Share

Bab 103

Penulis: Anak Ketiga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-21 12:00:50
Meskipun Joni tidak mengerti piano, dia tahu cara menghadapi masalah seperti ini. Itu sebabnya, dia menanyakan hal itu dengan penuh percaya diri.

Menurut pengamatannya, bisa menjadi orang pertama yang tampil di konser piano itu dan mewakili Negara Harlanda, dia pasti seorang pianis berbakat dan punya keterampilan yang sangat hebat. Mana mungkin penampilannya biasa saja.

Apa dia tidak melihat semua orang bertepuk tangan untuknya?

"Masa bodoh!" ucap Tobi sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak berniat menjelaskan lebih lanjut lagi.

Ucapan itu seketika membuat Joni merasa tidak senang.

Widia pun tidak tahan lagi, jadi dia pun memarahinya, "Tobi, bisakah kamu berhenti bicara kasar seperti itu lagi?"

"Lupakan saja. Mungkin dia nggak senang aku membeberkan rahasianya, jadi dia sengaja memprovokasiku untuk mengalihkan rasa malunya. Wajar saja, ini reaksi umum orang biasa."

Joni menguraikan panjang lebar dari samping. Memang ada orang seperti itu. Setelah ketahuan melakukan kesalahan, dia ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 104

    "Nggak ada. Nggak ada sama sekali!""Jadi, menurutku, musik piano ini pasti diciptakan oleh kami, para pianis Barat.""Hanya saja warga Negara Harlanda takut kehilangan muka dan suka menyombongkan diri, jadi mereka mengubah musik pianis milik Barat menjadi milik mereka."Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh hadirin langsung gempar!Orang yang pernah mempelajari sejarah pasti tahu bahwa lagu ini berasal dari Negara Harlanda kuno. Bahkan, di dalam lagu ini terdapat makna sulitnya menemukan sahabat sejati.Orang-orang dari Negara Harlanda langsung berdiri sambil menatapnya penuh marah.Bahkan, Widia yang awalnya merasa senang itu pun berubah menjadi marah.Dia hanya pernah melihat Martin di televisi sebelumnya. Dia tidak menyangka pria itu akan menjelek-jelekkan Negara Harlanda di saat mereka pertama kali bertemu.Dia tidak akan menyukai orang seperti itu, tidak peduli betapa menakjubkan kemampuannya.Tobi diam-diam menggelengkan kepalanya. Martin sungguh mendiskriminasi Negara Harlanda

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 105

    Widia tampak kaget, lalu buru-buru berteriak, "Tobi, kamu mau ngapain!"Tanpa sadar, suaranya terdengar agak keras.Ditambah lagi, Tobi sedang berdiri, seketika sosoknya langsung menarik perhatian banyak orang.Semua orang langsung mengedarkan pandangannya ke arah mereka.Tobi terlihat tenang dan berkata sambil tersenyum, "Aku akan bantu kamu melampiaskan emosimu.""Bantu aku?""Benar. Bukankah mereka membuatmu marah? Aku akan naik ke atas dan membuat mereka malu. Dengan begitu, emosimu akan terlampiaskan."Widia langsung panik dan buru-buru menghentikannya, "Jangan sembarangan memukul orang." Dia tahu Tobi sangat kejam. Jika ada yang berselisih dengannya, dia akan langsung turun tangan. Yang paling penting adalah dia sama sekali tidak mengenal batas.Tobi tampak bingung, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak akan memukulnya, tapi aku akan mengalahkannya dengan kemampuanku!""Jangan khawatir. Kamu hanya perlu menonton dari sini saja."Tobi pun tidak peduli pada Widia lagi dan berja

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 106

    Semua orang tampak tercengang. Apa pria itu begitu sombong?Namun, tidak ada seorang pun yang mengkritik Tobi tidak sopan, mereka malah mendukungnya, "Bagus!"Meski semua orang menganggap Tobi tidak sehebat Martin, semua orang tetap mengagumi keberaniannya.Lagi pula, Tobi masih terlalu muda, jadi dia tidak mungkin bisa mengalahkan Martin.Martin tidak terima dirinya didorong oleh Tobi. Dia pun berkata dengan tidak puas, "Kamu, kamu lancang sekali. Bukankah Negara Harlanda dikenal sebagai negara paling beretika? Kenapa pria ini nggak sopan sekali?""Kami hanya sopan kepada kawan, bukan pecundang sepertimu. Padahal hanya punya sedikit keterampilan, tapi beraninya kamu meremehkan Negara Harlanda kami."Tobi tidak bisa terlihat marah sedikit pun, ekspresinya tampak tenang, tetapi ucapannya sangat tajam.Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang merespons dengan keras dan bertepuk tangan meriah. Namun, tak lama kemudian, mereka kembali berpikir. Tobi memang jago bersilat lidah, tapi baga

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 107

    Seluruh ruangan tampak sunyi. Sepertinya semua orang masih tenggelam dalam melodi indah itu dan enggan bangun sama sekali.Tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya dan memberikan tepuk tangan.Bagaikan efek kupu-kupu, perilakunya seketika membuat semua orang mengikutinya.Gemuruh tepuk tangan membanjiri ruangan itu.Mengguncang seluruh gedung konser!"Merdu sekali!""Bagus sekali!""Benar-benar sempurna. Tak ada yang bisa menandinginya!""Sumpah, ini musik piano paling indah dan sempurna yang pernah kudengar seumur hidupku, tiada duanya!""Hebat, hebat sekali!""Hei, para pianis Barat yang nggak tahu malu. Lihat baik-baik, siapa bilang Negara Harlanda kami nggak punya pianis hebat?"Saat ini, seluruh ruangan tampak memanas.Aula konser yang awalnya sepi itu tiba-tiba menjadi ramai seperti di pasar.Joni benar-benar terpaku di tempat.Dia malah mengira Tobi sangat bodoh sebelumnya. Ternyata, dia sendirilah yang seharusnya ditertawakan.Sialan.Dia selalu menganggap Tobi tidak mengerti pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 108

    "Pepatah mengatakan ada batas yang harus diperhatikan oleh seniman dalam berkarya. Tapi, seni itu sendiri nggak ada batasnya, baik Barat ataupun Timur, esensinya tetap sama.""Jadi, aku nggak menyangka Tuan Martin akan mengucapkan kata-kata nggak profesional seperti itu. Bukankah itu akan menghina reputasimu sebagai master pianis nomor satu di dunia?" kata Tobi dengan nada datar."Huh! Omong kosong." Wajah Martin memerah. Dia sendiri sadar ucapannya tidak masuk akal, jadi dia terpaksa menutupinya dengan bertindak sewenang-wenang."Ya sudahlah. Kalau kamu ingin kalah telak di sini, akan kukabulkan permintaanmu."Di bawah tatapan heran semua orang, Tobi kembali duduk, lalu tersenyum tipis dan berkata dengan nada datar, "Lagu "Keputusasaan" kupersembahkan untuk Tuan Martin."Begitu ucapan itu dilontarkan, seluruh ruangan kembali sunyi.Karena lagu "Keputusasaan" adalah lagu andalan Martin yang sangat terkenal. Menurutnya, inilah lagu paling sempurna yang bisa dia mainkan.Dia bahkan sempa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 109

    "Ya. Aku mengakui kekalahanku!""Aku menerima kekalahanku sepenuhnya!" gumam Martin. Sepertinya dia telah kehilangan akal sehatnya.Dia tidak pernah menyangka ada orang yang bisa memainkan musik dengan begitu ajaib dan sempurna di dunia ini.Apalagi, dia adalah warga Negara Harlanda.Sepertinya, temannya tidak berbohong padanya. Negara Harlanda sungguh salah satu peradaban paling kuno yang memiliki sejarah panjang. Dari zaman kuno hingga sekarang, banyak ditemukan benda ajaib dan banyak legendaris yang lahir.Sejak tadi, Widia telah kegirangan. Tobi sama sekali belum pernah meninggalkan kesan sedalam ini di hatinya.Namun, Widia teringat Tobi tidak pernah berterus terang kepadanya tentang masalah piano, yang telah membuat Widia salah paham dengannya sebelumnya dan bahkan mengatakan mereka tidak berasal dari dunia yang sama.Mungkin pria itu diam-diam mentertawakan Widia dari belakang.Sebaliknya, Joni yang berada di samping itu sudah hampir meledak. Apalagi, saat Widia menatap Tobi den

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 110

    "Bukan. Aku beli sendiri.""Kamu beli sendiri? Mobil ini nggak murah, 'kan?""Benar. Awalnya aku mau beli mobil yang harganya sekitar 600 juta, tapi aku nggak tahan melihat seorang gadis kecil ditindas, jadi aku pun beli mobil seharga delapan miliar ini.""Gadis cantik, ya?""Benar. Sepasang matanya seakan-akan bisa berbicara, sungguh menawan.""Haha. Terus, kenapa kamu nggak bawa pulang saja?""Bukankah di rumah masih ada istri?""Oh, kamu masih ingat punya istri?""Tobi, kuperingatkan kamu, meski kamu mau cari wanita lain, kamu harus tunggu sebulan lagi, setelah akta cerai kita keluar," kata Widia dengan marah.Widia tidak paham dengan dirinya sendiri. Padahal, dia selalu merasa Tobi tidak pantas bersanding dengannya, tapi saat bersamanya, pria itu memberinya rasa nyaman dan santai. Widia juga tidak senang pria itu bergaul dengan wanita lain."Bukankah satu bulan saja? Hanya sebentar saja. Aku juga harus buat persiapan dulu agar nantinya bisa berjalan dengan mulus.""Berengsek! Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 111

    Tobi hanya mengangkat bahunya. Dia tidak tertarik meladeni wanita tua itu. Dia pun membalikkan badannya dan pergi.Saat Yesa melihat Tobi pergi begitu saja, dia langsung marah dan berniat menghentikannya.Widia buru-buru berkata, "Bu, jangan teriak lagi. Tobi membeli mobil ini dengan uangnya sendiri, bukan pakai uangku.""Omong kosong. Dari mana orang desa sepertinya bisa punya uang miliaran?""Aku juga nggak tahu, tapi mobil ini memang dia beli dengan uangnya sendiri," ujar Widia."Sudahlah. Kamu pikir ibumu anak kecil? Begitu mudah ditipu?""Ibu bingung sama kamu sekarang. Pertama, kamu nggak mau langsung bercerai dengannya. Sekarang, kamu malah memberinya begitu banyak uang. Apa dia mengancammu?""Nggak, kok. Kamu terlalu banyak berpikir.""Baguslah kalau begitu. Tobi ini benar-benar nggak tahu malu. Sebagai seorang pria, kok dia bisa begitu nggak tahu malu.""Widia, jangan bilang Ibu nggak mengingatkanmu. Pria ini licik. Dia nggak seperti Tuan Joni, yang bisa dipercaya dan jujur. K

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1614

    "Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1613

    "Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1612

    Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1611

    Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1610

    Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1609

    Lelaki tua bertopeng itu sepertinya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Widia. Dia tidak menghentikannya dan hanya tersenyum sinis. "Bisa memblokir 30 persen energiku hanya dengan satu telapak tangan, kamu hebat juga.""Tapi sebelum memahami hukum langit dan bumi, kamu masih bukan tandinganku."Begitu selesai berbicara, lelaki tua melambaikan tangan kanannya dan menyerang dengan telapak tangan lainnya.Serangan tapak tangan kali ini terlihat sedikit lebih ringan.Namun, Tobi malah merasa ngeri. Bahkan, seolah-olah kematian tengah menghampirinya. Ekspresinya berubah drastis. Dia bersiap untuk menghindar.Namun, dia merasa kakinya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali, seolah-olah ada kekuatan besar yang menekannya.Sialan! Taktik seperti apa ini!Bisa-bisanya membuatnya kesulitan untuk bergerak.Tobi menggertakkan gigi. Tiba-tiba, sebuah pedang panjang muncul dari udara tipis. Itu adalah Pedang Diraya.Dia mengepalkan tangannya dan mengumpulkan seluruh energi sejatinya

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1608

    Tobi tersenyum pahit. Dia ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian berkata, "Widia, mungkin mereka bukan orang tuamu."Widia tertegun sejenak. Dia mengira Tobi sedang menghiburnya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tobi, aku tahu kamu ingin menghiburku. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.""Ya, ayo kita pergi."Terakhir, Tobi memutuskan untuk menunggu hasil penyelidikan lebih dulu. Jika tidak, Widia pasti akan merasa lebih sedih karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.Dalam dua hari berikutnya, Tobi juga menghabiskan waktu dengan menemani Widia berbelanja, berjalan-jalan, dan juga menyantap berbagai makanan lezat. Keduanya tampak menikmati dunia milik berdua.Pada jam sebelas malam, bulan purnama sudah terlihat di langit.Keduanya berdiri di tepi pantai. Rasanya begitu damai.Lantaran ditemani oleh Tobi, suasana hati Widia juga kian membaik. Dia kini telah merasa jauh lebih tenang.Namun, tepat di saat ini, Tobi tertegun. Wajahnya berubah muram. Dia segera berbalik dan

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1607

    Begitu mendengar perkataan Yesa, Herman hanya tersenyum pahit dan tidak berbicara lagi.Saat Yesa terlibat dalam masalah terakhir kali, Herman mencari bantuan di mana-mana, tetapi tidak ada seorang pun yang berniat membantunya. Hanya Tobi yang bersedia memberikan bantuan.Di saat itu, Herman merasa bahwa yang dilakukan dirinya dan istrinya sudah salah.Oleh karena itu, kata-kata yang Herman ucapkan pada Widia dalam beberapa hari terakhir ini, semuanya berasal dari lubuk hatinya. Lain halnya dengan Yesa, yang berusaha menyenangkan Widia dengan tujuan tertentu.Hanya saja, di hadapan istrinya, dia selalu menuruti perkataannya dan tidak pernah berani membangkang.Selesai berbicara, tatapan tajam tiba-tiba muncul di mata Yesa. Dia pun berkata, "Karena mereka nggak ingin aku hidup dengan baik, aku juga nggak akan biarkan hidup mereka damai. Aku mau lapor polisi. Aku mau pembunuhan yang terjadi barusan dipublikasikan.""Sudah cukup!"Saat ini, akhirnya Herman angkat bicara."Apa ... apa yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1606

    "Widia, kamu sudah salah paham sama ibumu." Herman juga ikut menimpali. Apa yang terjadi dengan Widia? Kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi pintar dan tahu segalanya?"Ayah, Ibu, ini terakhir kalinya aku memanggil kalian! Putri kalian nggak bodoh. Bukannya aku nggak memahami semua ini. Hanya saja, aku nggak ingin menerima kenyataan ini dan lebih memilih terjebak dalam angan-anganku sendiri.""Tapi kalian berulang kali menunjukkan segalanya di hadapanku. Kalian membuatku kecewa lagi dan lagi. Sekarang kalian masih ingin membodohiku?"Yesa menitikkan air mata. Wajahnya masih terlihat sedih.Keduanya tertegun sejenak, terutama suara serak Widia, yang mengungkapkan kesedihan yang terpendam selama ini. Membuat keduanya tidak mampu berkata-kata."Maafkan aku. Kelak aku nggak bisa memenuhi kewajibanku sebagai putri kalian lagi." Nada bicara Widia begitu tegas, tapi mengandung rasa sakit yang mendalam."Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun dengan kalian lagi.""Tobi, ayo kita pergi!"

DMCA.com Protection Status