Widia tampak kaget, lalu buru-buru berteriak, "Tobi, kamu mau ngapain!"Tanpa sadar, suaranya terdengar agak keras.Ditambah lagi, Tobi sedang berdiri, seketika sosoknya langsung menarik perhatian banyak orang.Semua orang langsung mengedarkan pandangannya ke arah mereka.Tobi terlihat tenang dan berkata sambil tersenyum, "Aku akan bantu kamu melampiaskan emosimu.""Bantu aku?""Benar. Bukankah mereka membuatmu marah? Aku akan naik ke atas dan membuat mereka malu. Dengan begitu, emosimu akan terlampiaskan."Widia langsung panik dan buru-buru menghentikannya, "Jangan sembarangan memukul orang." Dia tahu Tobi sangat kejam. Jika ada yang berselisih dengannya, dia akan langsung turun tangan. Yang paling penting adalah dia sama sekali tidak mengenal batas.Tobi tampak bingung, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak akan memukulnya, tapi aku akan mengalahkannya dengan kemampuanku!""Jangan khawatir. Kamu hanya perlu menonton dari sini saja."Tobi pun tidak peduli pada Widia lagi dan berja
Semua orang tampak tercengang. Apa pria itu begitu sombong?Namun, tidak ada seorang pun yang mengkritik Tobi tidak sopan, mereka malah mendukungnya, "Bagus!"Meski semua orang menganggap Tobi tidak sehebat Martin, semua orang tetap mengagumi keberaniannya.Lagi pula, Tobi masih terlalu muda, jadi dia tidak mungkin bisa mengalahkan Martin.Martin tidak terima dirinya didorong oleh Tobi. Dia pun berkata dengan tidak puas, "Kamu, kamu lancang sekali. Bukankah Negara Harlanda dikenal sebagai negara paling beretika? Kenapa pria ini nggak sopan sekali?""Kami hanya sopan kepada kawan, bukan pecundang sepertimu. Padahal hanya punya sedikit keterampilan, tapi beraninya kamu meremehkan Negara Harlanda kami."Tobi tidak bisa terlihat marah sedikit pun, ekspresinya tampak tenang, tetapi ucapannya sangat tajam.Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang merespons dengan keras dan bertepuk tangan meriah. Namun, tak lama kemudian, mereka kembali berpikir. Tobi memang jago bersilat lidah, tapi baga
Seluruh ruangan tampak sunyi. Sepertinya semua orang masih tenggelam dalam melodi indah itu dan enggan bangun sama sekali.Tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya dan memberikan tepuk tangan.Bagaikan efek kupu-kupu, perilakunya seketika membuat semua orang mengikutinya.Gemuruh tepuk tangan membanjiri ruangan itu.Mengguncang seluruh gedung konser!"Merdu sekali!""Bagus sekali!""Benar-benar sempurna. Tak ada yang bisa menandinginya!""Sumpah, ini musik piano paling indah dan sempurna yang pernah kudengar seumur hidupku, tiada duanya!""Hebat, hebat sekali!""Hei, para pianis Barat yang nggak tahu malu. Lihat baik-baik, siapa bilang Negara Harlanda kami nggak punya pianis hebat?"Saat ini, seluruh ruangan tampak memanas.Aula konser yang awalnya sepi itu tiba-tiba menjadi ramai seperti di pasar.Joni benar-benar terpaku di tempat.Dia malah mengira Tobi sangat bodoh sebelumnya. Ternyata, dia sendirilah yang seharusnya ditertawakan.Sialan.Dia selalu menganggap Tobi tidak mengerti pi
"Pepatah mengatakan ada batas yang harus diperhatikan oleh seniman dalam berkarya. Tapi, seni itu sendiri nggak ada batasnya, baik Barat ataupun Timur, esensinya tetap sama.""Jadi, aku nggak menyangka Tuan Martin akan mengucapkan kata-kata nggak profesional seperti itu. Bukankah itu akan menghina reputasimu sebagai master pianis nomor satu di dunia?" kata Tobi dengan nada datar."Huh! Omong kosong." Wajah Martin memerah. Dia sendiri sadar ucapannya tidak masuk akal, jadi dia terpaksa menutupinya dengan bertindak sewenang-wenang."Ya sudahlah. Kalau kamu ingin kalah telak di sini, akan kukabulkan permintaanmu."Di bawah tatapan heran semua orang, Tobi kembali duduk, lalu tersenyum tipis dan berkata dengan nada datar, "Lagu "Keputusasaan" kupersembahkan untuk Tuan Martin."Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh ruangan kembali sunyi.Karena lagu "Keputusasaan" adalah lagu andalan Martin yang sangat terkenal. Menurutnya, inilah lagu paling sempurna yang bisa dia mainkan.Dia bahkan sempa
"Ya. Aku mengakui kekalahanku!""Aku menerima kekalahanku sepenuhnya!" gumam Martin. Sepertinya dia telah kehilangan akal sehatnya.Dia tidak pernah menyangka ada orang yang bisa memainkan musik dengan begitu ajaib dan sempurna di dunia ini.Apalagi, dia adalah warga Negara Harlanda.Sepertinya, temannya tidak berbohong padanya. Negara Harlanda sungguh salah satu peradaban paling kuno yang memiliki sejarah panjang. Dari zaman kuno hingga sekarang, banyak ditemukan benda ajaib dan banyak legendaris yang lahir.Sejak tadi, Widia telah kegirangan. Tobi sama sekali belum pernah meninggalkan kesan sedalam ini di hatinya.Namun, Widia teringat Tobi tidak pernah berterus terang kepadanya tentang masalah piano, yang telah membuat Widia salah paham dengannya sebelumnya dan bahkan mengatakan mereka tidak berasal dari dunia yang sama.Mungkin pria itu diam-diam mentertawakan Widia dari belakang.Sebaliknya, Joni yang berada di samping itu sudah hampir meledak. Apalagi, saat Widia menatap Tobi den
"Bukan. Aku beli sendiri.""Kamu beli sendiri? Mobil ini nggak murah, 'kan?""Benar. Awalnya aku mau beli mobil yang harganya sekitar 600 juta, tapi aku nggak tahan melihat seorang gadis kecil ditindas, jadi aku pun beli mobil seharga delapan miliar ini.""Gadis cantik, ya?""Benar. Sepasang matanya seakan-akan bisa berbicara, sungguh menawan.""Haha. Terus, kenapa kamu nggak bawa pulang saja?""Bukankah di rumah masih ada istri?""Oh, kamu masih ingat punya istri?""Tobi, kuperingatkan kamu, meski kamu mau cari wanita lain, kamu harus tunggu sebulan lagi, setelah akta cerai kita keluar," kata Widia dengan marah.Widia tidak paham dengan dirinya sendiri. Padahal, dia selalu merasa Tobi tidak pantas bersanding dengannya, tapi saat bersamanya, pria itu memberinya rasa nyaman dan santai. Widia juga tidak senang pria itu bergaul dengan wanita lain."Bukankah satu bulan saja? Hanya sebentar saja. Aku juga harus buat persiapan dulu agar nantinya bisa berjalan dengan mulus.""Berengsek! Kamu
Tobi hanya mengangkat bahunya. Dia tidak tertarik meladeni wanita tua itu. Dia pun membalikkan badannya dan pergi.Saat Yesa melihat Tobi pergi begitu saja, dia langsung marah dan berniat menghentikannya.Widia buru-buru berkata, "Bu, jangan teriak lagi. Tobi membeli mobil ini dengan uangnya sendiri, bukan pakai uangku.""Omong kosong. Dari mana orang desa sepertinya bisa punya uang miliaran?""Aku juga nggak tahu, tapi mobil ini memang dia beli dengan uangnya sendiri," ujar Widia."Sudahlah. Kamu pikir ibumu anak kecil? Begitu mudah ditipu?""Ibu bingung sama kamu sekarang. Pertama, kamu nggak mau langsung bercerai dengannya. Sekarang, kamu malah memberinya begitu banyak uang. Apa dia mengancammu?""Nggak, kok. Kamu terlalu banyak berpikir.""Baguslah kalau begitu. Tobi ini benar-benar nggak tahu malu. Sebagai seorang pria, kok dia bisa begitu nggak tahu malu.""Widia, jangan bilang Ibu nggak mengingatkanmu. Pria ini licik. Dia nggak seperti Tuan Joni, yang bisa dipercaya dan jujur. K
Tadi dia sempat melirik kartu nama Tobi dan langsung mengingat nomornya."Halo!""Kak, Kak Tobi, bisakah Anda membantu saya?" Suara tangisan terdengar dari sisi lain.Selain itu, dia samar-samar mendengar suara lain."Aku sudah memberimu banyak waktu, tapi kamu bahkan nggak bisa mengumpulkan 200 juta. Beraninya kamu memintaku untuk menyelamatkan ibumu?""Kuingatkan lagi, kalau operasinya nggak dimulai dalam waktu setengah jam, ibumu pasti akan mati.""Kalau kamu nggak bisa bayar, sebaiknya bawa ibumu keluar dari rumah sakit secepatnya. Jangan sampai orang lain mengira keterampilan medis kami buruk."Tobi merasa masalah ini agak mendesak dan segera bertanya, "Apa yang terjadi?""Ibu saya sakit parah dan perlu segera dioperasi, tapi saya nggak punya cukup uang. Tolong bantu saya. Kelak, saya akan bekerja keras untuk membayar Anda kembali."Kristin terpaksa meminjam uang dari semua orang yang dia kenal, tapi dia tidak punya kenalan orang kaya lainnya. Satu-satunya yang membantunya adalah
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh