Setelah semua orang keluar, Wibowo bertanya dengan heran, "Hendro, kamu kenal dokter ajaib itu?""Kenal. Dialah dokter ajaib yang menyembuhkan Ibu saya. Saat saya dengar kondisi cucu Anda, saya segera meneleponnya. Katanya dia ada di rumah sakit.""Ternyata dokter ajaib inilah yang mau kamu kenalkan kepadaku."Sebenarnya, Wibowo pernah mendengar Hendro bercerita tentang penyakit ibunya, tetapi menurutnya itu terlalu berlebihan, jadi dia sama sekali tidak memercayainya. Tak disangka, di dunia ini sungguh ada yang namanya dokter ajaib.Untung saja, Dokter Tobi ada di sini. Jika tidak, dia tidak berani membayangkan apa yanga akan terjadi pada cucunya.Tiba-tiba, matanya menangkap sosok Pak Markus, yang kini tampak pucat dan terpuruk di sampingnya. Dia langsung memakinya dengan kasar. Bajingan ini hampir membunuh cucunya.Setelah pengobatan selesai, kedua anak itu kini tampak penuh energik. Ditambah lagi, anak-anak ini biasanya aktif, jadi mereka pun mulai bangun dan bermain bersama.Adega
"Kompensasi?""Kamu bisa menebusku, terus apa kamu bisa menebus pasien-pasien malang itu?""Banyak dari mereka yang mengumpulkan uang untuk berobat dengan menjual rumah, tanah, bahkan darahnya! Tapi, lihat apa yang kamu lakukan? Kamu asal-asalan membuat tagihan dan merampas semua kerja keras mereka.""Kamu bahkan lebih menjijikkan dari perampok!"Makin Tobi berbicara, emosinya makin menjadi-jadi, apalagi teringat dengan kejadian yang menimpa Kristin, hatinya merasa sangat tidak nyaman.Mendengar ini, Markus terkulai lemas dan ambruk ke lantai.Karena dia tahu masalah ini tidak bisa disembunyikan lagi. Hidupnya telah berakhir, bahkan dia juga mungkin masuk penjara."Apa yang terjadi?" tanya Pak Hadi dengan heran.Tobi langsung mengeluarkan rincian tagihan, lalu menyerahkannya kepada Pak Hadi, sembari menjelaskan apa yang terjadi.Setelah mendengar ini, beberapa pemimpin itu langsung marah. Mereka tidak menyangka di Kota Tawuna ini masih ada orang yang berhati jahat, serakah dan kejam se
Setelah meninggalkan rumah Kristin, hati Tobi merasa tidak nyaman.Dia merasa dirinya punya hubungan dengan mereka berdua, bahkan mungkin terkait dengan masa lalunya, tetapi dia tidak dapat mengingat apa yang terjadi sebelum ia berusia delapan tahun.Setelah turun, Tobi pun menyalakan mobil dan kembali ke vila.Ruas jalan lama ini agak sempit dan juga jalan satu arah. Setelah melaju sesaat, ada seorang pria menghentikan mobilnya dari mobil."Keluar dari mobil!"Pria itu mengetuk kap depan mobil dengan ringan dan memberi isyarat untuk keluar dari mobil.Tobi membuka pintu mobil dan berjalan keluar, matanya tak lupa memandang ke arah pria itu.Sosok berperawakan kuat dan tinggi, ditambah dengan rambut pendek yang membuatnya terlihat energik, sorot matanya liar dan mendominasi.Bisa dikatakan, pria itu tampak gagah, terutama fisik kuatnya yang terlihat di balik pakaian tipis itu, yang memberinya aura mengintimidasi.Kejutan melintas di mata Tobi. Tampaknya pemuda ini tidak sederhana."Kam
Tai Chi milik lawannya sungguh ajaib, jadi dia harus menggunakan kecepatan tergesit dan serangan terkuat untuk mengalahkannya secara langsung.Namun, Tobi masih tak gentar. Dia menggerakkan tangannya berulang kali dengan ringan. Bukan hanya bisa menerima serangan dengan mudah, dia bahkan membuat lawan mundur ke posisi semula lagi dengan lambaian tangannya.Saat ini, pria itu baru sadar dirinya sama sekali bukanlah tandingan lawannya."Kamu kuat sekali. Aku nggak bisa mengalahkanmu!" ucap pria itu dengan suara dalam."Siapa namamu?""Pandu Yaputra!""Nama yang bagus, cocok untukmu. Sekarang aku sudah menang, kamu akan memberitahuku alasanmu membantu Joni, 'kan?" tanya Tobi.Pandu tampak ragu-ragu sejenak dan berkata, "Adikku sakit parah dan butuh 400 juta untuk operasi. Asalkan aku bisa melumpuhkan kakimu, Tuan Joni bersedia membayarnya.""Begitu rupanya. Tapi, kamu nggak berhasil. Apa rencanamu selanjutnya?""Terpaksa cari cara lain.""Hmm, tertarik untuk membantuku, nggak?" Teringat d
Joni tampak kebingungan. Pandu bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bertanya dan langsung menutup telepon. Saking kesalnya, ponselnya juga terjatuh ke lantai.Sialan! Apa bocah itu monster?Bahkan Pandu, yang memiliki kemampuan bertarung yang kuat pun tidak bisa mengatasinya.Sial! Apa pun yang terjadi, dia harus menyingkirkan bocah itu."Ada apa?"Ayahnya Joni heran melihat putranya begitu marah."Semua gara-gara Tobi, si bajingan itu!" ucap Joni dengan marah.Ayahnya Joni mengerutkan kening dan berkata, "Apa bocah itu begitu sulit dihadapi?""Nggak sulit. Hanya saja seni bela dirinya sangat bagus. Apalagi, dia selalu merusak rencanaku dan hampir menghalangiku untuk mendapatkan uang Keluarga Lianto."Berbicara sampai di sini, tiba-tiba hatinya tergerak. Joni pun bertanya, "Ayah, bisakah kamu menyuruh si pembunuh itu menghabisinya juga?"Ayahnya Joni mengangguk dan berkata dengan nada datar, "Dia memang pantas mati. Kalau begitu, kita habisi bersama saja.""Baguslah. Terima kasih,
"Terus? Bukankah aku sudah bilang dan kamu juga percaya sama aku, 'kan?""Ya, tapi Tuan Joni kelihatannya sangat tulus, jadi aku pun ingin tanya kamu lagi.""Nggak perlu tanya lagi. Kalau kamu percaya padaku, jangan beli. Kalau kamu nggak percaya, anggap aku nggak bilang apa-apa.""Tentu saja aku percaya padamu. Sebenarnya, aku hanya ingin bertemu denganmu sambil mengobrol-ngobrol. Dulu aku memang bodoh, sekarang aku sadar ternyata kamu jauh lebih baik daripada Tuan Joni," ucap Tania seraya memberi kode kepada pria itu.Tobi mengerutkan kening setelah mendengar itu. Tania sedang apa? Masa wanita itu menyukai dirinya? Lupakan saja, lagian dia tidak menyukai wanita itu."Kak, Kak Tobi, kamu masih dengar? Aku rasa ....""Ya sudah, aku masih ada urusan. Tutup dulu."Tobi tidak ingin mempermalukan Tania, jadi dia langsung menutup telepon untuk menghentikan wanita itu berbicara lebih lanjut.Tania tertegun. Kak Tobi benar-benar punya urusan atau dia sengaja menghindarnya? Apa pun yang terjad
Pandu berdiri di luar pintu dengan gugup. Di saat ini, Dokter Waldi, dokter yang merawat adiknya itu datang. Saat melihatnya berdiri di depan, dia pun bertanya, "Pandu, buat apa kamu mengunci pintu dan berdiri di luar seperti ini?""Hmm, Tuan Tobi ada di dalam. Dia sedang memeriksa kondisi adikku.""Tuan Tobi?""Dokter di rumah sakit kami?""Bukan.""Sembarangan. Kalau dia bukan dokter, buat apa dia di dalam? Kamu nggak takut dia mencelakai adikmu?""Jangan menghalangiku," kata Dokter Waldi dengan marah."Nggak bisa. Tuan Tobi bilang saat dia melakukan akupunktur, nggak ada yang boleh mengganggunya.""Akupunktur? Kenapa kamu bisa percaya sama penipu seperti itu? Apa dia punya sertifikat medis?""Kurang tahu.""Kurang tahu? Pasti dia nggak punya. Kalau ada, dia pasti akan tunjukkan padamu. Kamu percaya sama penipu yang nggak punya sertifikasi medis ini? Cepat minggir. Kalau nggak, sekalipun dewa datang, mereka juga nggak akan bisa menyelamatkan adikmu!"Meski dihalangi oleh Pandu, Dokte
Kalau begitu, apa dia pantas menerima bantuan Tuan Tobi?Mulanya, Tobi ingin mentransfer lebih banyak lagi, tetapi dia takut Pandu akan berpikir terlalu banyak nantinya.Namun, dia benar-benar tidak menyangka Pandu adalah seorang genius. Adiknya, Yola, juga sangat berbakat.Sayangnya, Yola tidak pernah berlatih kultivasi. Terlalu sulit baginya untuk memulai dari awal.Saat hendak berjalan keluar, dia samar-samar merasakan aura membunuh di sekitarnya. Dia pun menengadahkan kepalanya dan melihat ke atas.Tampak seorang dokter laki-laki bertubuh kurus dan memakai masker.Pembunuh!Berdasarkan pengalaman dan nalurinya yang luar biasa, Tobi sangat yakin pria itu adalah pembunuh.Pembunuh ini tampak begitu percaya diri. Apalagi, di siang hari seperti ini, dia berani menampakkan dirinya di rumah sakit. Entah siapa yang ingin dia bunuh.Setelah menyadari hal itu, Tobi pun diam-diam mengikutinya dengan tenang.Wajah dokter laki-laki itu terlihat datar, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia seg