Share

Bab 91

Penulis: Anak Ketiga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-21 12:00:50
Widia kelihatan ragu-ragu. Lagi pula, dia juga termasuk lulusan terbaik manajemen keuangan dan telah memimpin Grup Lianto selama beberapa tahun, jadi dia tidak mungkin senaif itu.

Mana mungkin ada investasi yang mengiming-imingi keuntungan besar dalam waktu singkat seperti itu.

"Widia, kenapa? Jangan-jangan kamu nggak percaya sama aku?"

"Widia, apa yang kamu ragukan? Tuan Joni sudah banyak berkorban untukmu. Kalau bukan karena kamu, dia nggak mungkin menawarkan keuntungan seperti ini."

"Benar, Widia. Jujur saja, aku melakukan semua ini demi kamu," seru Joni sambil terus menyakinkan wanita itu.

Bahkan, Kakek Muhar pun termakan omongan Joni. Apalagi, menurut pengamatan sebelumnya, Grup Karawaci termasuk perusahaan berkinerja baik dan memiliki potensi berkembang yang tinggi.

Tampaknya, Tuan Joni telah menghabiskan banyak uang demi Widia.

Dia tentu tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini.

"Widia, kenapa masih ragu? Apa alasannya karena Tuan Joni terlalu baik kepadamu?"

"Pikirkan seber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ShamCuba
bab terlalu pendek..
goodnovel comment avatar
Jabrik Muraybatu212
TOLOL MAHAL DOANG
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 92

    Seakan memahami apa yang dipikirkan Widia, semua orang pun menghargai keputusannya. Lagi pula, satu bulan akan berlalu dengan cepat."Mengenai investasi, aku nggak punya banyak uang tunai saat ini. Apalagi, perusahaan juga bukan milik Keluarga Lianto saja, jadi aku harus mendiskusikannya dengan pemegang saham lainnya."Sebenarnya, Widia hanya mencari alasan. Pemegang saham yang dia sebut itu semuanya sahabat karib kakeknya, jadi dia masih punya kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dia hanya ingin memeriksa perusahaan milik keluarga Joni sebelum melakukan investasi.Joni bisa menebak ucapan Widia, jadi dia pun berkata dengan pasrah, "Oh, begitu. Sayang sekali, terpaksa keuntungan ini jadi milik orang lain, deh.""Kenapa harus memberikannya kepada orang lain? Widia, apa yang kamu pikirkan?""Ayah, bukankah kamu paling berkuasa di perusahaan? Apa kita nggak bisa meminjam uang untuk investasi?" tanya ibunya Widia sambil mendesak ayah mertuanya."Aku sudah lama meninggalkan perusahaan, jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 93

    Satu per satu dari mereka melontarkan sindiran pedas, tetapi Kakek Muhar tidak menghentikan mereka kali ini.Tobi menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Pokoknya, aku sudah memperingati kalian. Kalau kalian nggak percaya, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Setelah itu, Tobi pun membalikkan badannya dan pergi.Kakek Muhar tampak menghela napas. Padahal, dia berniat baik menginvestasikan 20 miliar untuk Tobi, tapi pria itu malah tidak menghargainya dan membuat lelaki tua itu sakit hati."Kakek Muhar, jadi 20 miliar itu bagaimana?" tanya Joni dengan hati-hati."Dia nggak menghargai niat baikku, tapi aku juga punya prinsip sendiri. Investasikan atas namanya saja," jawab Kakek Muhar sambil menghela napas. Bagaimanapun juga, dia harus memberikan penjelasan kepada dokter ajaib tua dan uang ini bisa dianggap sebagai penjelasan.Joni langsung memujinya, "Kakek Muhar memang bijaksana! Baiklah, sekarang totalnya sudah 180 miliar dan hanya tersisa 20 miliar lagi. Tania, kamu nggak mau?"T

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 94

    "Mudah-mudahan kamu bisa terus senang seperti saat ini. Jangan nangis saat semua uang simpananmu lenyap," ucap Tobi memperingatkannya dengan kesal."Itu juga nggak ada hubungannya sama kamu. Lagian, aku punya banyak uang dan suka ditipu. Nggak seperti kamu, pria malang yang nggak punya apa-apa dan hanya bisa bergantung pada putriku."Tobi tertawa kecil mendengar itu. Dia pun tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi dan langsung keluar. Dia benar-benar tidak sanggup tinggal di sini lagi.Saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan Tania.Begitu Tania melihat Tobi, dia segera merapikan rambutnya, lalu melangkah mendekati pria itu dan memanggilnya dengan lembut, "To ... Tobi!"Awalnya, dia ingin memanggilnya "Kak Tobi", tetapi dia takut mengagetkan pria itu.Tobi agak kaget melihat perubahan sikap Tania. Apa ini Tania yang dia kenal? Namun, Tania yang saat ini lebih terlihat menawan dari sebelumnya. Pria itu pun bertanya dengan nada datar, "Ada apa?""Nggak apa-apa. Mereka nggak percaya sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 95

    Tobi termenung sejenak, lalu bertanya, "Kakek Jamil, jangan-jangan kamu mau aku bersaing dengannya?""Nggak juga. Hanya saja, Martin selalu meremehkan Negara Harlanda. Aku nggak tahu apa yang akan dia katakan nantinya, tapi seandainya dia berani mempermalukan Negara Harlanda, aku harap kamu bisa memberinya pelajaran."Jamil Jutopo tidak tertarik dengan pangkat, tetapi dia tidak terima Negara Harlanda dipermalukan."Aku mengerti. Beri tahu aku waktu dan alamatnya. Aku akan pergi ke sana nanti malam," ucap Tobi seraya menyetujuinya."Oke!"Jamil segera memberikan informasi terkait dan mengatakan pihak penyelenggara akan menambahkan nama Tobi ke daftar undangan dan dia hanya perlu berangkat ke sana saja malam nanti.Setelah menutup telepon, Jamil menghela napas lega.Selama Martin tidak macam-macam kepada Tobi, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Namun, jika sebaliknya, Martin pasti akan menderita. Untungnya, Jamil menyebut Tobi hari ini. Jika tidak, dia masih tidak tahu pria itu tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 96

    Bagi masyarakat zaman sekarang, mengendarai mobil BMW, Mercedes-benz dan Audi yang bernilai ratusan juta sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak akan terlalu mencolok. Selain itu, pengalaman berkendara akan lebih baik.Padahal, Tobi telah masuk dan berkeliling selama beberapa menit, tetapi tak ada satu pun karyawan yang menghiraukannya.Ada empat gadis cantik yang mengenakan kemeja dan rok pendek duduk di sana sambil mengobrol. Mereka jelas-jelas melihat Tobi, tetapi mereka tidak mau bangkit sama sekali.Tobi menggelengkan kepalanya, hendak berbalik dan pergi.Namun, di saat itu juga, seorang wanita cantik yang memiliki sepasang mata besar dan berperawakan agak kurus itu berjalan mendekatinya dengan cepat, lalu menyapanya dengan gugup, "Halo, Tuan. Apa Anda ingin membeli mobil?""Ya."Tobi mengangguk dan memandang wanita itu dengan cermat. Dia merasakan sebuah perasaan familier yang tidak bisa dilukiskan.Saat gadis-gadis itu melihatnya, mereka langsung mentertawakannya."Eits, Kristin

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 97

    Puput dan yang lainnya seketika berdiri mematung di tempat. Apalagi, saat melihat Tobi mengeluarkan kartu dan ingin membayar langsung.Puput tersentak kembali, lalu segera menuangkan segelas air dan menghampiri Tobi dengan senyuman di wajahnya, "Halo Tuan Tobi, saya barusan dengar Anda ingin membeli mobil S680?""Benar!" kata Tobi dengan suara datar."Selera Anda benar-benar bagus. Selain sebagai simbol kekayaan, mobil ini bisa memperlihatkan status Anda ke manapun Anda pergi.""Kristin karyawan baru di sini dan baru bekerja di sini kurang dari setengah bulan. Dia masih nggak paham dengan mobil sepenuhnya. Untuk melayani pelanggan berkualitas tinggi seperti Anda, saya selaku manajer penjualan akan memperkenalkannya kepada Anda.""Nggak perlu. Aku mau dia yang kenalkan saja.""Tapi, dia nggak tahu apa-apa. Terus, yang paling penting saya bisa memberikan potongan tinggi dan saya bisa menjamin Anda akan puas dengan harga yang saya berikan!"Sembari berbicara, Puput menyodorkan gelas beris

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 98

    "Apa kamu yakin? Begitu aku keluar dari pintu ini, aku nggak akan masuk lagi," kata Tobi dengan dingin."Silakan. Kamu pikir kamu itu siapa!""Kalau kamu masih nggak mau pergi, aku akan menyuruh satpam untuk mengusirmu," timpal Puput.Pak Gilang memandang Tobi sejenak dan kebetulan menangkap sekilas kartu di tangan pria itu. Raut wajahnya seketika berubah. Mengapa kartu itu terlihat seperti kartu hitam Lawana?"Tunggu!"Melihat Tobi hendak berjalan keluar, Pak Gilang segera memanggilnya dengan sopan, "Tuan, bisakah Anda memperlihatkan kartu di tangan Anda itu?"Semua orang tampak terkejut saat melihat Tobi melemparkan kartu itu keluar.Pak Gilang juga kaget dan buru-buru menangkap kartu itu. Setelah dilihat lebih dekat, kartu itu persis sama. Wajahnya menjadi pucat dan dia pun berkata, "Tuan, mohon tunggu sebentar!"Sembari berbicara, dia melangkah pergi dengan tergopoh-gopoh.Yang lainnya tampak tercengang. Beberapa di antara mereka kelihatan bingung dengan situasi yang terjadi.Tak l

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 99

    Puput mendadak teringat adegan Pak Gilang meminta pengampunan sambil berlutut. Padahal, Pak Gilang adalah seorang pria dan memiliki jabatan tinggi, tetapi dia tidak ragu untuk berlutut dan minta maaf.Jadi, dia pun segera berlutut di hadapan Tobi dan berkata, "Tuan Tobi, aku minta maaf. Barusan sikapku terlalu kasar, aku memang bodoh, aku ....""Minggir!"Tobi langsung mendorongnya ke samping. Dia sudah tidak tahan dengan wanita munafik itu lagi.Ekspresi wanita lainnya juga berubah pucat dan langsung terdiam.Pak Gilang langsung membentaknya dengan marah, "Puput, hentikan itu. Cepat keluar dari sini!"Semua wanita buru-buru mengikuti perintah atasan itu, termasuk Puput."Tunggu, dia nggak salah," ucap Tobi seraya menunjuk ke arah Kristin.Mendengar itu, Pak Gilang buru-buru berkata, "Kristin, kamu tetap di sini.""Saat semua orang memandang rendah diriku, hanya Kristin yang sudi memperkenalkan mobil itu kepadaku. Menurutku, kinerjanya bagus."Pak Gilang langsung mengerti maksud ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1614

    "Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1613

    "Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1612

    Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1611

    Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1610

    Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1609

    Lelaki tua bertopeng itu sepertinya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Widia. Dia tidak menghentikannya dan hanya tersenyum sinis. "Bisa memblokir 30 persen energiku hanya dengan satu telapak tangan, kamu hebat juga.""Tapi sebelum memahami hukum langit dan bumi, kamu masih bukan tandinganku."Begitu selesai berbicara, lelaki tua melambaikan tangan kanannya dan menyerang dengan telapak tangan lainnya.Serangan tapak tangan kali ini terlihat sedikit lebih ringan.Namun, Tobi malah merasa ngeri. Bahkan, seolah-olah kematian tengah menghampirinya. Ekspresinya berubah drastis. Dia bersiap untuk menghindar.Namun, dia merasa kakinya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali, seolah-olah ada kekuatan besar yang menekannya.Sialan! Taktik seperti apa ini!Bisa-bisanya membuatnya kesulitan untuk bergerak.Tobi menggertakkan gigi. Tiba-tiba, sebuah pedang panjang muncul dari udara tipis. Itu adalah Pedang Diraya.Dia mengepalkan tangannya dan mengumpulkan seluruh energi sejatinya

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1608

    Tobi tersenyum pahit. Dia ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian berkata, "Widia, mungkin mereka bukan orang tuamu."Widia tertegun sejenak. Dia mengira Tobi sedang menghiburnya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tobi, aku tahu kamu ingin menghiburku. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.""Ya, ayo kita pergi."Terakhir, Tobi memutuskan untuk menunggu hasil penyelidikan lebih dulu. Jika tidak, Widia pasti akan merasa lebih sedih karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.Dalam dua hari berikutnya, Tobi juga menghabiskan waktu dengan menemani Widia berbelanja, berjalan-jalan, dan juga menyantap berbagai makanan lezat. Keduanya tampak menikmati dunia milik berdua.Pada jam sebelas malam, bulan purnama sudah terlihat di langit.Keduanya berdiri di tepi pantai. Rasanya begitu damai.Lantaran ditemani oleh Tobi, suasana hati Widia juga kian membaik. Dia kini telah merasa jauh lebih tenang.Namun, tepat di saat ini, Tobi tertegun. Wajahnya berubah muram. Dia segera berbalik dan

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1607

    Begitu mendengar perkataan Yesa, Herman hanya tersenyum pahit dan tidak berbicara lagi.Saat Yesa terlibat dalam masalah terakhir kali, Herman mencari bantuan di mana-mana, tetapi tidak ada seorang pun yang berniat membantunya. Hanya Tobi yang bersedia memberikan bantuan.Di saat itu, Herman merasa bahwa yang dilakukan dirinya dan istrinya sudah salah.Oleh karena itu, kata-kata yang Herman ucapkan pada Widia dalam beberapa hari terakhir ini, semuanya berasal dari lubuk hatinya. Lain halnya dengan Yesa, yang berusaha menyenangkan Widia dengan tujuan tertentu.Hanya saja, di hadapan istrinya, dia selalu menuruti perkataannya dan tidak pernah berani membangkang.Selesai berbicara, tatapan tajam tiba-tiba muncul di mata Yesa. Dia pun berkata, "Karena mereka nggak ingin aku hidup dengan baik, aku juga nggak akan biarkan hidup mereka damai. Aku mau lapor polisi. Aku mau pembunuhan yang terjadi barusan dipublikasikan.""Sudah cukup!"Saat ini, akhirnya Herman angkat bicara."Apa ... apa yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1606

    "Widia, kamu sudah salah paham sama ibumu." Herman juga ikut menimpali. Apa yang terjadi dengan Widia? Kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi pintar dan tahu segalanya?"Ayah, Ibu, ini terakhir kalinya aku memanggil kalian! Putri kalian nggak bodoh. Bukannya aku nggak memahami semua ini. Hanya saja, aku nggak ingin menerima kenyataan ini dan lebih memilih terjebak dalam angan-anganku sendiri.""Tapi kalian berulang kali menunjukkan segalanya di hadapanku. Kalian membuatku kecewa lagi dan lagi. Sekarang kalian masih ingin membodohiku?"Yesa menitikkan air mata. Wajahnya masih terlihat sedih.Keduanya tertegun sejenak, terutama suara serak Widia, yang mengungkapkan kesedihan yang terpendam selama ini. Membuat keduanya tidak mampu berkata-kata."Maafkan aku. Kelak aku nggak bisa memenuhi kewajibanku sebagai putri kalian lagi." Nada bicara Widia begitu tegas, tapi mengandung rasa sakit yang mendalam."Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun dengan kalian lagi.""Tobi, ayo kita pergi!"

DMCA.com Protection Status