All Chapters of Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar: Chapter 21 - Chapter 30

187 Chapters

Karena Aku Cinta Kau

Setengah jam kemudian mereka sampai di rumah mewah yang sangat megah, Brian menyuruh sopir berhenti sesaat, kembali terbias ingatannya. "Brian Kau harus membantuku sekali lagi," ucap Hani."Apa?" tanya Brian dengan tatapan penuh cinta"Aku hamil anak Manan, kau harus membantu menekan Manan agar menikahiku," ucap Hanie"Cukup Hanie! Cukup sampai di sini kau memperalatku! Dia bukan anak Manan tetapi anakku!" ucap Brian lantang."Apa? Kau bergurau, 'kan, Brian?" tanya Hanie terkejut."Tidak, aku tidak bergurau, aku yang melakukannya pertama kali, kau menikmatinya dan aku melakukan berkali-kali hingga dini hari baru kupindahkan Manan di sebelah tubuh yang telanj4ng.Hanie menampar Brian dengan sangat kencangnya. "Kenapa kau lakukan itu? Kau tahu aku mencintai Manan!" teriak Hanie"Karena aku cinta kau dan Manan mencintai Laila, Kenapa kau tetap mengejarnya?" teriak Brian."Aku tidak peduli aku akan minta i
Read more

Kau Tidak mencintaiku, Mas!

"Aku hanya menyuruhmu Makan yang banyak bukan sedang memperkosa4mu, kenapa kau menganggapku keterlaluan padamu?" tanya Manan."Tetapi kamu telah melakukannya tadi," ucapnya lirihManan menatap tajam, "Kau istriku, apa aku harus melakukan dengan wanita lain? Aku perna menikah Safia, tentunya aku butuh menyalurkan hormon testoteronku," ucap Manan penuh dengan penekanan."Tetapi kau tidak mencintaiku, Mas," ucap Safia."Tidak perlu ada itu! Sudah kubilang padamu bukan? Kau memilih untuk menikah denganku itu artinya kau bersedia kupelakukan apa pun, Fia," ucap Manan."Jika ternyata hidupku akan begini aku akan menolak menikah denganmu, Mas. Kalau kau memang tidak menyukaiku tolong jangan sentuh aku!" ucap Safia sambil menunduk."Awalnya aku berfikir untuk tidak menyentuhmu, tetapi kulihat kau haus belaian. Jadi aku berubah pikiran. Mulai sekarang kau tidur denganku di kamarku!" perintah Manan dan ia pergi tanpa menunggu jawaban Safia
Read more

Apa Itu Perlu Kau Tanyakan?

Safia menatap punggung yang berlalu itu, ia tidak mengerti mengapa Manan meminta haknya padahal ia tidak ingin pernikahan ini, lalu apa yang membuatnya melakukan itu padanya, apakah hanya ingin menyiksa hatinya. semua pertanyaan hanya mengendap di hatinya saja.Ia menghela napas terasa sangat berat menjalani pernikahan ini, ingin rasanya ia pergi meninggalkan rumah ini, roh Amar bukanlah putranya tetapi ia tidak sampai hati untuk meninggalkan bayi mungil itu. Safia menatap bayi yang anteng di pangkuannya. walaupun ayah begitu sangat menyebalkan tetapi ia tidak mampu mengabaikannya.Manan keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk berjalan melewati Safia yang duduk di bibir ranjang sambil memamerkan tubuhnya yang sixpack itu.Safia membuang tatapannya ke arah lain ia tidak mau manatap tubuh yang terlihat menggoda itu. Manan menoleh ke arah Safia lalu tersenyum sinis. Ia membuka lemarinya dan mengambil pakaiannya lalu berganti di ruangan itu jug
Read more

Sungguh Merepotkanku

Mobil berhenti di depan hotel berbintang saat hari sudah gelap, Manan menatap hotel itu dan membuka mobilnya lalu turun serta berjalan menuju lobby hotel lalu menelpon seseorang."Aku sudah ada di ruang tunggu keluarlah!" pinta Manan melalui sambungan telponnya kemudian memutuskan sambungannya lalu ia duduk di sofa di ruang tunggu. Seorang lelaki keluar dari lift dan menghampiri pria itu lalu duduk di sebelahnya. Manan menoleh dan berdecak."Lama sekali, apa kau harus berhias dulu untuk menemuiku, Brian?" tanya Manan kesal."Kau ini kenapa mengganggu istirahatku? Bukannya kau sudah punya istri lagi untuk bisa kau ganggu?" tanya Brian sambil terkekeh "Aku belum ingin mengganggunya saat ini, Ayo temani aku di club, apa kau tidak bosan tidur sendiri setidaknya carilah teman yang bisa membuat kau berkelahi di kamar tidur," kekeh Manan."Aku tidak bisa ingin sama dia lagi, tetapi sayangnya ia sudah bersuami," jawab Brian tertawa."Suami hanya jadi bonekanya, aku bisa jamin lelaki itu tid
Read more

Gelisah

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menembus pekatnya malam melewati jalan yang sepi menuju hotel di mana ia menginap. Satu jam berikutnya ia sampai didepan hotel ia memapa sahabatnya masuk melewati lobby hotel masuk kedalam lift.Lift terbuka Brian pun keluar dan memapa Manan menuju kamarnya lalu membaringkannya di sofa."Brian tertawa. "Aku menginap di hotel karena ingin kenyamanan, tetapi malah kau datang menggangguku, lebih baik kau tidur di sini saja lagian kamu kalau mabuk tidak akan bangun sampai pagi.""Brian membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan masih belum terpejam. Ia masih teringat kejadian tadi di club malam. Ingin rasanya ia melumpuhkan pria itu tadi dan mengambil Hanie dalam gendongan pria itu.Sementara Lelaki yang bersama Hanie tidak lain dan tidak bukan adalah Akran membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah mewah mertuanya. Lelaki itu menoleh sekilas pada Hanie. Ia pernah mencintai wanita ini. Namun ketika ia di jadikan alat untuk balas dendamnya cin
Read more

Ada Apa Sebenarnya?

Pagi buta Safia terjaga, ia memeriksa Amar apakah popok bayi itu basah,.dan ternyata benar itu sebabnya kenapa tubuh Amar beberapa kali menggeliat. Safia mengganti popok Amar yang akhirnya bayi itu tidur dengan pulasnya. Safia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setengah jam kemudian dia telah selesai dan keluar dengan pakaian lengkap lalu melaksanakan sholat subuh di kamar itu.Sejak sepeninggal kakaknya ia tidak lagi melihat Manan mengerjakan sholat lima yang dulu pria itu lakukan.Safia mencoba berfikir untuk menyibak tabir rahasia yang di simpan pria itu sendiri. Safia keluar dari kamar Manan dan berjalan ke ruangan kerja Manan mencoba membuka ruangan itu akan tetapi ternyata Terkunci rapat.Wanita itu menghembuskan napasnya ia sangat jengkel. Kenapa seperti ada suatu hal yang di sembunyikan darinya lalu kenapa pula Manan menyalahkan almarhum suaminya.Sungguh tidak bagus membicarakan keburukan orang yang telah mening
Read more

Bosan

Manan mengendari mobilnya melintasi jalanan yang padat sesekali ia berhenti karena padatnya lalulintas pada saat itu. Ia menggerutu dalam hati, 'Kenapa kehidupanku begitu membosankan,' pikirnya.Ia menunggu dengan perasaan gusar, kendaraan berjalan merayap membuang waktunya yang begitu berharga, menoleh kebelakang ternyata di belakangnya sudah mobil yang lainnya dan ia tidak bisa bergerak."Kenapa setiap pagi harus seperti ini," gerutunya. tigapuluh menit kemudian baru lancar, ia kembali mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju kantornya.tiga puluh menit kemudian ia sampai dan keluar dari berjalan melenggang masuk ke dalam lift tak lama kemudian lift terbuka dan ia kembali berjalan menuju ruangannya, ia ymasuk tanpa menghiraukan sekertarisnya yang memberikan penghormatan padanya Citra menghembuskan nafas 'Hari yang sulit akan di hadapi sepanjang waktu bekerja,' pikirkan"Interkom terhubung terdengar suara Manan yang sangat keras. "Citra mana File yang harus aku tandatangan
Read more

Sekarang Juga

Pintu lift terbuka dan mereka keluar dan masuk kedalam mobil Manan. "Aku sudah menawarkanmu libur, Citra. Namun, kamu menolak itu artinya kamu harus meningkatkan kinerja kamu lagi. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali, Kau mengerti Citra!" ucap Manan."Baik, Pak, siap," jawab Citra yang duduk disebelah Manan."Jangan hanya, baik Pak -baik Pak saja tetapi harus kamu perhatikan dengan yang sebaik-baiknya, mengerti kamu! Jangan mentang-mentang saya suka kinerja kamu, kamu jadi keenakan sendiri," ucap Manan sambil memasang sabuk pengamannya."Baik, Pak. Saya pasti ingat hal ini," ucap Citra.Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju sebuah restoran dan tak lama kemudian, mereka sampai lalu mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam restoran.Di dalam klien sudah menunggu mereka, Manan dan Citra pun duduk di tempat yang sudah di pesan bersama klien mereka.Dua jam mereka saling bernegosiasi tentang kesepakatan setelah itu mereka menyepakati kerja sama itu lalu makan
Read more

Malu dan Marah

Wajah Safia pucat pasih, ia sangat malu dan marah, ingin berontak tetapi Manan pasti akan berbuat lebih brutal lagi."Kenapa masih diam, cepat buka dan lepaskan!" perintah MananKembali Safia melanjutkan apa yang diperintahkan oleh Manan. Ia membuka resleting celana Manan dan dilepaskan."Apa ini juga harus dilepaskan?" tanya Safia Ragu."Apa sebegitu ingin kau melihat milikku yang berada dalam hingga kau ingin melepaskannya?" tanya Manan sambil memiringkan kepalanyw"Ti- tidak aku hanya bertanya," ucap Safia sambil menunduk.Hari ini dia benar-benar seperti wanita murahan dihadapan Manan dan lelaki itu terus saja menghinanya serta merendahkannya.Tiba-tiba tubuhnya melayang dan sekarang berada dalam gendongan Manan. Lelaki itu membawa dirinya ke kamar Mandi."Aku ingin Mandi, siapkan air hangat untukku!" titahnya sambil memindahi tubuh Safia yang setengah telanj4ng itu.Safia menyiapkannya ia menyalakan kran air panas dan mencampur dengan air dingin lalu menuangkan sabun cair dan aro
Read more

Tidak Boleh Stres

Akran mendes4h, aku yang salah harusnya saat itu aku tidak menuruti Hanie, tetapi hanya itu yang bisa kulakukan demi adik-adikku dan Ibuku. Hingga aku melibatkanmu Safia. Sekarang Manan menggunakanmu untuk menyakitiku, ia tahu aku akan sangat terluka melihatmu disentuh olehnya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.Lelaki itu menyimpan handponenya di laci meja kerjanya lalu menguncinya. Dia sekarang tahu apa yang menjadi penyebab Manan tidak merusak kamera yang berada di kamar Safia. Bagaimana pun ia harus melupakan Safia dan kembali kehidupannya semula walaupun sekarang tidak akan seperti dulu lagi.Akran keluar dari ruangan kerjanya dan berjalan menuju kamarnya. Terlihat Hanie sedang membersihkan wajahnya. Wanita itu menoleh pada Akran."Kenapa dengan dirimu?" tanya wanita itu di saat Akran sudah duduk di sofa."Aku kita kembali ke Amerika, toh di sini apa yang kau lakukan? Tidak ada, selain mabuk setiap malam. Hentikan ambisi itu!" Tekan
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status