Tobi hanya mengangkat bahunya. Dia tidak tertarik meladeni wanita tua itu. Dia pun membalikkan badannya dan pergi.Saat Yesa melihat Tobi pergi begitu saja, dia langsung marah dan berniat menghentikannya.Widia buru-buru berkata, "Bu, jangan teriak lagi. Tobi membeli mobil ini dengan uangnya sendiri, bukan pakai uangku.""Omong kosong. Dari mana orang desa sepertinya bisa punya uang miliaran?""Aku juga nggak tahu, tapi mobil ini memang dia beli dengan uangnya sendiri," ujar Widia."Sudahlah. Kamu pikir ibumu anak kecil? Begitu mudah ditipu?""Ibu bingung sama kamu sekarang. Pertama, kamu nggak mau langsung bercerai dengannya. Sekarang, kamu malah memberinya begitu banyak uang. Apa dia mengancammu?""Nggak, kok. Kamu terlalu banyak berpikir.""Baguslah kalau begitu. Tobi ini benar-benar nggak tahu malu. Sebagai seorang pria, kok dia bisa begitu nggak tahu malu.""Widia, jangan bilang Ibu nggak mengingatkanmu. Pria ini licik. Dia nggak seperti Tuan Joni, yang bisa dipercaya dan jujur. K
Tadi dia sempat melirik kartu nama Tobi dan langsung mengingat nomornya."Halo!""Kak, Kak Tobi, bisakah Anda membantu saya?" Suara tangisan terdengar dari sisi lain.Selain itu, dia samar-samar mendengar suara lain."Aku sudah memberimu banyak waktu, tapi kamu bahkan nggak bisa mengumpulkan 200 juta. Beraninya kamu memintaku untuk menyelamatkan ibumu?""Kuingatkan lagi, kalau operasinya nggak dimulai dalam waktu setengah jam, ibumu pasti akan mati.""Kalau kamu nggak bisa bayar, sebaiknya bawa ibumu keluar dari rumah sakit secepatnya. Jangan sampai orang lain mengira keterampilan medis kami buruk."Tobi merasa masalah ini agak mendesak dan segera bertanya, "Apa yang terjadi?""Ibu saya sakit parah dan perlu segera dioperasi, tapi saya nggak punya cukup uang. Tolong bantu saya. Kelak, saya akan bekerja keras untuk membayar Anda kembali."Kristin terpaksa meminjam uang dari semua orang yang dia kenal, tapi dia tidak punya kenalan orang kaya lainnya. Satu-satunya yang membantunya adalah
"Nah, 'kan? Sudah kubilang dia nggak bisa diandalkan," ucap Dokter Markus seakan telah menebak semua itu."Nggak, nggak mungkin."Raut wajah Kristin berubah pucat. Dia langsung berbalik dan berlutut di depan Dokter Markus sambil memohon, "Dokter Markus, kumohon padamu. Tolong lakukan operasi ibuku dulu.""Jangan khawatir. Meski Kak Tobi nggak datang, aku akan berusaha untuk membayarmu nanti."Dia juga menolehkan kepalanya untuk memandang perawat lainnya, "Aku mohon kepada kalian semua ...."Seorang perawat tergerak melihat adegan memilukan itu dan berkata, "Bagaimana kalau kita mengumpulkan sejumlah uang untuknya? Terus, Dokter Markus, kamu bisa melakukan operasi untuknya terlebih dahulu.""Yuyun, kamu mau jadi orang baik? Oke, keluarkan 100 juta dulu. Dengan begitu, aku akan melakukan operasi kepadanya dan sisanya akan aku ambil nanti," ucap Dokter Markus dengan ketus.Yuyun Lestari tampak canggung. Dia baru saja mulai magang dan hanya seorang perawat. Apalagi, keluarganya tidak punya
Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang tampak tercengang.Kristin memandang Tobi dengan tatapan kosong.Apa maksud perkataan Kak Tobi?Tobi mengabaikan mereka dan mengambil langkah ke depan. Dia langsung membuka kain putih yang baru saja menutupi tubuh ibunya Kristin. Jarum perak muncul di tangannya dan terbang ke tubuh ibunya Kristin dengan kecepatan yang tidak terlihat oleh kasat mata.Dokter Markus tertegun sejenak, lalu berkata dengan marah, "Nak, apa yang kamu lakukan? Dia sudah mati, apa yang kamu lakukan di sini!"Saat ini, vitalitas ibunya Kristin sudah hampir habis, jadi Tobi tidak punya waktu untuk menghiraukannya. Dia berkonsentrasi untuk mengedarkan energi sejati ke dalam tubuh ibunya Kristin melalui jarum perak.Tubuh manusia pasti akan mengalami berbagai masalah. Kebanyakan di antaranya disebabkan oleh tersumbatnya meridian ataupun infeksi virus dan bakteri di suatu tempat.Semua masalah ini bisa diatasi dan disembuhkan dengan menggunakan energi sejati.Apalagi, Semb
"Benarkah? Syukurlah. Ibuku sudah terselamatkan, ibuku sudah terselamatkan!" ujar Kristin dengan semangat.Saat ini, dia benar-benar merasakan kesedihan dan kegembiraan secara bersamaan. Tadinya dia masih sangat sedih, tetapi sekarang dia sangat gembira. Seakan tidak sanggup menerima cobaan bertubi-tubi itu, dia pun hampir pingsan.Untungnya, Tobi yang berada di dekatnya itu segera menepuk punggungnya untuk membantunya kembali tenang."Haha. Kristin, sepertinya kamu senang terlalu cepat!" kata Dokter Markus sambil mendengus dingin.Kristin tertegun dan segera bertanya, "Dokter Markus, apa maksudmu?""Apa maksudku? Jangan-jangan kamu pikir ibumu sudah sembuh?""Pikirkan baik-baik. Mana mungkin pria semuda itu bisa menghidupkan kembali orang mati? Kalau dia benar-benar hebat, dia pasti sudah terkenal di seluruh dunia dan semua orang pasti mengenalinya.""Sudah kubilang, dia hanya ingin menang dariku dan menipumu. Kalau nggak, kenapa ibumu masih belum sadar?"Semua orang menganggukkan kep
"Bibi, apa maksudmu?" Tobi juga merasakan keakraban yang sulit dijelaskan, tetapi dia tidak bisa mengingatnya."Sepertinya Bibi salah. Kamu sangat mirip dengan anak yang aku adopsi dulu. Hanya saja dia menghilang setelah kebakaran delapan belas tahun yang lalu."Delapan belas tahun yang lalu? Bukankah saat itu usianya baru tujuh atau delapan tahun? Kebetulan dia juga kehilangan ingatannya di saat itu.Selalu ada perasaan aneh yang muncul di hati Tobi dan dia merasa sepertinya dia melupakan sesuatu.Dokter Markus tiba-tiba menyela, "Tobi, dia masih belum bisa berdiri sekarang. Bukankah ini saatnya kamu berlutut dan bersujud kepadaku untuk mengakui kekalahanmu?""Siapa bilang dia nggak bisa berdiri?"Tobi mendengus dingin, lalu berkata, "Bibi, tolong berdiri dan tunjukkan padanya."Meli tampak kaget, bisakah dia berdiri sekarang? Dia ingat sebelumnya dia merasa sangat tidak nyaman hingga seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Tidak peduli seberapa kuat keterampilan medisnya, juga tidak
"Kak Tobi, bagaimana?" tanya Kristin dengan cemas.Meli juga ikut memandang Tobi dengan gugup. Saat melihat tagihan medis yang begitu mahal itu, dia sudah hampir pingsan. Dia merasa bersalah karena telah membuat putrinya menderita."Bajingan ini, padahal kami nggak menyalahkan dia salah diagnosis tadi, tapi tagihan ini terlalu mengada-ngada," ucap Tobi dengan marah. Ditambah dengan tindakannya yang mengabaikan pasien sebelumnya, bagaimana orang seperti itu bisa memenuhi syarat untuk menjadi dokter dan bahkan menjabat sebagai wakil direktur?Kristin buru-buru bertanya, "Ada yang aneh di dalam tagihan itu?""Ya. Di dalamnya ada pemalsuan dan peresepan obat sembarangan. Dilihat dari nama obatnya, banyak di antaranya yang sama sekali nggak diperlukan oleh ibumu," ucap Tobi dengan dingin. Matanya menatap tajam Dokter Markus.Mendengar itu, Markus langsung panik dan berkata dengan nada ketus, "Nggak masuk akal. Semua obat-obatan itu digunakan untuk menyelamatkan Meli dan nggak ada satu pun y
"Menurutku ini bukan kesalahan. Kamu ketahuan, jadi ingin segera menghancurkan buktinya.""Bocah, jangan asal omong. Sudah kubilang itu kesalahan. Percuma saja kamu mengambil daftar rincian itu. Kuperingatkan kamu, Murfan Jadoyo dari Biro Kesehatan adalah sepupuku.""Benarkah? Jadi, sepupumu berkomplot denganmu?" tanya Tobi dengan sengaja memancingnya.Kali ini, Markus lebih pintar dan tidak mengakuinya. Dia hanya berkata dengan dingin, "Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan, tapi mengenai rincian tagihan itu, aku akui itu memang kesalahanku.""Kalau kamu nggak percaya padaku, silakan tuntut saja. Lihat, apa kalian bisa menuntutku atau nggak. Oh ya, aku masih punya urusan dan nggak punya waktu untuk meladeni kalian."Begitu selesai berbicara, dia pun pergi.Tobi sama sekali tidak berniat melepaskannya begitu saja.Namun, saat itu juga, sekumpulan orang tiba-tiba masuk dari koridor. Yang memimpin di depan adalah seorang wanita cantik. Dia berlari sambil menggendong seorang anak berusia
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama
Laurin tidak berani terlalu lancang karena takut perkataannya akan mencelakai dirinya sendiri. Dia tidak lagi berbicara sampai Tobi mengantarnya pulang dengan selamat.Dia tidak masuk ke dalam rumah. Meski dia bilang meninggalkan sebuah kamar untuk dirinya, dia tidak pernah tinggal di rumah itu sama sekali.Lantaran dia tahu Tuan Muda tidak ingin orang lain mengusik dunia milik berduanya dengan Kakak Ipar.Laurin memanggil Tobi dengan sebutan Tuan Muda, tetapi tidak memanggil Widia dengan sebutan Nyonya. Meski sebutan itu tidak terlalu tepat dan aneh, dia tidak peduli. Lantaran dia hanya punya satu Nyonya, yaitu Naura.Tobi kembali ke rumah. Dia sempat melakukan komunikasi yang lebih mendalam dengan Widia. Keesokan paginya, dia telah muncul di bandara.Widia juga datang. Meski pekerjaannya sangat sibuk, dia merasa perjalanan Tobi ke Jatra kali ini tidak biasa, jadi dia pun sengaja datang untuk mengantarnya.Begitu tiba di bandara dan menyadari semua ini, Laurin segera bersembunyi. Sete
Tobi berkata dengan jujur, "Apa kamu ingin membuat hati nuraniku merasa nggak tenang?""Bu ... bukan begitu!""Kalau begitu, sudah benar. Kalau kita memang berjodoh, pasti akan ada kesempatan." Selesai berbicara, Tobi memandang Shinta yang telah melepaskan rangkulan tangannya dan berdiri.Mendengar itu, Shinta tidak berani terus memaksakan keinginannya dan hanya berkata tak berdaya, "Baiklah. Aku dengar perkataan Kak Tobi saja."Setelah itu, Tobi buru-buru keluar dari kamar Shinta. Baru saja meninggalkan lobi hotel, siapa sangka ada mobil sport Ferrari yang berhenti di luar sana. Yang duduk di dalam mobil adalah seorang wanita cantik.Banyak pria yang terus memusatkan perhatian pada wanita itu. Karena gadis ini begitu cantik dan menawan. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Andai mereka memiliki wanita seperti itu, mereka akan rela menanggung konsekuensi apa pun.Saat gadis itu melihat Tobi keluar, dia langsung berteriak, "Tuan Muda!"Tobi terkejut. Bukankah itu Laurin? Dia
Mendengar itu, Shinta diam-diam merasa sedih. Kak Tobi benar-benar orang yang baik. Dia pun berkata, "Terima kasih, Kak Tobi. Selain minta maaf, aku juga ingin berterima kasih untuk bantuanmu hari ini.""Kalau bukan berkat kamu, meski keluarga kami nggak akan berakhir, hidupku pasti sudah hancur."Membayangkan situasi barusan, jika bukan karena Kak Tobi, dia pasti harus mengikuti Steven dan menjadi wanitanya. Mengikuti orang seperti Steven, sudah pasti hidupnya akan hancur."Hmm, kita berteman. Sudah seharusnya kita saling membantu. Lagian, bukankah kamu juga membantuku sekarang?""Aku membantumu?" Shinta tidak paham."Kamu membantuku menangani Grup Bustan.""Itu namanya bukan membantumu. Kak Tobi-lah yang memberiku kesempatan. Membahas masalah ini, aku juga ingin mengucapkan terima kasih lagi kepada Kak Tobi," ucap Shinta dengan antusias."Oke, aku sudah menerima ucapan terima kasihmu. Kelak, jangan bahas masalah ini lagi," ucap Tobi tidak berdaya. Dia ingin segera mengakhiri obrolan
Padahal, Tobi telah menyusun rencana barusan, tetapi dia malah sulit untuk melakukannya. Sebenarnya, kelakuan ayahnya Shinta barusan sangat tidak sopan dan juga membuat orang merasa jijik.Namun, juga masih belum kelewat batas. Dia murni hanya ingin mencari aman dan menghindari masalah besar.Yang paling penting, Tobi bisa menyadari bahwa Shinta sangat menghormati ayahnya. Pasti karena ayahnya memperlakukannya dengan baik. Jika Tobi mengatakan ingin putus di saat ini juga, takutnya Shinta akan merasa tidak nyaman.Lupakan saja. Biarlah Shinta sendiri yang menjelaskan kepada ayahnya tentang mereka putus nantinya.Jika demikian, segalanya akan jauh lebih leluasa.Lagi pula, Tobi tidak punya waktu untuk datang ke sini dan berpura-pura menjadi pacar lagi.Lantaran masalah Steven telah terselesaikan, mereka sekeluarga pun makan dengan gembira. Apalagi, hidangan yang dipesan Tobi semuanya lezat-lezat. Tidak heran, harganya juga tidak biasa. Karena semuanya dibuat menggunakan bahan premium da