaimana tersiksanya ia kala istrinya tidak ada. Saking banyaknya memikirkan Shanaya, Farraz jadi lupa pada Grisella. Ia hanya sesekali saja menjenguk, itu pun tidak akan lama."Permisi Tuan ... ada paket untuk anda," kata Nuri, memberikan bingkisan yang ia terima kepada Tuannya.Farraz yang sedang berdiri dan termenung itu menautkan alis tebalnya. "Paket apa? Aku tidak memesan apa pun."Nuri juga tidak tahu, dia menerima paket yang mengatasnamakan Farraz sebagai penerima."Saya tidak tahu, Tuan.""Ya sudah. Kau bisa pergi sekarang!" ti
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 104. Kembali Bertemu

Farraz terpaku, saat kembali bertemu dengan Shanaya. Penampilan wanita itu semakin bertambah cantik saat ini. Bibirnya membentuk seringai, dengan fokus tetap pada sosok istrinya.Ia sengaja dan terpaksa melakukan ini, agar Shanaya kembali padanya. Karena dia juga tahu, jika kelemahan Shanaya itu adalah Ayahnya. Betapa terlukanya Shanaya, mengetahui jika yang menyekap Ayahnya adalah Farraz. Pria yang bernotabene sebagai menantu.Shanaya mengalihkan pandangan, murka. Enggan membalas tatapan Farraz yang berjalan mendekat. Jarak Farraz tak jauh darinya, spontan ia menggeser tubuh agar tidak berdekatan."Aku benar-benar membencimu jika kau berani macam-macam padaku Daddyku, sialan!" maki Shanaya. Mendorong tubuh Farraz yang akan mendekat ke arahnya.Mendapat penolakan seperti itu, Farraz tidak berhenti begitu saja. Dia menangkup kedua pipi istrinya dengan lembut, seraya menempelkan hidung mancungnya pada hidung sang istri."Aku merindukanmu, Sha ... pulang dan kembalilah bersamaku," ungkap
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 105. (21+)

Farraz membaringkan tubuhnya di atas tubuh Shanaya yang hanya mengenakan bra, ia menetralkan napas terlebih dahulu sebelum berlanjut ke perjalanan menuju puncak nirwana yang menjadi candu. Shanaya merasakan hembusan napas hangat Farraz di lehernya. Mulai terangsang dan tidak kuasa menahan sentuhan yang diberikan suaminya, yang sangat mempesona dan gagah di atas tubuhnya."Ah ... ampun ... aku mohon."Farraz kembali mengangkat tubuhnya, merubah posisi untuk saling berhadapan. Cukup lama keduanya saling bersitatap, mengamati betapa cantik dan tampannya wajah kedua insan itu.Tiba-tiba, bibir Farraz langsung menyosor dan meraup bibir Shanaya dengan rakus. Wanita itu malah terbuai akan sentuhan-sentuhan yang Farraz berikan. "Mhhhh ....""Buka mulutmu!" titah Farraz, Shanaya membuka mulut. Ia berbatuk dan tersedak saat lidah Farraz menerobos mulutnya. Farraz tersenyum saat diberikan akses, lidahnya dengan leluasa mengabsen dan menjejal mulut istrinya lebih dalam, mencari rasa hangat dan n
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 106. Dekat

Penampilan Shanaya jauh lebih segar saat dia sudah membersihkan badannya di kamar mandi, badannya lengketnya terasa dingin diguyur oleh air. Ia meringis, menahan sakit sekujur tubuh.Shanaya keluar dari kamar, hanya mengenakan bathrobe dan handuk di kepalanya. Untungnya, dia tidak melihat keberadaan Farraz di sini.Dengan langkah lunglainya, Shanaya berdiri di dekat jendela kamar, menikmati betapa indah dan segarnya udara malam."Kau sedang memikirkan apa, hmm?" Shanaya berjingkat kaget, ketika tangan kekar melingkar di perut ratanya dan mencium tengkuknya.Bukan salah tingkah yang Shanaya rasakan, tetapi malah risih ingin melepaskan."Apa yang kau rencanakan? Sehingga kau menahanku pergi, Farraz," Shanaya bertanya, dengan segumpal rasa sakit dalam hatinya."Apa maksdumu, Shanaya? Rencana apa? Aku tidak merencanakan apa pun. Memangnya Kenapa?" Farraz balik bertanya, menghela napas kasar ketika Shanaya hanya beraut datar.Sang dara menyunggingkan senyuman, tidak berminat untuk membalas
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 107. Penyesalan

Selepas sarapan, agar tubuh mereka berstamina sebelum olahraga. Shanaya dan Farraz melakukan pemanasan terlebih dahulu, supaya tidak terjadi sesuatu ketika berolahraga.Karena Shanaya kurang tahu, bagaimana dan seperti apa di ruangan gym ini. Ia diajarkan Farraz yang lebih paham, dia hanya mengikuti gerakan yang Farraz praktekan.Dibandingkan dengan dirinya, Farraz lebih rajin dan suka datang ke sini. Jadi tidak heran, jika tubuhnya kekarnya terbentuk sempurna seperti itu."Baru pemanasan saja aku sudah cape dan keringatan seperti ini, benar-benar melelahkan!" Shanaya mengeluh, sembari mengusap peluh dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya.Farraz tertawa kecil menanggapinya. "Lain kali, biasakan untuk berolahraga. Wajar saja kau gampang lemas, kau memang pemalas!" ledeknya.Tidak ingin mengelak, yang dikatakan Farraz benar adanya. Baru hari ini kembali memulai, tubuhnya sudah kelelahan."Jangan meledekku seperti itu! Kau sombong sekali jadi orang!"Sesi obrolan diakhiri, kedua
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 108. Dipergoki Pelayan

Sore harinya tiba, langit sudah menampilkan warna kejinggaannya. Sinar matahari sudah mulai meredup di arah barat, sebentar lagi tergantikan dengan terangnya rembulan.Entah berapa jam lamanya Farraz tertidur, badannya merasa agak enakan seharian ini hanya berleha-leha di dalam kamar bersama istrinya.Omong-omong, ke mana perginya Shanaya? Wanita itu tidak Farraz lihat di sampingnya. Gegas ia beringsut, memakai kembali pakaian atas yang sempat ia lepas."Shit, wanita itu sudah seperti hantu yang menghilang tanpa kutahu."Di lantai bawah, aroma bumbh masakan begitu menyengat sampai di kejauhan. Aromanya saja membuat perut Farraz keroncongan, mungkin Shanaya sedang berada di dapur seperti biasa.Dan benar saja, sosok yang ia cari-cari keberadaannya sedang berdiri di depan kompor, dengan posisi tangan yang sedang mengoseng-oseng masakan. Shanaya berjingkat kaget, menyadari ada tubuh besar memeluknya dari belakang."Cih ... mengaggetkan saja!" Ia berdecih kesal, bahkan hampir jantungan.
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 109. Ziarah

Ziarah ke makam tidak terlalu lama, lantaran hari semakin panas. Selepas merapalkan doa dan memaburkan bunga, keduanya pamit untuk pulang.Gerah cuaca siang ini panas, Shanaya memilih untuk menghirup udara segar saja, guna mengeringkan keringat di badannya.Di tepian kolam, wanita berbaju hitam itu sedang asik membaca novel di aplikasi yang dia punya. Membaca adalah salah satu hobby Shanaya, bilamana ia bosan, ia selalu meluangkan waktu untuk membaca."Kau ku cari-cari ada di sini rupanya, Shanaya," ucap Farraz.Shanaya mendongakkan kepalanya, mengalihkan pandang pada Farraz yang bertelanjang dada berjalan ke arahnya."Ada apa, Mas? Bukannya aku sudah bilang mau ke kolam," ucap Shanaya. Menggeser posisi duduknya saat Farraz duduk di sampingnya."Aku merasa bosen seharian ini tidak melakukan apapun. Kau bosan tidak?" Farraz memilih bertanya.Antara bosan dan tidak, yang Shanaya rasakan berara di tengah-tengahnya."Humm, tetapi bersantai di sini sangat menyenangkan, Mas. Coba lakukan ha
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 110. Ajakan Bukan Madu

Farraz duduk di ranjang sambil selonjoran. Dia tak henti-hentinya mengucap kagum, pada wanita yang sedang duduk di depan meja riasa sembari mengoleskan skincare di wajahnya.Sudah berapa lama dirinya terhanyut memandang, memperhatikan lebih dalam betapa cantiknya Shanaya malam ini. Dengan balutan gaun tidur, sedikit terbuka di bagian belah dada."Kenapa sih lihatin terus? Ada masalah?" tanya Shanaya, menggerutu menyadari jika Farraz tengah memperhatikan gerak-geriknya.Aktivitas Shanaya terhenti, alis tipisnya terangkat satu saat berbalik badan. "Tidak ada. Hanya ingin memandangmu saja."Shanaya mengangguk-angguk, walaupun ia kikuk diperhatikan intens seperti itu. Wanita tak aya merasa malu. Namun, dia kembali memakaikan skincare di bagian wajah yang belum teroles."Aku ingin bulan madu lagi, bagaimana?" celetuk Farraz.Shanaya tak ayal diam dengan keterkejutan, ketika Farraz mengatakan kalimat mencengangkan itu.Rasa gugugup menyeruak di jiwanya, Shanaya menutup kembali skincare mili
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status