Home / Romansa / Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda: Chapter 21 - Chapter 30

125 Chapters

Bak Mendengar Santapan Rohani

Di ruang makan, Sukma yang sudah lebih dulu duduk, kini tersenyum menyambut kedua anaknya."Ayo duduk! kita makan malam dulu bareng bareng," ucap Sukma dengan manisnya.Entahlah bagi Ginda, Sukma adalah Ibu mertua terbaik di dunia, dari awal ia memintanya untuk menikah dengan Marvin, hingga ia membiayai operasi mata Ginda, dan kini ia begitu baik dengannya.Ginda benar benar merasa harus banyak berterimakasih pada Sukma, karena mungkin ia banyak berhutang budi. Namun nyatanya semua itu tak seperti yang Ginda pikirkan.Apakah ia akan terus terusan berterimakasih jika ia telah mengetahui semuanya? tentang siapa penabrak lari tersebut?Kini Ginda pun meraih sendok nasi dan membantu mengambilkan makanan untuk Marvin, hingga membuat Marvin kini tertegun dengan sikap Ginda yang begitu perhatian."Mau pakai ikan atau ayam, Mas?" tanya Ginda yang membuat Marvin gelagapan, renungannya seketika terputus kala mendengar pertanyaan sang istri
Read more

Pak Dosen Lian

Sesampainya di Kampus.Marvin yang kini lebih dulu turun dan membuka pintu untuk Ginda, dengan penampilan kantorannya Marvin begitu tampak berkharisma."Silahkan," ucap Marvin tersenyum dan membuat Ginda pun tersenyum."Terimakasih, Mas."Pagi ini berbeda dengan pagi pagi sebelumnya, jika biasanya Ginda yang selalu turun dari mobil taxy, kini ia turun dari mobil mewah dan diantar oleh pangeran tampan.Bak seorang Cinderella yang tiba dengan kereta kencana, pemandangan itu ternyata disaksikan oleh Dela sahabat baik Ginda.Ia yang terpesona dengan keromantisan yang terjalin dalam rumah tangga sang sahabat. saking terpesonanya Dila enggan meninggalkan tempat, pandangannya tak berkedip memperhatikan betapa beruntungnya Ginda bagi Dila."Oh My God. Mereka sweet banget. Kapan ya aku punya suami kaya suaminya Ginda," gumam Dila dengan pandangan mata berbinar.Betapa beruntungnya Ginda saat ini? ia berada dalam sebuah k
Read more

Perkara Ucapan Manis Marvin

Saat ini, Ginda terduduk didekat parkiran kampusnya, berharap sang suami datang menjemputnya lagi, namun entahlah mungkin harapan Ginda sia sia nyatanya hingga sekarang Marvin belum juga datang."Apa Mas Marvin ngga jemput aku ya?" batin Ginda dengan wajah bersedih.Baru saja tadi pagi ia bahagia, tapi sekarang ia harus kembali bersedih."Nda, apa suamimu ngga jemput?"Terlontar pertanyaan itu dari bibir Dela yang membuat Ginda menggelengkan kepala."Ngga tau, Del. Mungkin Mas Marvin lagi sibuk," jawabnya dengan pandangan yang terus memperhatikan arah parkiran.Dan ternyata sebuah mobil berwarna merah yang baru saja datang membuat Ginda melebarkan mata dan seketika bibirnya tersenyum."Itu, Mas Marvin."Betapa bahagianya hati Ginda, ternyata harapannya tak sia sia, melihat Marvin datang rasa semangatnya seketika kembali.Pandangannya kini tertuju pada pintu mobil yang perlahan terbuka, membuat Ginda per
Read more

Kado Terindah Dari Orang Terindah

Melihat isi didalamnya Ginda pun terbelalak, lantaran ia dapati sebuah cincin berlian yang begitu indah disana."Masyaallah, bagus banget" gumam Ginda tertegun.Kini pandangannya kembali melirik Marvin, sejenak bibirnya tersenyum dan tak berkedip memperhatikan wajah tampan laki laki dihadapannya itu."Mas, ini untukku?" tanya Ginda yang membuat pandangan Marvin kini berpaling dari makanan dihadapannya.Belum menjawab, Marvin yang sejenak terdiam, tersenyum dan menyeruput sedikit minumannya sebelum memulai berbicara."Iya, itu untuk kamu, sebagai hadiah ulang tahunmu. Tapi saya tidak bermaksud merayakan ya, saya cuma ingin memberi kejutan pada istri saya, apa kamu suka?" tanya Marvin dengan pandangan tak berkedip memperhatikan Ginda yang masih terpanah.Entahlah harus berkata apa Ginda saat ini, rasanya ia telah dibuat Marvin terbang melayang layang. Belum sempat menjawab kini air mata Ginda yang lebih dulu menetes terjatuh dipipi
Read more

Tamu Mengejutkan

Didalam ruang kamarnya, Ginda yang tampak sedang terduduk dengan tangan bersimpuh. Wanita yang baru saja selesai melakukan sholatnya itu kini berdoa.Bersyukur dan berterimakasih dengan apa yang telah datang padanya. Akan matanya yang kini kembali dapat melihat, dan suaminya yang kini telah berbaik padanya."Aku benar benar bahagia, Yaallah. Terimakasih atas semua anugrah ini."Doa itu ternyata terdengar oleh Marvin yang kini terdiam memperhatikan gerak Ginda, lagi lagi aktivitas Ginda yang membuat Marvin tertegun. Wanita cantik dan sholehah itu seakan menghipnotisnya."Kamu benar benar istri yang sholehah, beruntung aku bisa menikah dengan kamu, tapi.."Entahlah bagi Marvin masih ada rasa sulit untuk dapat membuka hatinya. Merasa sedang diperhatikan Ginda kini menoleh ia dapati Marvin yang terdiam merenung didepan pintu kamarnya."Mas," panggil Ginda yang membuat lamunan Marvin terbuyar.Kini pandangannya memperhatikan
Read more

Pengintaian Pemilik Mobil Mercy

"Apa mereka masih saling cinta ya? karena katanya kan mereka berpisah bukan karena keinginannya, tapi karena Ibu yang ngga suka, jadi mungkin saja Mas Marvin memang memberikan cincin itu untuk mantan istrinya. Yaallah aku harus gimana sekarang?" batin Ginda yang terus memikirkan perkara cincin tersebut.Tak lama kemudian.Marvin yang kini telah kembali kerumah, merasa sepi dan tak mendapat sambutan dari sang anak, kini Marvin pun mencari keberadaan Inggit, mencari ke berbagai ruangan yang sering Inggit datangi."Inggit kamu dimana, nak? Papa pulang nih," pekik Marvin yang terus mencari.Sudah beberapa tempat Marvin datangi namun Inggit tak jua ia temukan, hingga kini datanglah Ginda dan berkata."Inggit udah dijemput Mamanya, Mas."Mendengar jawaban itu seketika Marvin pun menoleh."Dijemput Sinta?""Iya, Kasihan Inggit, Mas. Tadi sebenernya dia belum mau pulang, tapi dipaksa sama Mba Sinta, sampe dia nangis git
Read more

Menampar Pak Lian

"Apa, jadi mobil itu milik Pak Lian?" ucap Ginda terbelalak.Tak menyangka jika laki laki yang selama ini ia cari adalah Lian, dosen di kampusnya. Ginda menatap dengan marah, matanya memerah dan dadanya naik turun.Tak berpikir panjang, Ginda yang dengan cepat turun dan menghampiri Lian disana, rasanya ia sudah tak sabar ingin memaki dan marahi laki laki tersebut.Kesabarannya selama ini seperti ini lah batasnya, ia yang sudah tak dapat menahan marah lagi setelah sekian lama menanti. Langkah kebutnya terus mendekat hingga kini Ginda berada tepat dibelakang Lian."Pak Lian," panggil Ginda yang membuat laki laki itu seketika menoleh."Ginda."Tak berkata apa apa lagi, dengan tatap marah, benci dan kecewa rasa itu terkumpul menjadi satu, entah apa yang harus Ginda katakan untuk memulai semua ini, yang jelas saat ini Ginda benar benar kecewa.Dan tak disangka, tiba tiba...Plaaakkk!Ginda mendaratkan telapa
Read more

Gara Gara Tak Tenang

Sesampainya di mall kembali, kini Ginda menemui Sukma yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi."Bu, maafin aku. Ibu udah nunggu lama ya?" tanya Ginda menghampiri wanita paruh baya itu."Kamu dari mana, Nda?" tanya Sukma yang membuat Ginda terdiam.Wajahnya menunduk, ingin sekali ia berbagi kisah pada Ibu mertuanya tersebut, namun Ginda berpikir ini bukan saatnya, jadi lebih baik Ginda tak usah memberi tahu Sukma akan hal ini."Tadi aku ketemu temen aku, Bu. Jadi aku antar dia dulu," jawab Ginda beralibi."Oh, yaudah kalau gitu yuk pulang, kamu ngga mau cari apa apa dulu kan?""Ngga, Bu. Ayo kita pulang sekarang!"Kini keduanya pun melaju kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan Ginda yang tak lagi fokus dengan kemudinya, ia terus memikirkan akan ucapan Lian yang mengatakan jika itu bukanlah mobilnya."Jadi kalau itu bukan mobil Pak Lian, lalu mobil siapa itu sebenarnya?" batin Ginda merenung dengan terus m
Read more

Melayang Di Pagi Hari

Keesokan harinya.Perlahan Ginda membuka matanya, ia dapati Marvin yang tertidur disebelahnya dalam satu selimut yang sama dan bahkan masih bertelanjang dada.Melihat itu membuat Ginda tersenyum, tak menyangka akhirnya setelah sekian lama menikah, kini mereka telah melakukan kewajibannya, rasanya benar benar membuat Ginda bahagia.Perlahan Ginda meraih wajah tampan itu, membelainya dengan lembut dan dengan pandangan tak berkedip, wajah tampan dihadapannya itu benar benar membuat Ginda terpesona, tak terasa belaian itu dirasa oleh Marvin hingga membuatnya kini membuka mata.Wajah ayu yang pertama kali ia lihat itu ada dihadapannya, sejenak terdiam sebelum kini ia memperhatikan kondisi tubuhnya bersama Ginda, matanya sedikit melebar, namun tanpa ucapan."Jadi, aku dan Ginda telah melakukannya?" batin Marvin dengan pandangan bingung.Entahlah apa yang terjadi pada Marvin, bukankah ia sendiri yang menggoda dan sekarang malah ia sendi
Read more

Siapakah Laki Laki Tersebut?

"Pak Lian, saya mau bicara sebentar, bisa?" ucap Ginda menatap wajah Lian penuh tanya."Bisa, ayo disana!" jawab Lian yang kini melangkah lebih dulu dan diikuti oleh Ginda.Langkahnya terhenti ditaman kampus, kini Lian dan Ginda terduduk."Ada apa, Ginda?""Pak Lian, sebelumnya saya mau minta maaf atas apa yang saya lakukan sama Bapak kemarin, saya benar benar ngga tau kalau ternyata bukan bapak pemilik pertama mobil itu, dan saya juga sangat marah saat itu, saya pikir Bapak adalah laki laki pembunuh yang selama ini saya cari, tapi ternyata bukan.""Sudahlah, Ginda. Tidak apa.""Tapi, Pak Lian. Saya mau bertanya, tolong beri tahu saya siapa pemilik pertama mobil itu, Pak? saya perlu tau, Pak. Saya tidak bisa membiarkan pembunuh itu hidup bahagia, sementara saya yang sempat tersiksa karena kelakuannya itu.""Tapi Ginda, apa tidak sebaiknya kamu maafkan saja dia, karena menurut saya menyimpan dendam itu tidak baik, kamu me
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status