Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 361 - Chapter 370

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 361 - Chapter 370

433 Chapters

Aku Sudah Menunggu Ini

Ash memeriksa notifikasi pesan, tapi belum ada kabar dari Stone tentang Monroe yang melarikan diri. Entah karena Stone belum sempat memberitahunya atau Ian mendapat kabar lebih cepat darinya.“Kapan?” tanya Ash.“Nanti malam,” kata Ian.“Huh?” Ash merasa salah mendengar. Ian menyebut tentang kejadian di masa depan yang belum terjadi.“Kau meremehkan informasi dariku? Tentu saja aku tahu sebelum terjadi.” Ian terdengar menyombong.“Dari mana kau—keluargamu?” Ash merasa tidak perlu bertanya sebenarnya karena siapa lagi yang bisa memberi informasi secepat itu pada Ian? Keluarganya memang memiliki koneksi yang unik.“Yup. Aku sedang memastikan informasi ini akurat. Lalu apa rencanamu?” tanya Ian.“Aku—” Ash nyaris saja menyebut apa keinginannya, tapi kemudian menyadari kalau masih ada Parker di ruangan itu. Masih tampak menulis dan tidak peduli tapi bukan berarti tidak mendengar.“Temui aku di luar.” Ash memutus panggilan itu, lalu kembali ke hadapan Parker.“Sir.” Ash mencoba bicara deng
Read more

Aku Tidak Akan Membiarkanmu Mati

“Jangan menyebut namamu dengan sembarangan.” Ash menegur Ian. Penyebutan nama itu tidak perlu.“Dia akan mati. Apa bedanya? Aku ingin dia tahu siapa yang memburunya.” Ian mulai tertawa geli, yang tentu terdengar seperti tawa maniak untuk Monroe.“Siapa… Apa maksudmu mati?!” Monroe mencicit ketakutan.“Apa aku terlihat akan mati?” Ian menyambar kerah baju orange yang masih dipakai Monroe.“LEPASKAN!” Monroe meronta, dan memang Ian tidak ingin memegangnya terlalu lama.Ia menghempaskan Monroe ke hadapan Ash yang duduk menunggu di atas kap mobil.“AGH!” Monroe berseru kaget, karena baru saja bertemu dengan wajah diam Marco yang tergeletak tidak jauh dari kaki Ash.“Dia tidak mati. Jangan panik begitu. Satu-satunya yang akan mati malam ini adalah kau.” Ian menampar kepala Monroe agar diam.Ash hanya membuat Marco pingsan karena tidak ingin menyerahkan Monroe dengan rela tadi. “Halo.” Ash menyapa sambil menundukkan tubuh, agar Monroe yang sedang beringsut menjauh, bisa melihat wajahnya den
Read more

Jejak yang Aku Inginkan

“Saya menemukan ini, Sir.” Stone tersenyum saat menerima map yang berisi file kasus itu, karena yang melapor padanya adalah detektif yang diberinya tugas untuk melacak jejak masa lalu Monroe.“Kapan dan dimana?” Stone bisa membaca dan memeriksa dengan lebih detail tentang kasus itu dari dalam map, tapi ia sedang tidak punya banyak waktu. Karenanya butuh laporan secara verbal. Intinya saja.“Ipswich. Sekitar sepuluh tahun lalu. Randall Monroe memiliki rumah yang saat ini dihuni oleh salah satu sepupunya. Tapi ia sempat tinggal di sana selama kurang lebih dua tahun—dan itu sepuluh tahun lalu.”Stone kembali tersenyum karena memang kebetulan seperti itu yang sedang dicarinya. Kebetulan Monroe tinggal di sana, dan kebetulan ada kasus yang terjadi.“Lalu?”“Penemuan dua mayat wanita korban penganiayaan, dan sampai sekarang belum selesai kasusnya.”“Ah! jangan terlalu bodoh seperti itu! Aku sudah menyebut kemarin kalau jangan mencari mayat. Bukan tidak mungkin tapi mayat tidak bisa ber
Read more

Aku Tahu Milik Siapa

Stone memandang truk yang beraroma amis itu dengan kesal. Mereka sangat terlambat. Fajar sudah menyingsing dan baru saja bisa menemukan jejak Monroe. Itu pun sudah jejak yang dingin, karena truk itu sudah jelas ditinggalkan sejak berjam-jam yang lalu.Tidak ada saksi atau siapapun di sekitar truk itu. Ikan yang hidup saja tidak mungkin menjadi saksi, apalagi yang mati.“CK!” Stone menendang salah satu box yang ada di dalam truk karena jengkel, mengalirkan lelehan es ke lantai truk.“Tidak ada CCTV atau apapun di sekitar sini. Kami tidak bisa memeriksa siapa yang mondar-mandir di sekitar sini, Sir.”Stone menepuk tengkuknya dengan frustasi. Laporan itu sudah bisa diduga. Tidak mungkin Monroe akan memakai jasa sembarangan untuk membantunya melarikan diri. Tempat itu dipilih dengan hati-hati agar tidak ada jejak yang terlihat.“Kalau ada wartawan yang mencium berita ini, maka hancurlah kita,” keluh Stone.Tugasnya bukan hanya untuk menyelesaikan kasus, tapi juga memastikan institusi yang
Read more

Aku Ingin Kau Menikmatinya

“STOP! Tolong…”“Tolong? Kau bisa mengucapkan kata tolong? Aku pikir kau tidak mengenali kata itu, dan tidak tahu apa artinya.” Ash mendengus, dan menuang seluruh sisa kopi yang ada dalam gelasnya. Ia dengan sengaja memilih gelas ukuran besar, jadi bisa menyiram wajah Monroe dengan merata.“Aku bayangkan Mary mengucapkan kata itu berulang kali—jutaan kali, tapi terus kau abaikan.” Ash menuang tetes terakhir dan melemparkan gelas kertas itu ke wajah Monroe, sambil terus menatapnya,Menikmati setiap detik saat Monroe merintih sambil meraba wajahnya yang merah, belum lagi luka robek di telinganya yang ikut menjadi nyeri akibat pedih bercampur panas.“Kenapa kau tidak menikmatinya? Kau melakukan hal ini setiap hari pada Mary bukan? Atau dua hari sekali? Kau menikmatinya saat itu,” sergah Ash.“Tidak… tidak begitu…” rintih Monroe.“Tidak bagaimana? Mary sampai sekarang tidak bisa mencium aroma kopi, bahkan tidak bisa mentolerir rasa mocca, padahal sudah tercampur coklat.”Ash tentu menyada
Read more

Aku Melakukannya Untukmu

Tidak mungkin Ash akan rela melepaskannya begitu saja.“Kau sudah mendapat kesempatan, dan mengacau pada akhirnya.” Ash menunjuk Stone.Ash tidak melakukan apapun saat Monroe ada di penjara— sesuai janji, tapi Stone membiarkannya lolos, dan nyaris membuatnya tidak mendapat hukuman apapun.Meski bukan seluruhnya salah Stone, tapi tetap menjadi tanggung jawabnya untuk memastikan Monroe mendapat hukuman.“Anda benar, dan saya meminta maaf untuk itu.” Stone mengangguk sambil mendekat, tapi langsung berhenti saat melihat tangan Ash yang masih memegang pistol terarah pada kepala Monroe. Maju sedikit lagi, Ash akan menarik pelatuknya.“Ini lebih mudah, lebih memuaskan juga untukku,” kata Ash, dengan nada dingin yang tenang.“Ash… Please.” Dean bergidik lalu menggelengkan kepala. Ia belum pernah menghadapi Ash yang begitu menyeramkan.Selama ini tingkat marah Ash padanya ternyata tidak amat buruk, karena inilah yang terburuk. Tidak sedikitpun tersisa kehangatan dalam pandangan matanya.“Saya
Read more

Aku Lega Kau Kembali Manis

Percapakan antara Ash dan Dean sejak tadi sepertinya tidak mampu dicerna oleh otak Monroe.“Benar, Randall. Dia anakku. Kau pikir kenapa aku begitu bersemangat menyusun rencana rumit untuk menjebakmu?” Dean tersenyum. Jenis senyum menantang yang biasa ditunjukkan saat sedang memancing keributan.Monroe melirik ke arah Ash dengan takut-takut, lalu beralih pada Dean. “Kau kalah karena memilih lawan yang salah, Randall. Mary adalah istrinya, menantuku. Kau sangat-sangat kalah.” Dean mengangguk, menegaskan kalau perlawanan Monroe tidak akan berguna. “Aku akan memastikan kau tetap kalah setelah ini.” Semua luka itu memang membuat otak Monroe berjalan lambat. Wajahnya terlihat bodoh saat memikirkan apa yang dimaksud oleh Dean.“Sebentar.” Ash maju.Stone baru saja berpaling ke belakang, untuk melihat apa yang diinginkan Ash, tapi keinginan itu sudah terjadi.Suara derak benda yang patah, juga jerit kesakitan dari Monroe membahana, sebelum akhirnya diam. Monroe kembali pingsan karena tidak
Read more

Aku Menemukan Keluarga

“It’s that blood?” (Apa itu darah?)Mae memekik kaget saat melihat noda darah yang menempel di lengan jaket Ash. Jaket Ash berwarna krem yang agak terang, Noda itu masih bisa dikenali sebagai darah meski sudah kering.“Bukan dari lukaku.” Penjelasan Ash tidak lengkap, tapi sudah cukup untuk Mae—yang tampak menghela nafas lega, karena yang terpenting adalah Ash tidak terluka.“Apa sudah selesai?” tanya Mae saat Ash menyerahkan ponselnya kembali.Mae tidak memeriksanya, lebih tertarik untuk memeriksa mixer yang sedang mengaduk adonan. Ia ingin tahu—tapi tidak sangat menanti jawaban karena lebih fokus pada resep baru yang dikembangkannya untuk toko. “Sudah.” Ash duduk, dan memandang Mae bekerja selama beberapa lama. Mae membuat alas kertas untuk loyang, lalu perlahan menuang adonan yang telah jadi, meratakan permukaan, lalu memanggangnya memakai oven yang telah dipanaskan.“Apa?” Setelah menutup pintu oven, Mae baru menyadari kalau sejak tadi pandangan mata Ash tidak pernah lepas dariny
Read more

Extra 1 - Kau Tidak Penting Lagi

“Apa maksudmu tidak bisa? Aku diculik! Tanganku patah, Tolol!”Monroe membentak lalu meringis kesakitan karena tangannya yang tersangga sedikit membentur meja. Tangannya yang dipatahkan Ash masih belum sembuh meski sudah dua bulan berlalu. Ia sempat menjalani operasi untuk memperbaiki posisi tulang, tapi belum bisa pulih sempurna.Dokter sudah menyebut mungkin tangannya akan sulit berfungsi dengan normal lagi. Karena itu Monroe sangat marah mendengar Damian—pengacara barunya, mengatakan kalau tuntutannya untuk Ashton Cooper ditolak polisi.“Anda melarikan diri, bukan diculik.” Damian menghela napas, mencoba bersabar. Ini pekerjaan pro bono* pertamanya sebagai pengacara. Pekerjaan ini tidak menghasilkan uang untuknya, dan tentu penyebutan ‘tolol’ membuatnya kesal. Satu-satunya yang masih membuatnya bertahan adalah CV. Ia butuh pengalaman agar ada firma besar yang menerimanya. Kasus Randall Monroe mendapat banyak eksposure jadi sangat cocok untuk menjadi bahan resume.Damian tidak berh
Read more

Extra 2 - Kau Membawa Apa?

Carol mendecak saat panggilan yang dilakukannya hanya terjawab oleh pesan suara. Ini masih bagus, minggu lalu ia menunggu sampai sepuluh menit—sampai batas waktu teleponnya habis—hanya untuk mendengar nada tunggu berlagu. Saat itu Carol sudah berharap kalau Dean akan menjawab panggilannya, atau mungkin asistennya, tapi kembali kandas. Kini Carol harus menunggu minggu depan lagi untuk mencoba menghubungi Dean.“Mungkin dia sibuk. Pemilu baru saja lewat.” Carol bergumam sambil mencubit bibirnya berulang kali. Gelisah sebenarnya, tapi mencoba menghibur diri.“Kenapa tidak ada kabar?” Carol bergumam lagi sambil melamun. Ia bahkan tidak peduli saat napi lain mendorong tubuhnya dengan kasar saat mencoba mendekati booth telepon. Giliran Carol sudah habis.“Tapi dia sudah menang. Memakai caraku.” Carol mulai kesal sekarang. Ia sudah yakin Dean akan menepati janji. Sikapnya cukup simpatik saat mereka bertemu kemarin.Awalnya Carol menyangka Dean akan bersikap keji—mirip Monroe yang berubah se
Read more
PREV
1
...
3536373839
...
44
DMCA.com Protection Status