Pintu lift terbuka dan mereka keluar dan masuk kedalam mobil Manan. "Aku sudah menawarkanmu libur, Citra. Namun, kamu menolak itu artinya kamu harus meningkatkan kinerja kamu lagi. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali, Kau mengerti Citra!" ucap Manan."Baik, Pak, siap," jawab Citra yang duduk disebelah Manan."Jangan hanya, baik Pak -baik Pak saja tetapi harus kamu perhatikan dengan yang sebaik-baiknya, mengerti kamu! Jangan mentang-mentang saya suka kinerja kamu, kamu jadi keenakan sendiri," ucap Manan sambil memasang sabuk pengamannya."Baik, Pak. Saya pasti ingat hal ini," ucap Citra.Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju sebuah restoran dan tak lama kemudian, mereka sampai lalu mereka keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam restoran.Di dalam klien sudah menunggu mereka, Manan dan Citra pun duduk di tempat yang sudah di pesan bersama klien mereka.Dua jam mereka saling bernegosiasi tentang kesepakatan setelah itu mereka menyepakati kerja sama itu lalu makan
Wajah Safia pucat pasih, ia sangat malu dan marah, ingin berontak tetapi Manan pasti akan berbuat lebih brutal lagi."Kenapa masih diam, cepat buka dan lepaskan!" perintah MananKembali Safia melanjutkan apa yang diperintahkan oleh Manan. Ia membuka resleting celana Manan dan dilepaskan."Apa ini juga harus dilepaskan?" tanya Safia Ragu."Apa sebegitu ingin kau melihat milikku yang berada dalam hingga kau ingin melepaskannya?" tanya Manan sambil memiringkan kepalanyw"Ti- tidak aku hanya bertanya," ucap Safia sambil menunduk.Hari ini dia benar-benar seperti wanita murahan dihadapan Manan dan lelaki itu terus saja menghinanya serta merendahkannya.Tiba-tiba tubuhnya melayang dan sekarang berada dalam gendongan Manan. Lelaki itu membawa dirinya ke kamar Mandi."Aku ingin Mandi, siapkan air hangat untukku!" titahnya sambil memindahi tubuh Safia yang setengah telanj4ng itu.Safia menyiapkannya ia menyalakan kran air panas dan mencampur dengan air dingin lalu menuangkan sabun cair dan aro
Akran mendes4h, aku yang salah harusnya saat itu aku tidak menuruti Hanie, tetapi hanya itu yang bisa kulakukan demi adik-adikku dan Ibuku. Hingga aku melibatkanmu Safia. Sekarang Manan menggunakanmu untuk menyakitiku, ia tahu aku akan sangat terluka melihatmu disentuh olehnya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.Lelaki itu menyimpan handponenya di laci meja kerjanya lalu menguncinya. Dia sekarang tahu apa yang menjadi penyebab Manan tidak merusak kamera yang berada di kamar Safia. Bagaimana pun ia harus melupakan Safia dan kembali kehidupannya semula walaupun sekarang tidak akan seperti dulu lagi.Akran keluar dari ruangan kerjanya dan berjalan menuju kamarnya. Terlihat Hanie sedang membersihkan wajahnya. Wanita itu menoleh pada Akran."Kenapa dengan dirimu?" tanya wanita itu di saat Akran sudah duduk di sofa."Aku kita kembali ke Amerika, toh di sini apa yang kau lakukan? Tidak ada, selain mabuk setiap malam. Hentikan ambisi itu!" Tekan
Safia tersenyum ia merasa sangat lega, satu Minggu ia akan terbebas dari tekanan pria yang bernama Manan itu.ia pun mencoba untuk rileks agar ASInya keluar dengan keluar dengan lancar. Amar berhenti menagis dan mulai menyesap ASI yang sudah mulai mengalir deras seperti biasa dan tak lama kemudian bayi itu pun tertidur pulas.Safia kembali meletakan Amar di dalam Boxnya lalu ia pun mengambil koper dan mulai mengemas pakaian Manan, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan suara bariton dari seseorang."Apakah begitu sangat menyenangkan untukmu bisa terbebas dariku, atau kau memang sengaja melakukan itu agar aku kalah, begitu?" tanya Manan pada Safia. Wanita itu mendongak dan menatap Manan"Tidak, bukankah kau tahu sendiri bahwa Amar menangis karena ASI tidak lancar," protes Safia."Kalau begitu buat hatimu bergembira, aku sudah mentransfer sejumlah uang padamu sebagai pembayaran Asimu dan pelayanan ranjang untukku. Jadi siapkan dirimu saat aku pulang nanti, karena aku akan menagih hakku seb
Safia menyusul Manan yang ada di depannya dengan berjalan lunglai, sampai kapan ia harus menahan kata-kata pedas pria itu.Manan duduk di meja makan ia menyesap kopi dengan perlahan. "Kenapa kopinya tidak sedap? Seperti wajahmu sekarang ini. Apa kau membuatnya dengan kebencian yang mendalam?" tanya Manan mencibirnya."Tidak usah kau minum, Mas Manan. Kalau kamu tidak suka," jawab Safia Jengkel."Sudah kau buat, kalau tidak ku minum lalu kuapakan? Kau mudah marah juga ternyata," ucap Manan pada Safia."Terserah!" ucap Safia singkat."Kalau begitu bantu aku menghabiskannya," ucap Manan Manan tahu bahwa Safia tidak menyukai kopi, mencium aroma kopi saja ia sudah mual apa lagi untuk meminumnya, wanita itu tadi pasti terpaksa membuatkan kopi untuknya dengan menahan rasa mualnya.Safia terdiam ia menatap kopi yang dibuatnya tadi yang telah disodorkan ke arah dirinya, aroma menyengat menyeruak ke dalam hidungnya. Lelaki ini mulai mengerjainya lagi."Kenapa diam, apa kau tidak mendengarku?" t
"Kenapa kau berteriak?" tanya Manan"Karena aku kaget kau meminta banyak nasi. Ayolah jangan kau suruh aku menghabiskan lagi!" rengeknya dengan memelas."Itu Aku yang makan, kenapa kamu takut sekali," jawab Manan."Itu sering kau lakukan!" protesnya."Itu pun kulakukan karena aku tidak ingin anakku kurus, ia makan dari kamu bukan jadi yang harus makan banyak itu, kamu," ucap Manan tidak mau kalah."Ahh ... kau benar-benar menyebalkan!" teriak Safia."Sini biar kutambah sendiri! Kamu lelet kayak kura-kura!" makinya sambil merampas piring yang dipegang Safia.ia menambahkan nasi setengah centong lalu mengambil lauk, sayur dan kuahnya kemudian ia makan beberapa sendok setelah itu, dia menyendok makanan dan diarahkan ke mulut Safia."Lagi?" teriak Safia."Kenapa? Aku lagi berbaik hati padamu, perutmu saat ini sedang kosong dan mintak di isi," ucap Manan."Aku belum lapar, Mas!" teriaknya kembali."kau kusuap pakai apa? Tangan apa mulutku? kau tahu bukan siapa dirimu saat ini? Jadi jangan
Adzan subuh terdengar oleh telinga Safia dan ia pun terbangun dari tidurnya ia menoleh ke samping dan Manan masih tertidur pulas, setelah Laila meninggal, Manan tidak lagi menunaikan sholatnya, Safia pun tak berani membangunkannya jika ia membangunkannya sama saja membangunkan ular yang sedang tidur.Ia berinsut dengan pelan, ke ujung tempat tidur untung saja letak tempat tidurnya hanya satu sisi yang menempel di dinding dan ujungnya tidak sehingga ia tidak akan melewati tubuh Manan jika harus bangun terlebih dahulu dan meninggalkan ranjangnya.Setelah itu ia meninggalkan ruangan Manan menuju ruangan sendiri ia tidak mengerti kenapa Manan tidak memperbolehkan tidur Ia di sini tetapi pria itu lebih suka menggunakan tempat ini untuk merendahkan dan menyiksa hati Safia.Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu keluar hanya memakai handuk saja yang membalut tubuhnya dia atas adanya hingga mencapai batas pahanya.Ia berjalan menuju lemari dan mengambil pakaian lalu ak
"Aku tidak ingin jadi bonekamu! Tolong lepaskan aku!" teriak safia dengan memukul punggung Manan sebab manan menggendong Safia seperti karung beras."Sudah terlambat Safia seharusnya itu kau pikirkan saat kau menerima untuk menikah denganku," ucap Manan tidak mau mengalah."Kenapa hanya aku saja yang kau salahkan Mas, Kau sendiri tidak bisa menolak, apa bedanya dengan diriku!" teriak Safia."Tentu saja berbeda, Safia! Jika kau menolakku menikah denganmu mereka pun tidak akan menekanku dan menjadikan alasan bahwa Amar butuh figur seorang ibu dan butuh Asimu tanpa status pernikahan Amar tetaplah tetaplah menjadi anakmu karena kamu yang menyusuinya tetapi kondisinya jadi berubah total saat kau memberikan persetujuan pada mereka," ucap Manan"Apa sebenarnya maumu itu? Kalau kau tidak suka padaku tinggal abaikan diriku, kita hidup sendiri-sendiri. Kau hidup dengan duniamu dan aku hidup dengan duniaku dan jangan menyentuhku!" ucap Safia."Siapa kau? Kenapa justru kau yang mengaturku, Kau sa