Semua Bab Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder: Bab 501 - Bab 510

541 Bab

Bab 501

"Itu ide yang bagus." Amel menyetujui usulan itu."Tahun ini pengeluaranku agak banyak, aku hanya punya tabungan 200 juta saja. Aku akan meminta uang pada ibuku sampai terkumpul 600 juta. Lalu, kamu bisa memberikannya pada Bibi Lili.""Nggak perlu, aku dan Dimas masih ada uang, kok. Kamu nggak perlu meminta uang lagi pada Bibi Mirna.""Bukannya uang yang kalian berdua simpan akan digunakan untuk operasional toko? Aku punya uang yang nggak aku pakai, jadi kalian bisa menggunakannya dulu. Nggak perlu sungkan denganku. Kita ini 'kan sahabat baik," kata Lidya dengan nada berpura-pura marah."Kemarin Dimas tiba-tiba mengeluarkan kartu ATM berisi 400 juta. Dia mengatakan kalau itu adalah uang yang ditabung orang tuanya untuk membeli rumah. Sekarang dia bahkan sampai mengeluarkan uang itu. Sejujurnya, aku merasa sangat bersalah padanya," kata Amel sambil menggigit bibirnya."Kalian adalah suami istri, berbagi suka duka adalah hal yang wajar. Tapi kamu harus bersikap lebih baik pada Dimas di m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 502

"Bu, kami datang menjengukmu! Kamu pasti belum makan, 'kan? Kami membawakanmu makanan," kata Amel sambil meletakkan kotak makan di atas meja.Lili menatap Dimas dengan tatapan yang masih dipenuhi rasa bersalah.Melihat mata Lili yang merah dan bengkak, Dimas merasa sedikit tidak nyaman. Dia berujar, "Bu, nggak perlu khawatir tentang uangnya. Aku juga bekerja di lokasi konstruksi, aku pasti akan mencari cara untuk mengembalikan uang 600 juta itu padamu."Lili mengangguk dengan berat, lalu berkata, "Dimas, ini semua salahku karena nggak mendengarkanmu dan Amel. Sekarang aku sangat menyesalinya.""Bu, karena semuanya sudah terjadi, kita harus menghadapinya sekarang. Uang dalam kartu ATM ini adalah simpananku dan Dimas. Ibu ambil uang ini, lalu kembalikan dulu uang Bibi Mirna," kata Amel sambil memberikan uang yang dia dan Dimas simpan.Andi mengerutkan kening, lalu berbicara lebih dulu, "Kak, Kak Dimas, kami sangat berterima kasih atas perhatian kalian. Ibu tertipu karena dia ingin membel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 503

Dio selalu mengira bahwa dia bisa selalu lolos. Dia pikir bisa lepas dari pantauan Dimas. Namun, dia tidak akan menyangka bahwa hari-hari baiknya akan segera berakhir."Pak Dimas, aku dengar Ibu Bu Amel ditipu sebesar 600 juta. Apakah kamu mau mengambil uang itu kembali dulu?" tanya Irfan dengan ragu."Nggak perlu, tapi aku tentu saja akan memberinya uang," kata Dimas dengan santai. Uang 600 juta tidak berarti apa-apa bagi Dimas. Dia sama sekali tidak peduli dengan jumlah uang yang sekecil itu.Pada sore hari itu, kesehatan Lili sudah jauh lebih baik. Dia menjalani prosedur untuk keluar dari rumah sakit ditemani oleh Amel dan Andi.Dalam perjalanan pulang, Lili tetap diam. Ketika mereka sampai di rumah, dia baru berkata perlahan, "Andi, Amel, aku sudah memutuskan untuk bekerja kembali di rumah sakit besok.""Bu, kamu baru saja keluar dari rumah sakit hari ini, nggak perlu terburu-buru kembali bekerja karena uang. Sekarang sebaiknya Ibu memulihkan kesehatan dulu. Keluarga kita akan beke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 504

"Ini hari pertamamu bekerja, kenapa sudah harus bekerja shift malam?" Amel mengerutkan kening ketika mendengar ini."Kalau memang giliranku untuk jaga malam, aku harus bertugas. Ini nggak ada hubungannya dengan hari pertamaku bekerja. Amel, Ibu tutup dulu teleponnya. Ini sudah waktunya pergi berkeliling bangsal untuk memeriksa pasien." Segera setelah mengatakan ini, Lili menutup teleponnya.Amel merasa sedikit getir di hatinya. Dia tiba-tiba merasa bersalah. Jika dia memiliki kemampuan, ibunya bisa seperti Bibi Mirna, menjalani hidup bebas dan bahagia setiap hari.Sekarang, ibunya kembali bekerja di rumah sakit pada usia di mana dia seharusnya menikmati hidup. Meskipun pekerjaan kepala perawat tampaknya sangat terhormat bagi orang luar, hanya orang yang terlibat dan keluarga mereka saja yang tahu betapa melelahkan dan sulitnya pekerjaan ini.Amel merasa kasihan pada ibunya yang harus bekerja shift malam. Jadi, dia menyalakan sepeda listrik kecilnya, lalu pergi ke pasar untuk membeli sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 505

Jefri mengambil tongkat di samping, lalu mengarahkannya ke Amel. Dia berkata, "Aku sudah bilang uang itu nggak ada padaku. Kalau kamu terus bermain-main denganku, jangan salahkan aku. Kamu yang memaksaku."Jefri melambaikan tongkat di tangannya dengan ekspresi garang. Melihat itu, Amel jadi merasa sedikit ketakutan. Bagaimanapun juga, dia hanya seorang wanita lemah. Mana mungkin dia bisa melawan pria besar seperti Jefri?Amel menelan ludah dengan gugup, tapi dia tetap menunjukkan ekspresi tenang. Dia berujar, "Karena kamu mengatakan uang itu nggak ada padamu, kamu bisa memberitahuku siapa yang membawa uang itu. Pasti ada yang membawa uang itu. Kalau uang itu nggak ada padamu, tentu saja kami akan mencari orang yang bersangkutan."Jefri memukulkan tongkatnya dengan keras ke sepeda listrik Amel, membuat lampu sepeda listriknya hancur seketika."Kalau kamu merusak sepeda listrikku, kamu harus menggantinya dengan yang baru," kata Amel sambil menatap Jefri dengan dingin.Jefri mengabaikan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 506

Amel merasa sangat kecewa di dalam hatinya. Bahkan polisi pun tidak dapat membantu mereka."Baiklah, aku mengerti." Amel keluar dari kantor polisi dengan perasaan tertekan."Amel." Tiba-tiba, suara cemas Dimas terdengar. Saat mengetahui dari Irfan bahwa Amel sedang berada di kantor polisi, Dimas segera meninggalkan pekerjaannya, lalu bergegas datang ke sini.Hidung Amel terasa masam. Dia segera melemparkan diri ke pelukan Dimas, lalu menangis dengan sedih, "Sayang, bahkan polisi juga nggak bisa berbuat apa-apa. Tampaknya akan sangat sulit untuk mendapatkan kembali uang 600 juta itu."Dimas merasa sangat tidak nyaman saat melihat istrinya menangis sedih karena uang 600 juta itu. Dia pun menepuk punggung Amel dengan lembut."Sayang, sudahlah, berhentilah menangis. Kalau cara satu nggak berhasil, kita akan cari cara lainnya." Dimas menghibur Amel untuk sesaat. Kemudian, suasana hati pun Amel menjadi sedikit lebih baik.Dimas memperhatikan bahwa Amel tampak pincang saat berjalan. Dia pun m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 507

Senyuman akhirnya muncul di wajah Amel. Jaringan koneksi Dimas memang sangat luas. Sepertinya, suaminya ini mengenal semua bos besar dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini membuat Amel sangat kagum padanya."Aku yakin suamiku tercinta pasti memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ini." Amel memutuskan bertaruh dengan memercayai Dimas.Dalam perjalanan pulang, Dimas menerima pesan lain dari Irfan."Pak Dimas, Dio baru saja meminta sekretarisnya untuk memberitahuku kalau dia ingin mentraktirku makan malam hari ini."Dimas melirik isi pesan teks dengan ekspresi sinis di wajahnya, lalu membalas, "Dia akhirnya sudah siap untuk mulai bertindak. Setujui saja."Saat mobil menunggu di lampu lalu lintas, Dimas dengan cepat membalas pesan itu.Amel bersandar di kursi penumpang dengan sedikit lelah. Dua hari terakhir ini, dia benar-benar sudah kelelahan secara fisik maupun mental."Bagaimana hari pertama Ibu bekerja?" Dimas merasa suasana di dalam mobil agak sunyi, jadi dia berinisiatif
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 508

Dimas menyusul Amel ke dapur, lalu berujar, "Sayang, kamu sedang terluka. Bagaimana kalau kamu nggak perlu masak hari ini? Aku akan membeli beberapa makanan dari restoran, lalu mengantarkannya untuk Ibu."Amel menggelengkan kepala sembari menjawab, "Luka sekecil ini nggak akan menjadi masalah." Dia enggan keluar untuk membeli makanan lagi.Rumah sakit relatif sibuk pada sore hari. Sebagai kepala perawat, Lili juga sangat sibuk. Pada waktu makan malam, pasien baru menjadi sedikit berkurang. Dia duduk di bangku dengan sedikit lelah.Setelah beristirahat selama tiga tahun di rumah, Lili merasa agak sulit beradaptasi saat harus kembali bekerja secara tiba-tiba. Dulu dia juga harus bekerja shift malam selama seminggu, tapi dia tidak merasa selelah hari ini."Panggil kepala perawat kalian. Apa yang kalian lakukan? Sekelompok orang nggak berguna!" Sebelum Lili bisa duduk lama, dia mendengar suara teriakan yang keras datang dari luar.Lili pun merapikan pakaiannya dengan cepat, lalu berjalan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 509

"Aku khawatir Ibu masih nggak bisa beradaptasi di hari pertama Ibu bekerja, jadi aku datang ke sini untuk menghibur Ibu. Coba tebak, makanan lezat apa yang aku buatkan untuk Ibu hari ini.""Nggak tahu.""Iga bakar, tumis daging, nasi dan sup jamur es favorit Ibu," ucap Dimas seraya meletakkan makanan yang dibawanya ke meja Lili satu per satu."Bu, makanlah selagi masih panas. Kita pulang dulu," kata Amel. Dia tahu bahwa ibunya sangat sibuk, jadi dia tidak menunda waktu makan ibunya dan langsung pergi setelah mengantarkan makanan.Setelah Amel keluar dari rumah sakit, ekspresinya sedikit berubah dan terlihat agak tidak senang. Ibunya sudah tua dan masih diperlakukan dengan sangat buruk oleh para pasien. Sebagai anak perempuannya, Amel merasa sangat tidak nyaman."Apa kamu mengkhawatirkan Ibu?"Dimas menebak apa yang Amel pikirkan dan wanita itu sontak mengangguk."Aku sudah meminta temanku untuk merundingkan masalah uang, pasti akan segera ada hasilnya."Mendengar itu, Amel tiba-tiba me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Bab 510

Dio tahu bahwa Irfan adalah tangan kanan Dimas. Jika Irfan bersedia membantunya, dia tidak perlu mengkhawatirkan lagi masalah uang.Melihat hal ini, Irfan menunjukkan sedikit rasa sungkan di wajahnya, kemudian berkata, "Pak Dio, masalah ini terlalu sulit bagiku. Aku cuma asisten biasa dan nggak punya kekuatan sebesar itu. Selain itu, sekali berurusan dengan departemen keuangan perusahaan, meskipun aku nggak mengatakannya, Pak Dimas pasti akan langsung mengetahuinya."Mendengar jawaban Irfan, Dio mengerutkan keningnya sambil menyahut, "Pak Irfan, aku tahu masalah ini agak sulit bagimu, tapi coba lihat dulu apa kamu bisa memikirkan solusinya?"Dio berkata seraya menyelipkan sebuah kartu bank ke tangan Irfan. Irfan sontak menggelengkan kepalanya, berpura-pura bersikap sungkan."Pak Dio, bukan ini masalahnya. Kalau masalah ini ketahuan, kita berdua akan masuk penjara," sahut Irfan. Dia berpura-pura takut sambil menggelengkan kepalanya.Melihat itu, Dio menjadi muram. Ternyata Irfan tidak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4950515253
...
55
DMCA.com Protection Status