Pak Gilang pasti akan menangani semuanya dengan baik.Setelah prosedur selesai, Tobi pun meninggalkan dealer itu. Sekitar jam tujuh malam, dia mengendarai mobil barunya ke lokasi tujuan.Saat melihat begitu banyak mobil mewah terparkir rapi, dia diam-diam terkejut.Tampaknya yang datang kali ini bukanlah orang biasa, bagaikan anggota klub seni level atas.Ketika Tobi hendak masuk, dua satpam langsung menghentikannya di depan pintu."Halo, Tuan. Silakan tunjukkan tiket konser!"Tobi tercengang saat mendengar itu. Bukankah Kakek Jamil menyuruhnya langsung datang saja? Dia pun bertanya, "Apa aku perlu menunjukkan tiket konser untuk masuk ke sini?"Banyak pria dan wanita yang berpakaian mewah melewatinya dan kebetulan mendengar pembicaraan mereka, mata mereka langsung melirik Tobi dengan tatapan menghina."Anak muda, bukan semua tempat bisa kamu masuki secara sembarangan."Mereka langsung mengeluarkan tiket konser dan berjalan masuk ke dalam.Satpam masih terlihat sopan, dia pun tersenyum
"Kamu!""Aku salut kepadamu!"Widia terlihat tak berdaya saat mendengar pria itu tidak punya tiket konser.Lalu, kenapa dia datang ke sini? Apa dia mau membuat malu dirinya sendiri? Widia pun mengambil tiketnya dan berkata, "Pak Satpam, aku punya tiket konser. Bolehkah aku membawanya masuk?""Nggak bisa. Satu tiket hanya berlaku untuk satu orang saja," jawab satpam itu sambil menggelengkan kepalanya."Ini ...."Widia memperhatikan semua orang di sekitarnya mulai memandang Tobi dengan tatapan mengejek. Dia ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Tuan Joni, kamu masuk dulu. Aku akan menyusul sebentar lagi.""Tobi, ikut aku ke sini!"Dia harus membawa Tobi pergi dari kerumunan ini dulu."Mau ke mana?" tanya Tobi dengan heran."Menurutmu?"Widia tak berdaya menghadapi Tobi. Pria ini sangat keras kepala. Widia hanya ingin membawanya menghindar dari kerumunan itu. Apa dia tidak sadar dirinya sekarang sedang diolok-olok oleh semua orang?"Aku nggak tahu.""Jangan banyak omong lagi. Ikut aku saja!"
Dia pun bersandar di sisi kanan dengan enggan. Kemudian, dia berkata, "Tobi, ternyata kamu hebat juga dan bisa membaur ke sini. Aku penasaran seberapa banyak yang kamu ketahui tentang piano. Apa kamu paham sama musik piano?""Sedikit. Setidaknya, melebihimu." Tobi menyadari Joni sedang dilanda kebingungan saat ini dan mulai menyerangnya di hadapan Widia.Joni tampak tertekan. Sebenarnya, dia tidak tahu banyak tentang piano."Kamu? Jangan membual lagi.""Aku nggak membual. Aku benar-benar tahu sedikit," kata Tobi sambil tersenyum."Kalau begitu, biarkan aku mengujimu.""Lupakan saja. Aku nggak suka diuji oleh orang lain," ucap Tobi seraya menolaknya.Widia langsung memutar matanya ke arah Tobi. Pria ini mulai membual lagi.Apalagi, dia langsung terekspos begitu saja.Namun, entah kenapa, saat Widia bersama Tobi, wanita itu selalu merasa jauh lebih santai, nyaman dan berjalan secara alami.Berbeda dengan Joni, saat bersama pria itu, dia merasa tidak nyaman dan terlalu khawatir.Joni juga
Meskipun Joni tidak mengerti piano, dia tahu cara menghadapi masalah seperti ini. Itu sebabnya, dia menanyakan hal itu dengan penuh percaya diri.Menurut pengamatannya, bisa menjadi orang pertama yang tampil di konser piano itu dan mewakili Negara Harlanda, dia pasti seorang pianis berbakat dan punya keterampilan yang sangat hebat. Mana mungkin penampilannya biasa saja.Apa dia tidak melihat semua orang bertepuk tangan untuknya?"Masa bodoh!" ucap Tobi sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak berniat menjelaskan lebih lanjut lagi.Ucapan itu seketika membuat Joni merasa tidak senang.Widia pun tidak tahan lagi, jadi dia pun memarahinya, "Tobi, bisakah kamu berhenti bicara kasar seperti itu lagi?""Lupakan saja. Mungkin dia nggak senang aku membeberkan rahasianya, jadi dia sengaja memprovokasiku untuk mengalihkan rasa malunya. Wajar saja, ini reaksi umum orang biasa."Joni menguraikan panjang lebar dari samping. Memang ada orang seperti itu. Setelah ketahuan melakukan kesalahan, dia ma
"Nggak ada. Nggak ada sama sekali!""Jadi, menurutku, musik piano ini pasti diciptakan oleh kami, para pianis Barat.""Hanya saja warga Negara Harlanda takut kehilangan muka dan suka menyombongkan diri, jadi mereka mengubah musik pianis milik Barat menjadi milik mereka."Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh hadirin langsung gempar!Orang yang pernah mempelajari sejarah pasti tahu bahwa lagu ini berasal dari Negara Harlanda kuno. Bahkan, di dalam lagu ini terdapat makna sulitnya menemukan sahabat sejati.Orang-orang dari Negara Harlanda langsung berdiri sambil menatapnya penuh marah.Bahkan, Widia yang awalnya merasa senang itu pun berubah menjadi marah.Dia hanya pernah melihat Martin di televisi sebelumnya. Dia tidak menyangka pria itu akan menjelek-jelekkan Negara Harlanda di saat mereka pertama kali bertemu.Dia tidak akan menyukai orang seperti itu, tidak peduli betapa menakjubkan kemampuannya.Tobi diam-diam menggelengkan kepalanya. Martin sungguh mendiskriminasi Negara Harlanda
Widia tampak kaget, lalu buru-buru berteriak, "Tobi, kamu mau ngapain!"Tanpa sadar, suaranya terdengar agak keras.Ditambah lagi, Tobi sedang berdiri, seketika sosoknya langsung menarik perhatian banyak orang.Semua orang langsung mengedarkan pandangannya ke arah mereka.Tobi terlihat tenang dan berkata sambil tersenyum, "Aku akan bantu kamu melampiaskan emosimu.""Bantu aku?""Benar. Bukankah mereka membuatmu marah? Aku akan naik ke atas dan membuat mereka malu. Dengan begitu, emosimu akan terlampiaskan."Widia langsung panik dan buru-buru menghentikannya, "Jangan sembarangan memukul orang." Dia tahu Tobi sangat kejam. Jika ada yang berselisih dengannya, dia akan langsung turun tangan. Yang paling penting adalah dia sama sekali tidak mengenal batas.Tobi tampak bingung, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak akan memukulnya, tapi aku akan mengalahkannya dengan kemampuanku!""Jangan khawatir. Kamu hanya perlu menonton dari sini saja."Tobi pun tidak peduli pada Widia lagi dan berja
Semua orang tampak tercengang. Apa pria itu begitu sombong?Namun, tidak ada seorang pun yang mengkritik Tobi tidak sopan, mereka malah mendukungnya, "Bagus!"Meski semua orang menganggap Tobi tidak sehebat Martin, semua orang tetap mengagumi keberaniannya.Lagi pula, Tobi masih terlalu muda, jadi dia tidak mungkin bisa mengalahkan Martin.Martin tidak terima dirinya didorong oleh Tobi. Dia pun berkata dengan tidak puas, "Kamu, kamu lancang sekali. Bukankah Negara Harlanda dikenal sebagai negara paling beretika? Kenapa pria ini nggak sopan sekali?""Kami hanya sopan kepada kawan, bukan pecundang sepertimu. Padahal hanya punya sedikit keterampilan, tapi beraninya kamu meremehkan Negara Harlanda kami."Tobi tidak bisa terlihat marah sedikit pun, ekspresinya tampak tenang, tetapi ucapannya sangat tajam.Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang merespons dengan keras dan bertepuk tangan meriah. Namun, tak lama kemudian, mereka kembali berpikir. Tobi memang jago bersilat lidah, tapi baga
Seluruh ruangan tampak sunyi. Sepertinya semua orang masih tenggelam dalam melodi indah itu dan enggan bangun sama sekali.Tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya dan memberikan tepuk tangan.Bagaikan efek kupu-kupu, perilakunya seketika membuat semua orang mengikutinya.Gemuruh tepuk tangan membanjiri ruangan itu.Mengguncang seluruh gedung konser!"Merdu sekali!""Bagus sekali!""Benar-benar sempurna. Tak ada yang bisa menandinginya!""Sumpah, ini musik piano paling indah dan sempurna yang pernah kudengar seumur hidupku, tiada duanya!""Hebat, hebat sekali!""Hei, para pianis Barat yang nggak tahu malu. Lihat baik-baik, siapa bilang Negara Harlanda kami nggak punya pianis hebat?"Saat ini, seluruh ruangan tampak memanas.Aula konser yang awalnya sepi itu tiba-tiba menjadi ramai seperti di pasar.Joni benar-benar terpaku di tempat.Dia malah mengira Tobi sangat bodoh sebelumnya. Ternyata, dia sendirilah yang seharusnya ditertawakan.Sialan.Dia selalu menganggap Tobi tidak mengerti pi
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh