Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menembus pekatnya malam melewati jalan yang sepi menuju hotel di mana ia menginap. Satu jam berikutnya ia sampai didepan hotel ia memapa sahabatnya masuk melewati lobby hotel masuk kedalam lift.Lift terbuka Brian pun keluar dan memapa Manan menuju kamarnya lalu membaringkannya di sofa."Brian tertawa. "Aku menginap di hotel karena ingin kenyamanan, tetapi malah kau datang menggangguku, lebih baik kau tidur di sini saja lagian kamu kalau mabuk tidak akan bangun sampai pagi.""Brian membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan masih belum terpejam. Ia masih teringat kejadian tadi di club malam. Ingin rasanya ia melumpuhkan pria itu tadi dan mengambil Hanie dalam gendongan pria itu.Sementara Lelaki yang bersama Hanie tidak lain dan tidak bukan adalah Akran membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah mewah mertuanya. Lelaki itu menoleh sekilas pada Hanie. Ia pernah mencintai wanita ini. Namun ketika ia di jadikan alat untuk balas dendamnya cin
Pagi buta Safia terjaga, ia memeriksa Amar apakah popok bayi itu basah,.dan ternyata benar itu sebabnya kenapa tubuh Amar beberapa kali menggeliat. Safia mengganti popok Amar yang akhirnya bayi itu tidur dengan pulasnya. Safia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setengah jam kemudian dia telah selesai dan keluar dengan pakaian lengkap lalu melaksanakan sholat subuh di kamar itu.Sejak sepeninggal kakaknya ia tidak lagi melihat Manan mengerjakan sholat lima yang dulu pria itu lakukan.Safia mencoba berfikir untuk menyibak tabir rahasia yang di simpan pria itu sendiri. Safia keluar dari kamar Manan dan berjalan ke ruangan kerja Manan mencoba membuka ruangan itu akan tetapi ternyata Terkunci rapat.Wanita itu menghembuskan napasnya ia sangat jengkel. Kenapa seperti ada suatu hal yang di sembunyikan darinya lalu kenapa pula Manan menyalahkan almarhum suaminya.Sungguh tidak bagus membicarakan keburukan orang yang telah mening
Manan mengendari mobilnya melintasi jalanan yang padat sesekali ia berhenti karena padatnya lalulintas pada saat itu. Ia menggerutu dalam hati, 'Kenapa kehidupanku begitu membosankan,' pikirnya.Ia menunggu dengan perasaan gusar, kendaraan berjalan merayap membuang waktunya yang begitu berharga, menoleh kebelakang ternyata di belakangnya sudah mobil yang lainnya dan ia tidak bisa bergerak."Kenapa setiap pagi harus seperti ini," gerutunya. tigapuluh menit kemudian baru lancar, ia kembali mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju kantornya.tiga puluh menit kemudian ia sampai dan keluar dari berjalan melenggang masuk ke dalam lift tak lama kemudian lift terbuka dan ia kembali berjalan menuju ruangannya, ia ymasuk tanpa menghiraukan sekertarisnya yang memberikan penghormatan padanya Citra menghembuskan nafas 'Hari yang sulit akan di hadapi sepanjang waktu bekerja,' pikirkan"Interkom terhubung terdengar suara Manan yang sangat keras. "Citra mana File yang harus aku tandatangan
Pintu lift terbuka dan mereka keluar dan masuk kedalam mobil Manan. "Aku sudah menawarkanmu libur, Citra. Namun, kamu menolak itu artinya kamu harus meningkatkan kinerja kamu lagi. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali, Kau mengerti Citra!" ucap Manan."Baik, Pak, siap," jawab Citra yang duduk disebelah Manan."Jangan hanya, baik Pak -baik Pak saja tetapi harus kamu perhatikan dengan yang sebaik-baiknya, mengerti kamu! Jangan mentang-mentang saya suka kinerja kamu, kamu jadi keenakan sendiri," ucap Manan sambil memasang sabuk pengamannya."Baik, Pak. Saya pasti ingat hal ini," ucap Citra.Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju sebuah restoran dan tak lama kemudian, mereka sampai lalu mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam restoran.Di dalam klien sudah menunggu mereka, Manan dan Citra pun duduk di tempat yang sudah di pesan bersama klien mereka.Dua jam mereka saling bernegosiasi tentang kesepakatan setelah itu mereka menyepakati kerja sama itu lalu makan
Wajah Safia pucat pasih, ia sangat malu dan marah, ingin berontak tetapi Manan pasti akan berbuat lebih brutal lagi."Kenapa masih diam, cepat buka dan lepaskan!" perintah MananKembali Safia melanjutkan apa yang diperintahkan oleh Manan. Ia membuka resleting celana Manan dan dilepaskan."Apa ini juga harus dilepaskan?" tanya Safia Ragu."Apa sebegitu ingin kau melihat milikku yang berada dalam hingga kau ingin melepaskannya?" tanya Manan sambil memiringkan kepalanyw"Ti- tidak aku hanya bertanya," ucap Safia sambil menunduk.Hari ini dia benar-benar seperti wanita murahan dihadapan Manan dan lelaki itu terus saja menghinanya serta merendahkannya.Tiba-tiba tubuhnya melayang dan sekarang berada dalam gendongan Manan. Lelaki itu membawa dirinya ke kamar Mandi."Aku ingin Mandi, siapkan air hangat untukku!" titahnya sambil memindahi tubuh Safia yang setengah telanj4ng itu.Safia menyiapkannya ia menyalakan kran air panas dan mencampur dengan air dingin lalu menuangkan sabun cair dan aro
Akran mendes4h, aku yang salah harusnya saat itu aku tidak menuruti Hanie, tetapi hanya itu yang bisa kulakukan demi adik-adikku dan Ibuku. Hingga aku melibatkanmu Safia. Sekarang Manan menggunakanmu untuk menyakitiku, ia tahu aku akan sangat terluka melihatmu disentuh olehnya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.Lelaki itu menyimpan handponenya di laci meja kerjanya lalu menguncinya. Dia sekarang tahu apa yang menjadi penyebab Manan tidak merusak kamera yang berada di kamar Safia. Bagaimana pun ia harus melupakan Safia dan kembali kehidupannya semula walaupun sekarang tidak akan seperti dulu lagi.Akran keluar dari ruangan kerjanya dan berjalan menuju kamarnya. Terlihat Hanie sedang membersihkan wajahnya. Wanita itu menoleh pada Akran."Kenapa dengan dirimu?" tanya wanita itu di saat Akran sudah duduk di sofa."Aku kita kembali ke Amerika, toh di sini apa yang kau lakukan? Tidak ada, selain mabuk setiap malam. Hentikan ambisi itu!" Tekan
Safia tersenyum ia merasa sangat lega, satu Minggu ia akan terbebas dari tekanan pria yang bernama Manan itu.ia pun mencoba untuk rileks agar ASInya keluar dengan keluar dengan lancar. Amar berhenti menagis dan mulai menyesap ASI yang sudah mulai mengalir deras seperti biasa dan tak lama kemudian bayi itu pun tertidur pulas.Safia kembali meletakan Amar di dalam Boxnya lalu ia pun mengambil koper dan mulai mengemas pakaian Manan, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan suara bariton dari seseorang."Apakah begitu sangat menyenangkan untukmu bisa terbebas dariku, atau kau memang sengaja melakukan itu agar aku kalah, begitu?" tanya Manan pada Safia. Wanita itu mendongak dan menatap Manan"Tidak, bukankah kau tahu sendiri bahwa Amar menangis karena ASI tidak lancar," protes Safia."Kalau begitu buat hatimu bergembira, aku sudah mentransfer sejumlah uang padamu sebagai pembayaran Asimu dan pelayanan ranjang untukku. Jadi siapkan dirimu saat aku pulang nanti, karena aku akan menagih hakku seb
Safia menyusul Manan yang ada di depannya dengan berjalan lunglai, sampai kapan ia harus menahan kata-kata pedas pria itu.Manan duduk di meja makan ia menyesap kopi dengan perlahan. "Kenapa kopinya tidak sedap? Seperti wajahmu sekarang ini. Apa kau membuatnya dengan kebencian yang mendalam?" tanya Manan mencibirnya."Tidak usah kau minum, Mas Manan. Kalau kamu tidak suka," jawab Safia Jengkel."Sudah kau buat, kalau tidak ku minum lalu kuapakan? Kau mudah marah juga ternyata," ucap Manan pada Safia."Terserah!" ucap Safia singkat."Kalau begitu bantu aku menghabiskannya," ucap Manan Manan tahu bahwa Safia tidak menyukai kopi, mencium aroma kopi saja ia sudah mual apa lagi untuk meminumnya, wanita itu tadi pasti terpaksa membuatkan kopi untuknya dengan menahan rasa mualnya.Safia terdiam ia menatap kopi yang dibuatnya tadi yang telah disodorkan ke arah dirinya, aroma menyengat menyeruak ke dalam hidungnya. Lelaki ini mulai mengerjainya lagi."Kenapa diam, apa kau tidak mendengarku?" t