Home / Urban / Raja Naga Meninggalkan Gunung / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Raja Naga Meninggalkan Gunung: Chapter 91 - Chapter 100

1670 Chapters

Bab 91

Widia kelihatan ragu-ragu. Lagi pula, dia juga termasuk lulusan terbaik manajemen keuangan dan telah memimpin Grup Lianto selama beberapa tahun, jadi dia tidak mungkin senaif itu.Mana mungkin ada investasi yang mengiming-imingi keuntungan besar dalam waktu singkat seperti itu."Widia, kenapa? Jangan-jangan kamu nggak percaya sama aku?""Widia, apa yang kamu ragukan? Tuan Joni sudah banyak berkorban untukmu. Kalau bukan karena kamu, dia nggak mungkin menawarkan keuntungan seperti ini.""Benar, Widia. Jujur saja, aku melakukan semua ini demi kamu," seru Joni sambil terus menyakinkan wanita itu.Bahkan, Kakek Muhar pun termakan omongan Joni. Apalagi, menurut pengamatan sebelumnya, Grup Karawaci termasuk perusahaan berkinerja baik dan memiliki potensi berkembang yang tinggi.Tampaknya, Tuan Joni telah menghabiskan banyak uang demi Widia.Dia tentu tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini."Widia, kenapa masih ragu? Apa alasannya karena Tuan Joni terlalu baik kepadamu?""Pikirkan seber
Read more

Bab 92

Seakan memahami apa yang dipikirkan Widia, semua orang pun menghargai keputusannya. Lagi pula, satu bulan akan berlalu dengan cepat."Mengenai investasi, aku nggak punya banyak uang tunai saat ini. Apalagi, perusahaan juga bukan milik Keluarga Lianto saja, jadi aku harus mendiskusikannya dengan pemegang saham lainnya."Sebenarnya, Widia hanya mencari alasan. Pemegang saham yang dia sebut itu semuanya sahabat karib kakeknya, jadi dia masih punya kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dia hanya ingin memeriksa perusahaan milik keluarga Joni sebelum melakukan investasi.Joni bisa menebak ucapan Widia, jadi dia pun berkata dengan pasrah, "Oh, begitu. Sayang sekali, terpaksa keuntungan ini jadi milik orang lain, deh.""Kenapa harus memberikannya kepada orang lain? Widia, apa yang kamu pikirkan?""Ayah, bukankah kamu paling berkuasa di perusahaan? Apa kita nggak bisa meminjam uang untuk investasi?" tanya ibunya Widia sambil mendesak ayah mertuanya."Aku sudah lama meninggalkan perusahaan, jadi
Read more

Bab 93

Satu per satu dari mereka melontarkan sindiran pedas, tetapi Kakek Muhar tidak menghentikan mereka kali ini.Tobi menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Pokoknya, aku sudah memperingati kalian. Kalau kalian nggak percaya, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Setelah itu, Tobi pun membalikkan badannya dan pergi.Kakek Muhar tampak menghela napas. Padahal, dia berniat baik menginvestasikan 20 miliar untuk Tobi, tapi pria itu malah tidak menghargainya dan membuat lelaki tua itu sakit hati."Kakek Muhar, jadi 20 miliar itu bagaimana?" tanya Joni dengan hati-hati."Dia nggak menghargai niat baikku, tapi aku juga punya prinsip sendiri. Investasikan atas namanya saja," jawab Kakek Muhar sambil menghela napas. Bagaimanapun juga, dia harus memberikan penjelasan kepada dokter ajaib tua dan uang ini bisa dianggap sebagai penjelasan.Joni langsung memujinya, "Kakek Muhar memang bijaksana! Baiklah, sekarang totalnya sudah 180 miliar dan hanya tersisa 20 miliar lagi. Tania, kamu nggak mau?"T
Read more

Bab 94

"Mudah-mudahan kamu bisa terus senang seperti saat ini. Jangan nangis saat semua uang simpananmu lenyap," ucap Tobi memperingatkannya dengan kesal."Itu juga nggak ada hubungannya sama kamu. Lagian, aku punya banyak uang dan suka ditipu. Nggak seperti kamu, pria malang yang nggak punya apa-apa dan hanya bisa bergantung pada putriku."Tobi tertawa kecil mendengar itu. Dia pun tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi dan langsung keluar. Dia benar-benar tidak sanggup tinggal di sini lagi.Saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan Tania.Begitu Tania melihat Tobi, dia segera merapikan rambutnya, lalu melangkah mendekati pria itu dan memanggilnya dengan lembut, "To ... Tobi!"Awalnya, dia ingin memanggilnya "Kak Tobi", tetapi dia takut mengagetkan pria itu.Tobi agak kaget melihat perubahan sikap Tania. Apa ini Tania yang dia kenal? Namun, Tania yang saat ini lebih terlihat menawan dari sebelumnya. Pria itu pun bertanya dengan nada datar, "Ada apa?""Nggak apa-apa. Mereka nggak percaya sam
Read more

Bab 95

Tobi termenung sejenak, lalu bertanya, "Kakek Jamil, jangan-jangan kamu mau aku bersaing dengannya?""Nggak juga. Hanya saja, Martin selalu meremehkan Negara Harlanda. Aku nggak tahu apa yang akan dia katakan nantinya, tapi seandainya dia berani mempermalukan Negara Harlanda, aku harap kamu bisa memberinya pelajaran."Jamil Jutopo tidak tertarik dengan pangkat, tetapi dia tidak terima Negara Harlanda dipermalukan."Aku mengerti. Beri tahu aku waktu dan alamatnya. Aku akan pergi ke sana nanti malam," ucap Tobi seraya menyetujuinya."Oke!"Jamil segera memberikan informasi terkait dan mengatakan pihak penyelenggara akan menambahkan nama Tobi ke daftar undangan dan dia hanya perlu berangkat ke sana saja malam nanti.Setelah menutup telepon, Jamil menghela napas lega.Selama Martin tidak macam-macam kepada Tobi, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Namun, jika sebaliknya, Martin pasti akan menderita. Untungnya, Jamil menyebut Tobi hari ini. Jika tidak, dia masih tidak tahu pria itu tel
Read more

Bab 96

Bagi masyarakat zaman sekarang, mengendarai mobil BMW, Mercedes-benz dan Audi yang bernilai ratusan juta sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak akan terlalu mencolok. Selain itu, pengalaman berkendara akan lebih baik.Padahal, Tobi telah masuk dan berkeliling selama beberapa menit, tetapi tak ada satu pun karyawan yang menghiraukannya.Ada empat gadis cantik yang mengenakan kemeja dan rok pendek duduk di sana sambil mengobrol. Mereka jelas-jelas melihat Tobi, tetapi mereka tidak mau bangkit sama sekali.Tobi menggelengkan kepalanya, hendak berbalik dan pergi.Namun, di saat itu juga, seorang wanita cantik yang memiliki sepasang mata besar dan berperawakan agak kurus itu berjalan mendekatinya dengan cepat, lalu menyapanya dengan gugup, "Halo, Tuan. Apa Anda ingin membeli mobil?""Ya."Tobi mengangguk dan memandang wanita itu dengan cermat. Dia merasakan sebuah perasaan familier yang tidak bisa dilukiskan.Saat gadis-gadis itu melihatnya, mereka langsung mentertawakannya."Eits, Kristin
Read more

Bab 97

Puput dan yang lainnya seketika berdiri mematung di tempat. Apalagi, saat melihat Tobi mengeluarkan kartu dan ingin membayar langsung.Puput tersentak kembali, lalu segera menuangkan segelas air dan menghampiri Tobi dengan senyuman di wajahnya, "Halo Tuan Tobi, saya barusan dengar Anda ingin membeli mobil S680?""Benar!" kata Tobi dengan suara datar."Selera Anda benar-benar bagus. Selain sebagai simbol kekayaan, mobil ini bisa memperlihatkan status Anda ke manapun Anda pergi.""Kristin karyawan baru di sini dan baru bekerja di sini kurang dari setengah bulan. Dia masih nggak paham dengan mobil sepenuhnya. Untuk melayani pelanggan berkualitas tinggi seperti Anda, saya selaku manajer penjualan akan memperkenalkannya kepada Anda.""Nggak perlu. Aku mau dia yang kenalkan saja.""Tapi, dia nggak tahu apa-apa. Terus, yang paling penting saya bisa memberikan potongan tinggi dan saya bisa menjamin Anda akan puas dengan harga yang saya berikan!"Sembari berbicara, Puput menyodorkan gelas beris
Read more

Bab 98

"Apa kamu yakin? Begitu aku keluar dari pintu ini, aku nggak akan masuk lagi," kata Tobi dengan dingin."Silakan. Kamu pikir kamu itu siapa!""Kalau kamu masih nggak mau pergi, aku akan menyuruh satpam untuk mengusirmu," timpal Puput.Pak Gilang memandang Tobi sejenak dan kebetulan menangkap sekilas kartu di tangan pria itu. Raut wajahnya seketika berubah. Mengapa kartu itu terlihat seperti kartu hitam Lawana?"Tunggu!"Melihat Tobi hendak berjalan keluar, Pak Gilang segera memanggilnya dengan sopan, "Tuan, bisakah Anda memperlihatkan kartu di tangan Anda itu?"Semua orang tampak terkejut saat melihat Tobi melemparkan kartu itu keluar.Pak Gilang juga kaget dan buru-buru menangkap kartu itu. Setelah dilihat lebih dekat, kartu itu persis sama. Wajahnya menjadi pucat dan dia pun berkata, "Tuan, mohon tunggu sebentar!"Sembari berbicara, dia melangkah pergi dengan tergopoh-gopoh.Yang lainnya tampak tercengang. Beberapa di antara mereka kelihatan bingung dengan situasi yang terjadi.Tak l
Read more

Bab 99

Puput mendadak teringat adegan Pak Gilang meminta pengampunan sambil berlutut. Padahal, Pak Gilang adalah seorang pria dan memiliki jabatan tinggi, tetapi dia tidak ragu untuk berlutut dan minta maaf.Jadi, dia pun segera berlutut di hadapan Tobi dan berkata, "Tuan Tobi, aku minta maaf. Barusan sikapku terlalu kasar, aku memang bodoh, aku ....""Minggir!"Tobi langsung mendorongnya ke samping. Dia sudah tidak tahan dengan wanita munafik itu lagi.Ekspresi wanita lainnya juga berubah pucat dan langsung terdiam.Pak Gilang langsung membentaknya dengan marah, "Puput, hentikan itu. Cepat keluar dari sini!"Semua wanita buru-buru mengikuti perintah atasan itu, termasuk Puput."Tunggu, dia nggak salah," ucap Tobi seraya menunjuk ke arah Kristin.Mendengar itu, Pak Gilang buru-buru berkata, "Kristin, kamu tetap di sini.""Saat semua orang memandang rendah diriku, hanya Kristin yang sudi memperkenalkan mobil itu kepadaku. Menurutku, kinerjanya bagus."Pak Gilang langsung mengerti maksud ucapan
Read more

Bab 100

Pak Gilang pasti akan menangani semuanya dengan baik.Setelah prosedur selesai, Tobi pun meninggalkan dealer itu. Sekitar jam tujuh malam, dia mengendarai mobil barunya ke lokasi tujuan.Saat melihat begitu banyak mobil mewah terparkir rapi, dia diam-diam terkejut.Tampaknya yang datang kali ini bukanlah orang biasa, bagaikan anggota klub seni level atas.Ketika Tobi hendak masuk, dua satpam langsung menghentikannya di depan pintu."Halo, Tuan. Silakan tunjukkan tiket konser!"Tobi tercengang saat mendengar itu. Bukankah Kakek Jamil menyuruhnya langsung datang saja? Dia pun bertanya, "Apa aku perlu menunjukkan tiket konser untuk masuk ke sini?"Banyak pria dan wanita yang berpakaian mewah melewatinya dan kebetulan mendengar pembicaraan mereka, mata mereka langsung melirik Tobi dengan tatapan menghina."Anak muda, bukan semua tempat bisa kamu masuki secara sembarangan."Mereka langsung mengeluarkan tiket konser dan berjalan masuk ke dalam.Satpam masih terlihat sopan, dia pun tersenyum
Read more
PREV
1
...
89101112
...
167
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status