"Kak Tobi, bagaimana?" tanya Kristin dengan cemas.Meli juga ikut memandang Tobi dengan gugup. Saat melihat tagihan medis yang begitu mahal itu, dia sudah hampir pingsan. Dia merasa bersalah karena telah membuat putrinya menderita."Bajingan ini, padahal kami nggak menyalahkan dia salah diagnosis tadi, tapi tagihan ini terlalu mengada-ngada," ucap Tobi dengan marah. Ditambah dengan tindakannya yang mengabaikan pasien sebelumnya, bagaimana orang seperti itu bisa memenuhi syarat untuk menjadi dokter dan bahkan menjabat sebagai wakil direktur?Kristin buru-buru bertanya, "Ada yang aneh di dalam tagihan itu?""Ya. Di dalamnya ada pemalsuan dan peresepan obat sembarangan. Dilihat dari nama obatnya, banyak di antaranya yang sama sekali nggak diperlukan oleh ibumu," ucap Tobi dengan dingin. Matanya menatap tajam Dokter Markus.Mendengar itu, Markus langsung panik dan berkata dengan nada ketus, "Nggak masuk akal. Semua obat-obatan itu digunakan untuk menyelamatkan Meli dan nggak ada satu pun y
"Menurutku ini bukan kesalahan. Kamu ketahuan, jadi ingin segera menghancurkan buktinya.""Bocah, jangan asal omong. Sudah kubilang itu kesalahan. Percuma saja kamu mengambil daftar rincian itu. Kuperingatkan kamu, Murfan Jadoyo dari Biro Kesehatan adalah sepupuku.""Benarkah? Jadi, sepupumu berkomplot denganmu?" tanya Tobi dengan sengaja memancingnya.Kali ini, Markus lebih pintar dan tidak mengakuinya. Dia hanya berkata dengan dingin, "Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan, tapi mengenai rincian tagihan itu, aku akui itu memang kesalahanku.""Kalau kamu nggak percaya padaku, silakan tuntut saja. Lihat, apa kalian bisa menuntutku atau nggak. Oh ya, aku masih punya urusan dan nggak punya waktu untuk meladeni kalian."Begitu selesai berbicara, dia pun pergi.Tobi sama sekali tidak berniat melepaskannya begitu saja.Namun, saat itu juga, sekumpulan orang tiba-tiba masuk dari koridor. Yang memimpin di depan adalah seorang wanita cantik. Dia berlari sambil menggendong seorang anak berusia
Tobi yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya dan berkata dengan suara datar, "Jangan senang terlalu cepat. Kita masih belum tahu hasilnya.""Apa yang kamu katakan? Apa kamu sedang mengutuk putriku? Dia jelas jauh lebih baik sekarang.""Pak Markus itu dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit. Aku percaya dengan ilmu medisnya. Memangnya kamu tahu ilmu medis?" semprot Mega dengan ketus. Padahal Markus telah membantunya, tetapi pria di sebelah yang tidak mengerti ilmu medis ini malah sembarangan membuat kesimpulan."Dia tahu apaan? Kurasa dia bahkan nggak sertifikat medis. Bocah, apa kamu punya sertifikat medis?" ucap Markus sambil meledeknya."Memang benar aku nggak punya sertifikat medis, tapi bukan berarti perkataanmu benar. Masih ada lima detik," kata Tobi dengan ringan."Omong kosong ...."Markus hendak membalas, tetapi suhu tubuh gadis kecil itu tiba-tiba meningkat tajam, bahkan seluruh anggota tubuhnya mulai kejang-kejang dan mulutnya berbusa.Kondisinya tampak begitu
Apalagi, mereka sendiri telah melihat betapa kritisnya kondisi gadis kecil itu tadi. Dia bahkan bisa mati kapan saja.Kenapa kejang-kejangnya bisa hilang begitu saja?Markus bahkan mencurigai penglihatannya sendiri. Kini, dia mulai percaya Tobi benar-benar punya kemampuan, setidaknya dia ahli dalam pengobatan tradisional.Namun, dia merasa pengobatan tradisional tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Bocah ini berhasil mengatasinya dua kali hanya karena kebetulan saja.Mata perawat lainnya tampak berbinar-binar memandang Tobi. Pria ini tidak hanya tampan, ilmu medisnya juga begitu luar biasa. Beberapa di antara mereka bahkan mulai mengkhayal yang tidak-tidak.Mega tampak kebingungan. Dia tidak menyangka Tobi begitu hebat dan bisa menghentikan gejala putrinya hanya dengan satu tindakan. Dia pun buru-buru bertanya, "Bagaimana kondisi Cecilia sekarang? Apa yang terjadi padanya?""Jangan khawatir. Setelah aku turun tangan, dia akan baik-baik saja.""Dia memang terinfeksi virus langka, bukan flu
Saat Mega hendak mengucapkan terima kasih kepada Tobi, ponselnya tiba-tiba berdering. Setelah selesai menjawab telepon itu, dia pun berkata, "Tuan Tobi, terima kasih banyak atas bantuanmu kali ini. Kebetulan aku hanya bawa uang tunai sebanyak 100 juta. Anggap ini sebagai biaya pengobatan.""Ini kartu namaku. Andai kelak kamu butuh sesuatu, segera hubungi aku. Selama aku mampu, aku akan membantumu."Sembari berbicara, dia pun menyerahkan uang dan kartu nama itu kepada Tobi, "Aku masih punya urusan penting yang harus diselesaikan, jadi aku pamit dulu.""Oke!"Tobi tidak berpura-pura munafik dan langsung menerima uang itu. Lagi pula, wanita ini terlihat sangat kaya. Baginya, seratus juta ini bukanlah apa-apa.Namun, nyawa putrinya adalah harta yang tak ternilai harganya.Mata Markus memerah melihat uang di tangan Tobi. Sayang sekali, dia melewatkan kesempatan itu.Saking irinya, Markus langsung mencari ide dan berkata, "Tobi, ini adalah rumah sakit, jadi biaya pengobatan nggak boleh diber
Ternyata bukan hanya Cecilia sendiri saja, tetapi tiga temannya juga mengalami gejala yang sama. Namun, rumah sakit yang mereka datangi tidak punya cara untuk menyelamatkan mereka.Markus langsung menjawab dengan penuh percaya diri, "Benar! Begitu melihat gejalanya, aku langsung tahu penyebab penyakitnya. Sekarang, dia sudah sembuh, jadi dia pulang untuk memulihkan diri.""Bagus. Bagus sekali." Wajah Pak Samuel tampak senang.Status anak-anak yang bermain dengan putrinya Mega semuanya hebat-hebat. Jika dia bisa mengobati semua anak-anak itu, kariernya pasti berjalan mulus.Terutama cucu Wibowo Cayapatra, Yoshua Cayapatra. Meski Wibowo kini sudah pensiun, dulu dia pernah menjabat sebagai wakil sekretaris daerah dan memegang posisi tinggi.Pak Hadi agak terkejut mendengarnya karena dia belum pernah melihat Markus sehebat ini sebelumnya. Jika benar seperti itu, ditambah dengan dukungan Murfan, dia mungkin telah dipromosikan menjadi direktur.Hanya melihat sekilas saja, dia sudah bisa meng
"Kak Tobi ...."Melihat pemandangan di depannya, Kristin sudah tidak sabar ingin mengatakan kebenarannya.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Jangan buru-buru, tunggu dan lihat saja."Jika tebakannya benar, si bodoh ini pasti akan turun tangan sendiri.Kristin menganggukkan kepalanya.Tiba-tiba muncul beberapa orang dari luar. Perawat yang memimpin di depan tampak menggendong seorang anak laki-laki, di sampingnya ada seorang lelaki tua berwibawa dan seorang wanita paruh baya."Pak Wibowo ...."Pak Samuel dan yang lainnya segera menghampiri lelaki tua tadi."Ya. Di mana Pak Markus? Tolong bantu periksa cucuku," kata Wibowo dengan cemas.Ibu anak itu yang berada di sampingnya juga tampak khawatir."Aku di sini!"Keringat dingin mengucur di dahi Pak Markus. Dia terlihat gugup, tapi sekaligus merasa ini kesempatan besar.Apalagi, saat melihat Pak Samuel dan yang lainnya begitu sopan kepada lelaki tua itu. Andai cucunya sembuh, perlukah dia mengkhawatirkan kesuksesan
Pak Hadi marah besar kepada Markus. Dia pun menoleh dan melihat ke arah Tobi, pria yang ditunjuk oleh Yuyun tadi, lalu buru-buru berkata dengan sopan, "Tuan, saya benar-benar minta maaf. Saya nggak tahu apa yang terjadi antara Anda dan Markus, tapi kalau Anda benar-benar punya cara, tolong bantu kami mengobatinya. Saya akan berterima kasih banyak.""Ya, ya, Tuan, tolong selamatkan putraku. Jangan khawatir, apa pun permintaanmu, aku akan memenuhinya."Wanita itu buru-buru memohon kepada Tobi."Namaku Wibowo Cayapatra dan aku punya banyak koneksi. Tuan, tolong selamatkan cucuku. Kelak, aku pasti akan membalas budi," ucap Wibowo ikut meminta pertolongan.Dia sangat sayang kepada cucu satu-satunya ini. Dulu, dia melewati hari-hari dengan rutinitas pekerjaan. Setelah pensiun, dia menghabiskan hari-hari penuh kegembiraan bersama cucunya.Walaupun mereka menjanjikan begitu banyak hal kepada Tobi, ekspresi pria itu masih terlihat datar. Pria itu hanya berkata dengan nada datar, "Minggir. Biar
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh