Home / Pernikahan / Menikahi Ayah Angkat / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menikahi Ayah Angkat: Chapter 21 - Chapter 30

83 Chapters

BAB 21 : Menolak Permintaan Diana

Sebuah mobil berhenti tepat di belakang Shanna yang baru saja membuka pintu pagar rumah. keningnya berkerut dalam ketika mengenali mobil itu adalah milik Diana. Tidak biasanya Diana berkunjung ke rumah mereka di saat tidak ada Damar. Biasanya Diana akan berkunjung pada malam hari atau jika Damar berada di rumah.Firasat buruk tiba-tiba menghampiri Shanna. Dia yakin kedatangan Diana pasti memiliki tujuan yang tidak baik terhadapnya. Dan benar saja. Setelah dirinya mempersilakan Diana masuk, wanita itu tanpa berbasa-basi memintanya untuk meninggalkan Damar.Namun yang menjadi pertanyaan di benak Shanna, kenapa baru sekarang Diana menemuinya? Kenapa tidak lima hari yang lalu, setelah mereka pulang dari kediaman utama Adipramana?“Maaf, Bibi, sayangnya aku nggak bisa mengabulkan keinginan bibi. Terserah bibi ingin merendahkan atau menghinaku seperti apapun yang bibi mau. Aku nggak peduli. Tapi yang jelas, aku nggak akan pernah meninggalkan baba. Lagi pula bukankah baba sudah memutus hubun
Read more

BAB 22 : Membujuk

Tidak ada maksud Shanna untuk berbohong kepada Damar. Dia hanya tidak ingin menambah beban pikiran pria itu. Shanna tahu Damar juga pasti memiliki banyak pekerjaan di kantornya.Untuk masalah Diana, dia bisa menangani wanita itu seorang diri. Kalaupun tidak bisa, dia bisa meminta bantuan sahabat-sahabatnya.“Tidak apa-apa. Baba hanya takut dia akan menemuimu dan memintamu untuk meninggalkan baba,” ucapan Damar sukses membuat pikiran Shanna kembali mengingat kejadian tadi siang bersama Diana.“Baba tenang aja. Bibi nggak ada datang menemuiku, kok!” Shanna mencoba untuk meyakinkan Damar.“Syukurlah kalau begitu.” Damar terdengar menghela napas pelan. “Soalnya tadi pagi bibimu datang ke kantor baba. Dia masih membahas mengenai hubungan kita. Dia meminta baba mengakhiri hubungan kita yang tentu saja baba tolak dan abaikan. Karena itu baba takut dia akan menemuimu dan melakukan hal yang sama karena baba sudah mengabaikan ucapannya. Kalau bibimu datang menemuimu, beritahu baba, ya.”Lagi-la
Read more

BAB 23 : Kecelakaan

Tiga minggu berlalu, tetapi Damar masih belum bisa memberi kepastian kapan pria itu kembali ke Jakarta.Pikiran negatif semakin memenuhi kepala Shanna. Apalagi Damar tidak pernah mau diajak untuk melakukan panggilan video. Alasannya tentu saja karena kesibukan pria itu.“Sial!” maki Shanna kesal. Ditutupnya laptop dengan sedikit kasar.Shanna menghela napas berat. Dia menyandarkan tubuhnya dengan kasar pada sandaran sofa. Matanya terpejam dengan kepala menengadah ke langit-langit rumah.Sudah empat hari ini Shanna tidak bisa konsentrasi mengerjakan skripsinya. Alasannya tentu karena di kepalanya hanya ada Damar, Damar dan Damar.Damar memang benar-benar dapat mengacaukan pikiran Shanna. Seumur hidup, baru kali ini Shanna benar-benar kacau. Penyebabnya hanya satu orang, tidak lain dan tidak bukan adalah Damar Mahesa Adipramana.“Shan,” terdengar suara Adara diikuti suara langkah yang semakin mendekat. Shanna membuka ma
Read more

BAB 24 : Khawatir

Saat membuka mata, Shanna mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit.“Shan, akhirnya kamu bangun,” ucap Viona senang dengan suara serak.Shanna menatap Viona, dengan suara lirih dan serak dia memanggil, “Vi.”“Iya, Shan, aku di sini.” Viona menggenggam tangan Shanna sementara tangan yang lain menekan tombol di dekat ranjang Shanna. “Mungkin sebentar lagi Neila dan Deva akan datang.”Shanna menghela napas lega ketika dokter datang dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja. Tidak ada luka serius selain kakinya yang mengalami retak ringan pada tulang keringnya. Namun, hal itu tidak terlalu serius dan akan sembuh dalam beberapa minggu. Selebihnya hanya luka gores di hampir seluruh tubuhnya serta memar di kepalanya akibat benturan dengan aspal.Tidak lama setelah dokter pergi dari kamar inapnya, Neila dan Deva datang. Ekspresi khawatir di wajah mereka seketika berubah lega ketika mengetahui bahwa Shanna tidak mengalami luka yang serius.Viona menceritakan apa yang terjadi ketika N
Read more

BAB 25 : Ancaman Diana

Shanna yang duduk di taman rumah sakit seorang diri, menoleh dengan cepat ketika mengenali suara orang yang baru saja memanggilnya. Keterkejutan tampak jelas di wajahnya ketika mendapati Galang di belakangnya.“Om! Om kok di sini?”Selama seminggu Shanna berada di rumah sakit. Dan selama itu pula dirinya berada di kamar inapnya tanpa pernah keluar, membuatnya sangat bosan sampai mati. Karena itulah tadi dirinya memaksa pergi ke taman rumah sakit sebelum Adara datang dan melarangnya bepergian. Dirinya perlu udara segar untk menghilangkan kebosanannya. Namun siapa yang menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan Galang.“Justru om yang seharusnya bertanya seperti itu sama kamu. Kok kamu bisa di rumah sakit?” Galang memperhatikan Shanna secara keseluruhan. “Kenapa dengan kakimu?”Galang sudah melihatnya. Tidak mungkin bagi Shanna untuk membuat kebohongan seperti yang dia lakukan kepada Damar. Shanna pun memberitahu Galang apa yang terjadi kepadanya. Dia juga memohon kepada pria itu supay
Read more

BAB 26 : Hari Pernikahan

Shanna mondar-mandir di kamarnya. Berbagai macam pikiran negatif mengisi kepalanya kala dia tidak berhasil menghubungi Damar. Puluhan pesan yang dia kirim sejak dua hari yang lalu, tidak ada satu pun yang dibalas.“Baba, baba kemana, sih? Kenapa ponselnya nggak bisa dihubungi terus?!” kesal Shanna yang masih mencoba untuk menghubungi Damar meski selalu dijawab oleh operator bahwa ponsel Damar tidak bisa dihubungi. Padahal besok adalah hari pernikahan mereka.Shanna benar-benar dibuat gelisah oleh Damar yang tidak kunjung bisa dihubungi. Kegelisahan Shanna semakin menjadi ketika dua jam lagi acara pernikahan mereka akan dimulai, tetapi Damar masih belum memberinya kabar.“Kamu tenang dulu, ya.” Viona menenangkan Shanna yang gelisah dan cemas.“Bagaimana aku bisa tenang, Vi? Aku nggak bisa tenang sebelum baba memberi kabar. Dua jam lagi pernikahan kami akan dimulai. Mana mungkin aku bisa tenang, Vi.” Shanna menatap Viona
Read more

BAB 27 : Posesif

“Salahmu adalah karena kamu sudah menyembunyikan mengenai kecelakaanmu dariku,” ucap Damar yang sukses membuat tubuh Shanna kaku.“Baba ngomong apa, sih? Kecelakaan apa? Aku nggak pernah mengalami kecelakaan apapun, kok.”Shanna mencoba untuk bersikap santai dan biasa saja. Mata yang menatap ke segala arah. Tidak berani menatap Damar, meski melalui ekor matanya. Dia tidak ingin Damar mengetahui kebohongannya.“Kamu masih mau membohongiku meski aku sudah mengetahuinya, hm?” Damar meraih wajah Shanna dan membawanya untuk menatapnya.“Aku beneran nggak pernah mengalami kecelakaan apapun, Baba.” Shanna mencoba memberanikan diri menatap mata indah Damar yang entah kenapa setiap kali dirinya menatap mata itu, selalu membuat dadanya berdebar sejak dulu.“Sekarang ... kamu mau mengakuinya dan menceritakannya sendiri, atau aku akan menyeret orang lain untuk mengatakan yang sebenarnya sekaranag ke sini?”Shanna menghela napas pelan dalam hati. Tidak ada jalan lain lagi baginya untuk mengelak.“
Read more

BAB 28 : Bertemu Nadia

Keesokan harinya, Shanna masih memasang wajah kesal ketika bangun tidur. “Jangan ngambek terus dong, Sayang.” Damar terus mencoba membujuk Shanna untuk yang kesekian kalinya. “Aku melakukan ini juga demi kebaikanmu.” Shanna yang melihat Damar terus membujuknya merasa kasihan dan akhirnya dia pun menyerah. Meskipun hatinya masih kesal, tetapi dia tidak tega melihat Damar memasang wajah memelas untuk membujuknya supaya tidak ngambek lagi. “Nah, kalau senyum begitu kan, istri kecilku ini jadi cantik bagaikan bidadari,” ucap Damar yang ikut tersenyum. “Sejak kapan baba suka ngegombal, hm?” Shanna merasa geli mendengar Damar menggombalinya. “Sejak hari ini. Tapi itu bukan gombalan, itu murni pujian tulus dari hatiku,” ucap Damar dengan senyum yang masih terkembang. Shanna terkejut ketika Damar tiba-tiba menciumnya. Ucapan yang siap dia keluarkan pun kembali tertelan bersamaan dengan lidah Damar yang bermain di dalam mulutnya. Suasana hati Shanna yang tadinya masih sedikit kesal, kini
Read more

BAB 29 : Pikiran Negatif

Beberapa menit berlalu, tetapi Nadia masih betah mengajak mereka mengobrol, lebih tepatnya mengajak Damar mengobrol. Hal itu membuat suasana hati Shanna semakin buruk.“Maaf, kalian mengobrol saja. Aku mau belanja dulu,” ucap Shanna yang sudah tidak tahan lagi berlama-lama tinggal bersama mereka berdua. Lebih baik dirinya pergi daripada mendengarkan mereka mengobrol. Membuat hatinya semakin panas terbakar perasaan cemburu serta dadanya yang semakin sesak karena memikirkan Damar dan Nadia.“Kalau begitu kita belanja bersama-sama saja,” jawab Nadia cepat. “Kebetulan aku juga lagi belanja bulanan. Setelah itu kita makan bareng sehabis belanja. Bagaimana?”Melalui ekor matanya, Shanna melirik Damar dengan perasaan campur aduk. Kesal, marah dan cemburu menjadi satu. Shanna sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti ini. Seharusnya dia tidak perlu takut karena saat ini Damar telah menjadi miliknya seutuhnya.Tidak!
Read more

BAB 30 : Bukti

Ucapan Shanna tentu membuat Damar terkejut. Dapat dilihat dari ekspresinya yang menatap Shanna dengan mata membulat. “Tidak!” tolak Damar cepat. Shanna tersenyum getir. “Aku sudah menduganya bahwa baba pasti akan menolak. Sebelumnya, kupikir baba memang memikirkanku, tetapi alasan sebenarnya kenapa baba tidak ingin menyentuhku karena di hati terdalam baba, baba masih menginginkan tante Nadia, bukan? Karena itulah baba tidak ingin menyentuhku dengan alasan tidak ingin kehamilanku nanti mengganggu kuliahku.” “Ya ampun, Sayang. Kamu bicara apa, sih? Aku benar-benar memikirkanmu. Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu. Semuanya demi kebaikanmu.” “Kebaikan apa?!” marah Shanna. “Baba tidak perlu memberiku berbagai macam alasan. Baba bilang saja langsung kepadaku kalau baba tidak menginginkanku dan hanya menjadikanku pelampiasan baba!” Shanna terkejut ketika Damar tiba-tiba menciumnya. Untuk sesaat amarahnya menghilang karena terkejut sebelum diriny
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status