Semua Bab Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder: Bab 321 - Bab 330

541 Bab

Bab 321

"Paman, Bibi, kalian datang rupanya. Kak Amel memberitahuku kemarin lusa kalau ada sesuatu yang harus dia lakukan. Dia memintaku menjaga toko selama beberapa hari. Dia sudah dua hari ini nggak datang ke sini," jawab Clara dengan jujur."Lihat apa yang aku katakan. Sekarang kalian sudah percaya, 'kan? Amel sangat mementingkan toko ini, bagaimana mungkin dia mengabaikannya kalau bukan karena ada sesuatu yang terjadi?" kata Mirna lagi.Kali ini, Gibran dan Lili sepertinya memercayai apa yang dikatakan Mirna. Lili dan Mirna juga tumbuh bersama, jadi dia juga cukup mengenal Mirna. Meskipun Mirna terkadang sangat kasar, wanita ini tidak akan pernah berbicara omong kosong."Cepat ... cepat telepon Amel untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tanyakan di mana dia berada sekarang," kata Lili dengan suara bergetar sambil menatap Gibran tanpa daya. Tadi Lili keluar dengan terburu-buru, jadi bahkan lupa membawa ponselnya.Gibran mencari nomor telepon Amel dengan wajah serius, lalu langsung meneleponn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 322

Ketika Amel dan Dimas kembali bersama Tuty dan Dharma, mereka melihat semua orang sedang duduk di sofa dengan wajah muram. Suasana di ruang tamu tampak sangat suram."Ayah, Ibu, aku dan Dimas menjemput Kakek dan Nenek kembali," kata Amel sambil tersenyum.Ketika mereka melihat Tuty dan Dharma, ekspresi mereka sedikit melembut."Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya kalau kamu menjemput Kakek dan Nenek ke sini? Kami bisa turun untuk menunggu," tegur Lili sambil melirik Amel."Aku ingin memberi kejutan untuk Ayah dan Ibu."Lili dan Gibran segera mempersilakan kedua orang tua itu untuk duduk di sofa, lalu berujar, "Ayah, Ibu, kalian pasti lelah setelah melakukan perjalanan ke sini.""Kami nggak lelah, kok," kata Tuty sambil tersenyum ramah."Aku akan bereskan kamar untuk kalian." Lili berdiri, hendak membersihkan kamar, tapi dihentikan oleh Tuty."Nggak perlu, ayahmu merasa sedikit mabuk kendaraan, jadi aku akan mengajaknya jalan-jalan dulu.""Nenek, aku akan menemani kalian." Amel merasa k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 323

Lili dan Gibran melihat bahwa Dimas terlihat serius dan tidak seperti sedang berbohong. Mereka pun sontak kembali ragu."Apakah semua yang kamu katakan itu benar?""Kalau aku benar-benar berbuat salah pada Amel, bagaimana mungkin aku masih berani berdiri di depan kalian dan berhadapan dengan Ayah dan Ibu? Aku bersumpah, kalau suatu hari nanti aku berani berbuat salah pada Amel, kelak aku akan mati dengan mengenaskan," ucap Dimas sambil bersumpah untuk mengungkapkan perasaannya."Andi yang bersalah padamu karena dia nggak mengetahui kejelasannya dan menyebabkan keributan ini," sahut Amel. Dia tak sanggup menahan diri untuk mengeluh pada Andi."Bukankah ini juga karena aku takut kalau Kakak akan dirugikan?" gumam Andi dengan sedih."Ternyata ini semua salah paham. Baguslah kalau kalian berdua baik-baik saja. Kalau suatu hari terjadi sesuatu, kalian harus komunikasi satu sama lain dan membicarakan semuanya. Untuk bisa bersama itu nggak mudah, jadi kalian juga nggak boleh bercerai dengan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 324

Ibu dan anak itu mulai saling menyalahkan satu sama lain."Nggak, menurutku masalah ini nggak sesederhana itu. Ibu nggak bisa melihat Amel menderita," sahut Mirna setelah berpikir sejenak dan merasa bahwa Dimas bukanlah orang yang mudah."Bu, menurutku Ibu harus berhenti terlalu khawatir," jawab Lidya. Begitu mendengar perkataan anak perempuannya itu, Mirna mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Lidya."Dasar gadis nakal, bagaimana kamu bisa bicara seperti itu padaku? Kuberi tahu ya, sore hari ini kamu harus pergi kencan buta, kalau nggak jangan panggil aku 'ibu' lagi. Ibu akan mengirimkanmu alamat kencan buta dan juga foto pria itu sekarang," ucap Mirna sambil mengeluarkan ponselnya dan mengirimkannya pada Lidya.Lidya duduk terdiam dengan ekspresi tidak senang."Kakek, Nenek, malam ini kalian bisa tidur di kamar yang aku tempati sebelumnya," kata Amel. Dia dan Gibran sudah selesai berkemas."Ya. Aku dan kakekmu bisa tinggal di mana saja.""Bu, malam ini aku akan mengajak kalian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 325

"Ini handuknya," kata Amel setelah meletakkan laptopnya ke samping, kemudian bangkit untuk mengambil handuk mandi dari lemari dan membawanya ke pintu kamar mandi.Amel khawatir dia akan melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat, jadi dia memalingkan wajahnya. Dimas menjulurkan kepalanya dan tidak bisa menahan senyum ketika melihat tampang Amel."Kenapa? Kita sudah menjadi pasangan yang sah, apa kamu masih malu?" canda Dimas."Ini untukmu, cepat ambil.""Sayang, terakhir kali kamu nggak sengaja memperlihatkan dirimu di hadapanku, kenapa kamu nggak memperlihatkannya lagi," goda Dimas. Dia sengaja menyebutkan hal yang terjadi beberapa hari yang lalu.Wajah Amel menjadi lebih merah, dia berbalik dan menatap Dimas dengan marah sambil menolak, "Nggak mau."Setelah berkata demikian, Amel menyadari bahwa Dimas sedang berdiri di depannya dalam keadaan telanjang. Amel merasa bahwa kepalanya berdenyut sejenak, lalu dia segera menutup matanya dan membalikkan badan."Kamu .... Perhatikan diri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 326

"Astaga, bagaimana aku bisa keluar dan bertemu orang-orang dengan tampang seperti ini?" gumam Amel saat melihat ada beberapa bekas ciuman di lehernya. Dia akan merasa sangat malu jika orang-orang di luar melihatnya seperti ini.Amel buru-buru mandi, kemudian mencari kemeja berkerah tinggi di lemari. Memakai kemeja ini bisa menutupi cupang yang ada di lehernya, tetapi Amel merasa panas dan berkeringat setelah memakainya selama setengah menit.Jika Amel mengenakan kemeja berkerah tinggi di musim kemarau, dia mungkin akan terkena sengatan panas, jadi Amel tidak punya pilihan selain melepasnya."Sayang, aku sudah beli makan siang. Ayo kita makan!" panggil Dimas setelah meletakkan makan siang yang dibelinya di atas meja. Namun, Amel menghampirinya dengan marah."Ada apa? Apakah ada orang yang membuatmu marah lagi?" tanya Dimas tanpa mengetahui alasannya."Lihat apa yang sudah kamu lakukan, bagaimana aku bisa keluar seperti ini?" tanya Amel dengan kesal sambil menunjuk ke lehernya."Maaf, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 327

"Aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Tutupi saja dengan concealer, sudah cukup bagus ini bisa membuat nggak kentara."Amel berinisiatif untuk memegang tangan Dimas. Jelas-jelas Amel yang marah, tetapi pada akhirnya dialah yang membujuk Dimas."Baguslah kalau kamu nggak menyalahkanku."Amel mengoleskan concealer beberapa kali lagi, lalu pergi bersama Dimas.Baru saja Dimas mengantar Amel ke pintu toko, Lidya tiba-tiba datang."Sayang, aku pergi ke lokasi konstruksi dulu.""Pergilah, hati-hati jalan," sahut Amel dengan enggan sambil melihat ke arah kepergian Dimas.Lidya memutar bola matanya pada Amel, kemudian berkata, "Lihat betapa putus asanya dirimu. Kalian berdua cuma bekerja di tempat yang berbeda, bukannya dipisahkan oleh maut.""Kamu nggak mengerti ini. Lidya, saat aku menelepon ibuku dalam perjalanan, aku dengar Bibi Mirna mengatur kencan buta lagi untukmu?"Lidya mengangguk dengan cemas sembari menjawab, "Ya begitulah, aku kesal sekali. Aku masih muda, tapi Ibu sudah nggak sabar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 328

Lidya masuk ke dalam toko dan makan dua gigitan kue dengan enggan, lalu bergegas pergi ke tempat yang sesuai dengan alamat yang dikirimkan Mirna."Kak, Ibu memintaku membawakan ini untukmu," kata Andi yang tiba-tiba datang membawa termos makanan tidak lama setelah Lidya pergi."Andi, Ibu menyuruhmu membawakan apa untukku?""Ini ada iga rebus, daging rebus dan sup ayam tulang hitam yang Ibu masak siang ini. Ibu membawakan setiap porsi untukmu, cepat makanlah. Sup ayam tulang hitam ini dimasak oleh Nenek sepanjang pagi, rasanya enak sekali," sambung Andi sambil meletakkan termos makanan itu di atas meja."Benarkah? Kebetulan siang ini aku nggak makan banyak. Aku ingin mencicipi makanan yang enak-enak. Clara, ayo kemari, kita makan bersama," tawar Amel sambil memanggil Clara yang sedang membersihkan rak."Kak Amel, nggak perlu. Aku sudah makan siang," tolak Clara dengan sopan seraya tersenyum."Nggak masalah kalau kamu sudah makan, coba sedikit saja. Masakan ibu dan nenekku sangat lezat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 329

Mereka berdua sama-sama terdiam. Keduanya dipaksa oleh keluarga mereka untuk kencan buta. Oleh karena itu, suasananya agak canggung.Lidya tidak tahan lagi. Dia angkat bicara duluan untuk memecah keheningan. "Sejujurnya, aku datang kemari untuk berkencan denganmu benar-benar karena dipaksa oleh ibuku. Kalau aku nggak mau datang, ibuku nggak mau menganggapku sebagai anak lagi. Aku rasa, kamu datang kemari juga bukan atas kemauanmu sendiri, 'kan?"Pria itu tertawa pelan mendengar kejujuran Lidya dan kemudian menggelengkan kepalanya."Kita berdua senasib. Lagi pula, aku masih muda dan belum ingin menikah. Menurutku, sebaiknya begini saja. Saat kita kembali nanti, kita beri tahu keluarga masing-masing kalau kita nggak saling menyukai. Dengan begitu, kita nggak perlu tersiksa lagi. Bagaimana menurutmu?" tanya Lidya sambil mengangkat alisnya. Dia merasa ide yang diusulkannya tersebut cukup bagus.Bima menatap Lidya dan merasa ragu-ragu selama sesaat. "Sebenarnya, aku rasa usulmu itu nggak te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Bab 330

"Kamu pergi kencan buta?" Begitu telepon terhubung, terdengar suara tanya Andi yang penuh amarah dari ujung telepon."Andi, jangan marah dulu. Mari kita bertemu dan bicara." Lidya menyadari kesalahannya. Dia pun melembutkan nada bicaranya."Sekarang kamu ada di mana? Beritahukan lokasinya padaku. Aku akan segera menjemputmu." Nada suara Andi terdengar acuh tak acuh."Oke, aku akan kirimkan lokasinya padamu." Setelah menutup telepon, Lidya langsung mengirimkan lokasi tempatnya berada pada Andi.Tak lama kemudian, Andi pun tiba di tempat tersebut. Begitu masuk ke dalam mobil, Lidya melihat wajah Andi tampak kesal. Dia pun merendahkan sikapnya dan memeluk lengan Andi. "Apa kamu cemburu?""Nggak," jawab Andi dengan dingin."Ayolah, jangan keras kepala seperti itu. Aku tahu kamu cemburu. Jangan marah, ya, Andi? Aku juga terpaksa ke sini. Kamu juga tahu sendiri kalau ibuku terus memaksaku untuk pergi kencan buta. Kalau aku nggak mau pergi, dia pasti akan terus mengomel." Nada bicara Lidya te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3132333435
...
55
DMCA.com Protection Status