"Kak Tobi ...."Melihat pemandangan di depannya, Kristin sudah tidak sabar ingin mengatakan kebenarannya.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Jangan buru-buru, tunggu dan lihat saja."Jika tebakannya benar, si bodoh ini pasti akan turun tangan sendiri.Kristin menganggukkan kepalanya.Tiba-tiba muncul beberapa orang dari luar. Perawat yang memimpin di depan tampak menggendong seorang anak laki-laki, di sampingnya ada seorang lelaki tua berwibawa dan seorang wanita paruh baya."Pak Wibowo ...."Pak Samuel dan yang lainnya segera menghampiri lelaki tua tadi."Ya. Di mana Pak Markus? Tolong bantu periksa cucuku," kata Wibowo dengan cemas.Ibu anak itu yang berada di sampingnya juga tampak khawatir."Aku di sini!"Keringat dingin mengucur di dahi Pak Markus. Dia terlihat gugup, tapi sekaligus merasa ini kesempatan besar.Apalagi, saat melihat Pak Samuel dan yang lainnya begitu sopan kepada lelaki tua itu. Andai cucunya sembuh, perlukah dia mengkhawatirkan kesuksesan
Pak Hadi marah besar kepada Markus. Dia pun menoleh dan melihat ke arah Tobi, pria yang ditunjuk oleh Yuyun tadi, lalu buru-buru berkata dengan sopan, "Tuan, saya benar-benar minta maaf. Saya nggak tahu apa yang terjadi antara Anda dan Markus, tapi kalau Anda benar-benar punya cara, tolong bantu kami mengobatinya. Saya akan berterima kasih banyak.""Ya, ya, Tuan, tolong selamatkan putraku. Jangan khawatir, apa pun permintaanmu, aku akan memenuhinya."Wanita itu buru-buru memohon kepada Tobi."Namaku Wibowo Cayapatra dan aku punya banyak koneksi. Tuan, tolong selamatkan cucuku. Kelak, aku pasti akan membalas budi," ucap Wibowo ikut meminta pertolongan.Dia sangat sayang kepada cucu satu-satunya ini. Dulu, dia melewati hari-hari dengan rutinitas pekerjaan. Setelah pensiun, dia menghabiskan hari-hari penuh kegembiraan bersama cucunya.Walaupun mereka menjanjikan begitu banyak hal kepada Tobi, ekspresi pria itu masih terlihat datar. Pria itu hanya berkata dengan nada datar, "Minggir. Biar
Setelah semua orang keluar, Wibowo bertanya dengan heran, "Hendro, kamu kenal dokter ajaib itu?""Kenal. Dialah dokter ajaib yang menyembuhkan Ibu saya. Saat saya dengar kondisi cucu Anda, saya segera meneleponnya. Katanya dia ada di rumah sakit.""Ternyata dokter ajaib inilah yang mau kamu kenalkan kepadaku."Sebenarnya, Wibowo pernah mendengar Hendro bercerita tentang penyakit ibunya, tetapi menurutnya itu terlalu berlebihan, jadi dia sama sekali tidak memercayainya. Tak disangka, di dunia ini sungguh ada yang namanya dokter ajaib.Untung saja, Dokter Tobi ada di sini. Jika tidak, dia tidak berani membayangkan apa yanga akan terjadi pada cucunya.Tiba-tiba, matanya menangkap sosok Pak Markus, yang kini tampak pucat dan terpuruk di sampingnya. Dia langsung memakinya dengan kasar. Bajingan ini hampir membunuh cucunya.Setelah pengobatan selesai, kedua anak itu kini tampak penuh energik. Ditambah lagi, anak-anak ini biasanya aktif, jadi mereka pun mulai bangun dan bermain bersama.Adega
"Kompensasi?""Kamu bisa menebusku, terus apa kamu bisa menebus pasien-pasien malang itu?""Banyak dari mereka yang mengumpulkan uang untuk berobat dengan menjual rumah, tanah, bahkan darahnya! Tapi, lihat apa yang kamu lakukan? Kamu asal-asalan membuat tagihan dan merampas semua kerja keras mereka.""Kamu bahkan lebih menjijikkan dari perampok!"Makin Tobi berbicara, emosinya makin menjadi-jadi, apalagi teringat dengan kejadian yang menimpa Kristin, hatinya merasa sangat tidak nyaman.Mendengar ini, Markus terkulai lemas dan ambruk ke lantai.Karena dia tahu masalah ini tidak bisa disembunyikan lagi. Hidupnya telah berakhir, bahkan dia juga mungkin masuk penjara."Apa yang terjadi?" tanya Pak Hadi dengan heran.Tobi langsung mengeluarkan rincian tagihan, lalu menyerahkannya kepada Pak Hadi, sembari menjelaskan apa yang terjadi.Setelah mendengar ini, beberapa pemimpin itu langsung marah. Mereka tidak menyangka di Kota Tawuna ini masih ada orang yang berhati jahat, serakah dan kejam se
Setelah meninggalkan rumah Kristin, hati Tobi merasa tidak nyaman.Dia merasa dirinya punya hubungan dengan mereka berdua, bahkan mungkin terkait dengan masa lalunya, tetapi dia tidak dapat mengingat apa yang terjadi sebelum ia berusia delapan tahun.Setelah turun, Tobi pun menyalakan mobil dan kembali ke vila.Ruas jalan lama ini agak sempit dan juga jalan satu arah. Setelah melaju sesaat, ada seorang pria menghentikan mobilnya dari mobil."Keluar dari mobil!"Pria itu mengetuk kap depan mobil dengan ringan dan memberi isyarat untuk keluar dari mobil.Tobi membuka pintu mobil dan berjalan keluar, matanya tak lupa memandang ke arah pria itu.Sosok berperawakan kuat dan tinggi, ditambah dengan rambut pendek yang membuatnya terlihat energik, sorot matanya liar dan mendominasi.Bisa dikatakan, pria itu tampak gagah, terutama fisik kuatnya yang terlihat di balik pakaian tipis itu, yang memberinya aura mengintimidasi.Kejutan melintas di mata Tobi. Tampaknya pemuda ini tidak sederhana."Kam
Tai Chi milik lawannya sungguh ajaib, jadi dia harus menggunakan kecepatan tergesit dan serangan terkuat untuk mengalahkannya secara langsung.Namun, Tobi masih tak gentar. Dia menggerakkan tangannya berulang kali dengan ringan. Bukan hanya bisa menerima serangan dengan mudah, dia bahkan membuat lawan mundur ke posisi semula lagi dengan lambaian tangannya.Saat ini, pria itu baru sadar dirinya sama sekali bukanlah tandingan lawannya."Kamu kuat sekali. Aku nggak bisa mengalahkanmu!" ucap pria itu dengan suara dalam."Siapa namamu?""Pandu Yaputra!""Nama yang bagus, cocok untukmu. Sekarang aku sudah menang, kamu akan memberitahuku alasanmu membantu Joni, 'kan?" tanya Tobi.Pandu tampak ragu-ragu sejenak dan berkata, "Adikku sakit parah dan butuh 400 juta untuk operasi. Asalkan aku bisa melumpuhkan kakimu, Tuan Joni bersedia membayarnya.""Begitu rupanya. Tapi, kamu nggak berhasil. Apa rencanamu selanjutnya?""Terpaksa cari cara lain.""Hmm, tertarik untuk membantuku, nggak?" Teringat d
Joni tampak kebingungan. Pandu bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bertanya dan langsung menutup telepon. Saking kesalnya, ponselnya juga terjatuh ke lantai.Sialan! Apa bocah itu monster?Bahkan Pandu, yang memiliki kemampuan bertarung yang kuat pun tidak bisa mengatasinya.Sial! Apa pun yang terjadi, dia harus menyingkirkan bocah itu."Ada apa?"Ayahnya Joni heran melihat putranya begitu marah."Semua gara-gara Tobi, si bajingan itu!" ucap Joni dengan marah.Ayahnya Joni mengerutkan kening dan berkata, "Apa bocah itu begitu sulit dihadapi?""Nggak sulit. Hanya saja seni bela dirinya sangat bagus. Apalagi, dia selalu merusak rencanaku dan hampir menghalangiku untuk mendapatkan uang Keluarga Lianto."Berbicara sampai di sini, tiba-tiba hatinya tergerak. Joni pun bertanya, "Ayah, bisakah kamu menyuruh si pembunuh itu menghabisinya juga?"Ayahnya Joni mengangguk dan berkata dengan nada datar, "Dia memang pantas mati. Kalau begitu, kita habisi bersama saja.""Baguslah. Terima kasih,
"Terus? Bukankah aku sudah bilang dan kamu juga percaya sama aku, 'kan?""Ya, tapi Tuan Joni kelihatannya sangat tulus, jadi aku pun ingin tanya kamu lagi.""Nggak perlu tanya lagi. Kalau kamu percaya padaku, jangan beli. Kalau kamu nggak percaya, anggap aku nggak bilang apa-apa.""Tentu saja aku percaya padamu. Sebenarnya, aku hanya ingin bertemu denganmu sambil mengobrol-ngobrol. Dulu aku memang bodoh, sekarang aku sadar ternyata kamu jauh lebih baik daripada Tuan Joni," ucap Tania seraya memberi kode kepada pria itu.Tobi mengerutkan kening setelah mendengar itu. Tania sedang apa? Masa wanita itu menyukai dirinya? Lupakan saja, lagian dia tidak menyukai wanita itu."Kak, Kak Tobi, kamu masih dengar? Aku rasa ....""Ya sudah, aku masih ada urusan. Tutup dulu."Tobi tidak ingin mempermalukan Tania, jadi dia langsung menutup telepon untuk menghentikan wanita itu berbicara lebih lanjut.Tania tertegun. Kak Tobi benar-benar punya urusan atau dia sengaja menghindarnya? Apa pun yang terjad
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh