Share

Bab 108

"Pepatah mengatakan ada batas yang harus diperhatikan oleh seniman dalam berkarya. Tapi, seni itu sendiri nggak ada batasnya, baik Barat ataupun Timur, esensinya tetap sama."

"Jadi, aku nggak menyangka Tuan Martin akan mengucapkan kata-kata nggak profesional seperti itu. Bukankah itu akan menghina reputasimu sebagai master pianis nomor satu di dunia?" kata Tobi dengan nada datar.

"Huh! Omong kosong." Wajah Martin memerah. Dia sendiri sadar ucapannya tidak masuk akal, jadi dia terpaksa menutupinya dengan bertindak sewenang-wenang.

"Ya sudahlah. Kalau kamu ingin kalah telak di sini, akan kukabulkan permintaanmu."

Di bawah tatapan heran semua orang, Tobi kembali duduk, lalu tersenyum tipis dan berkata dengan nada datar, "Lagu "Keputusasaan" kupersembahkan untuk Tuan Martin."

Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh ruangan kembali sunyi.

Karena lagu "Keputusasaan" adalah lagu andalan Martin yang sangat terkenal. Menurutnya, inilah lagu paling sempurna yang bisa dia mainkan.

Dia bahkan sempa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bambang Gunawan
lumayan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status