Seakan memahami apa yang dipikirkan Widia, semua orang pun menghargai keputusannya. Lagi pula, satu bulan akan berlalu dengan cepat."Mengenai investasi, aku nggak punya banyak uang tunai saat ini. Apalagi, perusahaan juga bukan milik Keluarga Lianto saja, jadi aku harus mendiskusikannya dengan pemegang saham lainnya."Sebenarnya, Widia hanya mencari alasan. Pemegang saham yang dia sebut itu semuanya sahabat karib kakeknya, jadi dia masih punya kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dia hanya ingin memeriksa perusahaan milik keluarga Joni sebelum melakukan investasi.Joni bisa menebak ucapan Widia, jadi dia pun berkata dengan pasrah, "Oh, begitu. Sayang sekali, terpaksa keuntungan ini jadi milik orang lain, deh.""Kenapa harus memberikannya kepada orang lain? Widia, apa yang kamu pikirkan?""Ayah, bukankah kamu paling berkuasa di perusahaan? Apa kita nggak bisa meminjam uang untuk investasi?" tanya ibunya Widia sambil mendesak ayah mertuanya."Aku sudah lama meninggalkan perusahaan, jadi
Satu per satu dari mereka melontarkan sindiran pedas, tetapi Kakek Muhar tidak menghentikan mereka kali ini.Tobi menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Pokoknya, aku sudah memperingati kalian. Kalau kalian nggak percaya, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Setelah itu, Tobi pun membalikkan badannya dan pergi.Kakek Muhar tampak menghela napas. Padahal, dia berniat baik menginvestasikan 20 miliar untuk Tobi, tapi pria itu malah tidak menghargainya dan membuat lelaki tua itu sakit hati."Kakek Muhar, jadi 20 miliar itu bagaimana?" tanya Joni dengan hati-hati."Dia nggak menghargai niat baikku, tapi aku juga punya prinsip sendiri. Investasikan atas namanya saja," jawab Kakek Muhar sambil menghela napas. Bagaimanapun juga, dia harus memberikan penjelasan kepada dokter ajaib tua dan uang ini bisa dianggap sebagai penjelasan.Joni langsung memujinya, "Kakek Muhar memang bijaksana! Baiklah, sekarang totalnya sudah 180 miliar dan hanya tersisa 20 miliar lagi. Tania, kamu nggak mau?"T
"Mudah-mudahan kamu bisa terus senang seperti saat ini. Jangan nangis saat semua uang simpananmu lenyap," ucap Tobi memperingatkannya dengan kesal."Itu juga nggak ada hubungannya sama kamu. Lagian, aku punya banyak uang dan suka ditipu. Nggak seperti kamu, pria malang yang nggak punya apa-apa dan hanya bisa bergantung pada putriku."Tobi tertawa kecil mendengar itu. Dia pun tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi dan langsung keluar. Dia benar-benar tidak sanggup tinggal di sini lagi.Saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan Tania.Begitu Tania melihat Tobi, dia segera merapikan rambutnya, lalu melangkah mendekati pria itu dan memanggilnya dengan lembut, "To ... Tobi!"Awalnya, dia ingin memanggilnya "Kak Tobi", tetapi dia takut mengagetkan pria itu.Tobi agak kaget melihat perubahan sikap Tania. Apa ini Tania yang dia kenal? Namun, Tania yang saat ini lebih terlihat menawan dari sebelumnya. Pria itu pun bertanya dengan nada datar, "Ada apa?""Nggak apa-apa. Mereka nggak percaya sam
Tobi termenung sejenak, lalu bertanya, "Kakek Jamil, jangan-jangan kamu mau aku bersaing dengannya?""Nggak juga. Hanya saja, Martin selalu meremehkan Negara Harlanda. Aku nggak tahu apa yang akan dia katakan nantinya, tapi seandainya dia berani mempermalukan Negara Harlanda, aku harap kamu bisa memberinya pelajaran."Jamil Jutopo tidak tertarik dengan pangkat, tetapi dia tidak terima Negara Harlanda dipermalukan."Aku mengerti. Beri tahu aku waktu dan alamatnya. Aku akan pergi ke sana nanti malam," ucap Tobi seraya menyetujuinya."Oke!"Jamil segera memberikan informasi terkait dan mengatakan pihak penyelenggara akan menambahkan nama Tobi ke daftar undangan dan dia hanya perlu berangkat ke sana saja malam nanti.Setelah menutup telepon, Jamil menghela napas lega.Selama Martin tidak macam-macam kepada Tobi, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Namun, jika sebaliknya, Martin pasti akan menderita. Untungnya, Jamil menyebut Tobi hari ini. Jika tidak, dia masih tidak tahu pria itu tel
Bagi masyarakat zaman sekarang, mengendarai mobil BMW, Mercedes-benz dan Audi yang bernilai ratusan juta sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak akan terlalu mencolok. Selain itu, pengalaman berkendara akan lebih baik.Padahal, Tobi telah masuk dan berkeliling selama beberapa menit, tetapi tak ada satu pun karyawan yang menghiraukannya.Ada empat gadis cantik yang mengenakan kemeja dan rok pendek duduk di sana sambil mengobrol. Mereka jelas-jelas melihat Tobi, tetapi mereka tidak mau bangkit sama sekali.Tobi menggelengkan kepalanya, hendak berbalik dan pergi.Namun, di saat itu juga, seorang wanita cantik yang memiliki sepasang mata besar dan berperawakan agak kurus itu berjalan mendekatinya dengan cepat, lalu menyapanya dengan gugup, "Halo, Tuan. Apa Anda ingin membeli mobil?""Ya."Tobi mengangguk dan memandang wanita itu dengan cermat. Dia merasakan sebuah perasaan familier yang tidak bisa dilukiskan.Saat gadis-gadis itu melihatnya, mereka langsung mentertawakannya."Eits, Kristin
Puput dan yang lainnya seketika berdiri mematung di tempat. Apalagi, saat melihat Tobi mengeluarkan kartu dan ingin membayar langsung.Puput tersentak kembali, lalu segera menuangkan segelas air dan menghampiri Tobi dengan senyuman di wajahnya, "Halo Tuan Tobi, saya barusan dengar Anda ingin membeli mobil S680?""Benar!" kata Tobi dengan suara datar."Selera Anda benar-benar bagus. Selain sebagai simbol kekayaan, mobil ini bisa memperlihatkan status Anda ke manapun Anda pergi.""Kristin karyawan baru di sini dan baru bekerja di sini kurang dari setengah bulan. Dia masih nggak paham dengan mobil sepenuhnya. Untuk melayani pelanggan berkualitas tinggi seperti Anda, saya selaku manajer penjualan akan memperkenalkannya kepada Anda.""Nggak perlu. Aku mau dia yang kenalkan saja.""Tapi, dia nggak tahu apa-apa. Terus, yang paling penting saya bisa memberikan potongan tinggi dan saya bisa menjamin Anda akan puas dengan harga yang saya berikan!"Sembari berbicara, Puput menyodorkan gelas beris
"Apa kamu yakin? Begitu aku keluar dari pintu ini, aku nggak akan masuk lagi," kata Tobi dengan dingin."Silakan. Kamu pikir kamu itu siapa!""Kalau kamu masih nggak mau pergi, aku akan menyuruh satpam untuk mengusirmu," timpal Puput.Pak Gilang memandang Tobi sejenak dan kebetulan menangkap sekilas kartu di tangan pria itu. Raut wajahnya seketika berubah. Mengapa kartu itu terlihat seperti kartu hitam Lawana?"Tunggu!"Melihat Tobi hendak berjalan keluar, Pak Gilang segera memanggilnya dengan sopan, "Tuan, bisakah Anda memperlihatkan kartu di tangan Anda itu?"Semua orang tampak terkejut saat melihat Tobi melemparkan kartu itu keluar.Pak Gilang juga kaget dan buru-buru menangkap kartu itu. Setelah dilihat lebih dekat, kartu itu persis sama. Wajahnya menjadi pucat dan dia pun berkata, "Tuan, mohon tunggu sebentar!"Sembari berbicara, dia melangkah pergi dengan tergopoh-gopoh.Yang lainnya tampak tercengang. Beberapa di antara mereka kelihatan bingung dengan situasi yang terjadi.Tak l
Puput mendadak teringat adegan Pak Gilang meminta pengampunan sambil berlutut. Padahal, Pak Gilang adalah seorang pria dan memiliki jabatan tinggi, tetapi dia tidak ragu untuk berlutut dan minta maaf.Jadi, dia pun segera berlutut di hadapan Tobi dan berkata, "Tuan Tobi, aku minta maaf. Barusan sikapku terlalu kasar, aku memang bodoh, aku ....""Minggir!"Tobi langsung mendorongnya ke samping. Dia sudah tidak tahan dengan wanita munafik itu lagi.Ekspresi wanita lainnya juga berubah pucat dan langsung terdiam.Pak Gilang langsung membentaknya dengan marah, "Puput, hentikan itu. Cepat keluar dari sini!"Semua wanita buru-buru mengikuti perintah atasan itu, termasuk Puput."Tunggu, dia nggak salah," ucap Tobi seraya menunjuk ke arah Kristin.Mendengar itu, Pak Gilang buru-buru berkata, "Kristin, kamu tetap di sini.""Saat semua orang memandang rendah diriku, hanya Kristin yang sudi memperkenalkan mobil itu kepadaku. Menurutku, kinerjanya bagus."Pak Gilang langsung mengerti maksud ucapan
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh