Semua Bab Menikahi Ayah Angkat: Bab 31 - Bab 40

83 Bab

BAB 31 : Janji Damar

Keterkejutan tampak jelas di wajah Damar. Pria itu menolaknya secara halus dan mengatakan supaya Shanna tidak memaksakan diri. Mereka berdebat untuk sesaat sebelum akhirnya Damar tidak sanggup menahan diri dan melumat bibir Shanna.“Aku harap kamu benar-benar siap dan tidak terpaksa,” ucap Damar setelah mengakhiri ciumannya. Ibu jarinya menghapus saliva di bibir Shanna. Mata berkabut penuh nafsu itu menatap Shanna.“Nggak perlu banyak bicara, lakukan saja.” Shanna yang merasa kesal karena Damar yang terus mengoceh pun menarik leher pria itu dan menciumnya. Melumat bibir Damar dengan rakus.Siang itu mereka merajut kasih. Menggapai kenikmatan surga dunia.Shanna tidak menyesal dengan gagalnya acara berbelanja dan jalan-jalan mereka karena bertemu dengan Nadia. Dirinya justru bersyukur rencana mereka gagal, sehingga malam ini dirinya bisa menjadi milik Damar seutuhnya.Sayangnya kebahagiaan yang dirasakan Shanna hanya berlangsung sesaat. Itu karena Damar yang selalu mengeluarkan cairann
Baca selengkapnya

BAB 32 : Tamu Tak Diinginkan

Shanna benar-benar dibuat kesal bukan main oleh Damar. Pasalnya kemarin mereka menghabiskan hari dengan bercinta. Alasannya karena Damar ingin mendengar dirinya memanggil nama pria itu. Karena hanya saat mereka bercintalah Shanna mau menyebut pria itu dengan nama. Selama 21 tahun hidupnya, dia tidak pernah memanggil nama pria itu. Sangat aneh kalau dia tidak canggung.Walaupun tubuhnya terasa remuk dan lemas, Shanna merasa senang. Dirinya benar-benar bahagia. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya sejak dia membuka mata. Shanna berdoa semoga dirinya cepat hamil. Dengan begitu Damar tidak akan meninggalkannya karena ada darah daging pria itu dalam dirinya.Damar memeluk Shanna dari belakang. "Apakah sekarang kamu bisa mempercayaiku?" Damar berkata pelan tepat di telinga Shanna. Digigitnya daun telinga itu pelan, membuat Shanna merasa geli."Hm!" Shanna hanya menjawab dengan gumaman. Sebab dia tahu Damar pasti akan menggodanya jika dia menjawab panjang lebar.
Baca selengkapnya

BAB 33 : Mencoba Untuk Percaya

Viona sangat heboh usai mendengar cerita Hanna mengenai Nadia yang datang ke rumah mereka kemarin. Membuat beberapa mahasiswa di kantin yang berada di sekitar meja mereka menatap ke arah meraka. Dengan senyum kaku, Shanna, Deva dan Neila meminta maaf atas keributan yang terjadi. Namun, berbeda dengan Viona yang masih heboh sendiri.“Dengar, Shan, kamu harus hati-hati sama orang bernama Nadia itu. Jangan lengah kalau kamu nggak mau kehilangan Om Damar,” ucap Viona yang terdengar provokatif.“Hm! Baba sih sudah berjanji nggak akan menemui dia lagi kalau misalnya bertemu dia. Tapi jujur saja, aku masih sulit mempercayai ucapan baba.”“Wajar kalau kamu nggak bisa mempercayai ucapan Om Damar begitu saja mengingat Nadia adalah cinta dan pacar pertama Om Damar. Apalagi setelah mereka putus, Om Damar nggak pernah pacaran sama wanita lain. Ingat ucapanku, Shan, lain kali kalau dia datang ke rumah kalian, kamu harus terus menemani Om Damar. J
Baca selengkapnya

BAB 34 : Menghindar

Shanna menatap tangannya dengan senyum kikuk. Dia mengeluarkan cincin nikahnya dari kantong celananya dan segera memasangnya.“Sudah.” Shanna menunjukkannya kepada Damar dengan senyum lebar.“Apa karena saking marahnya kamu sama aku, sampai kamu melepaskan cincin nikah kita?”“Bukan begitu,” jawab Shanna cepat.Shanna pun menceritakan alasan kenapa dia melepas cincin nikahnya. Waktu dirinya menunggu Viona yang pergi ke toilet di kelas, teman kuliah yang duduk di sampingnya bertanya kapan dirinya menikah ketika melihat cincin nikah di jari manisnya. Shanna pun terpaksa berbohong jika itu bukan cincin nikah sungguhan, melainkan cincin nikah palsu untuk mengelabuhi orang yang terus-menerus mengejarnya.“Makanya tadi aku lepas. Takut teman-temanku yang lain bertanya pertanyaan yang sama. Seandainya pernikahan kita tidak dirahasiakan, mungkin aku akan mengatakannya dengan keras kalau aku sudah menikah. Dan pria itu adalah dirimu.”Shanna melingkarkan ke dua tangannya di leher Damar. Dengan
Baca selengkapnya

BAB 35 : Pantang Menyerah

Shanna mendudukkan diri di samping Damar. Digenggamnya tangan besar pria itu. “Jangan cemberut, Sayang.” Shanna mengecup bibir suaminya yang entah kenapa begitu membuatnya kecanduan. “Sebenarnya tadi aku hanya basa-basi saja menawari dia masuk. Kupikir dia akan menolak dan pergi setelah tahu kamu sibuk, tapi siapa yang menyangka kalau dia keras kepala ingin menunggumu. Sepertinya dia benar-benar sangat ingin menemuimu.”Damar menghela napas pelan. “Lain kali jangan pernah menyuruhnya untuk masuk,” ucapnya dengan nada sedikit kesal.“Iya, iya. Ya sudah, aku pergi dulu. Tadi aku pamit untuk membuatkan dia minuman.” Shanna kembali mengecup bibir Damar sebelum melenggang pergi meninggalkan pria itu.Sembari membuatkan minum untuk Nadia, Shanna mengirim pesan kepada Viona untuk segera menghubinginya.Shanna sendiri tidak ingin berlama-lama mengobrol dengan Nadia. Melihat wajah Nadia membuatnya selalu emosi dan timbul prasangka buruk terhadap suaminya.“Maaf ya, Tante, udah membuat tante me
Baca selengkapnya

BAB 36 : Menginap

Shanna yang menunduk untuk membalas pesan teman-temannya, mendongak mengikuti arah pandang Damar. Keningnya berkerut dalam menatap sosok wanita yang duduk di teras rumah mereka.Sekarang sudah pukul sembilan malam, untuk apa Nadia datang ke rumah mereka? Apalagi sekarang sedang hujan deras. Sangat tidak pantas rasanya seorang wanita datang seorang diri berkunjung ke rumah seorang laki-laki di malam hari.“Sepertinya tante Nadia pingin banget ketemu sama baba, sampai bela-belain nungguin baba pulang,” celetuk Shanna, nadanya sedikit kesal.“Apa kita pergi saja?” tanya Damar.“Nggak usah, Ba. Dia sudah terlanjur melihat kedatangan kita. Lagian besok kan baba harus berangkat kerja,” tolak Shanna.Hari ini adalah hari terakhir Damar libur. Tubuh mereka juga sudah sangat lelah dan perlu istirahat supaya besok pagi bisa segar. Selain itu, Shanna tidak ingin Damar kelelahan dan jatuh sakit karena kurang istirahat.
Baca selengkapnya

BAB 37 : Meminta Izin

Shanna tidak mengerti kenapa Damar berpikir begitu mengenai dirinya. Namun, seulas senyum mengembang di wajahnya yang cantik."Jadi baba marah kepadaku karena aku mengizinkan tante Nadia menginap di rumah kita?" goda Shanna yang merasa lucu dengan Damar yang salah paham kepadanya."Sampai kapanpun, aku tidak pernah bisa marah kepadamu. Aku hanya merasa kecewa kepada diriku sendiri. Aku merasa bahwa diriku gagal membuatmu untuk mempercayaiku."Shanna tersenyum lebar. Dia berdiri di belakang Damar dan memeluk pria itu. Diletakkannya dagunya di bahu pria itu dengan pipi yang menempel pada pipi Damar."Maaf sudah membuatmu kecewa. Sebenarnya tidak ada niatanku untuk menguji kesetiaanmu. Aku percaya kepadamu, tapi tidak dengan dia. Aku mengizinkannya menginap bukan untuk mengujimu, tetapi aku tidak ingin dia terus-menerus menggenggam tanganmu. Aku tidak ingin dia terus menempel padamu seperti lintah."Damar menghela napas pelan. "Maafkan aku. Lain kali
Baca selengkapnya

BAB 38 : Tak Muncul Lagi

Ekspresi Damar yang sebelumnya kaku, kini berubah sedikit melunak. Pria itu melepas satu tangannya dari kemudi, meraih tangan Shanna dan menggenggamnya.Ditatapnya Shanna sebentar sebelum kembali fokus pada jalanan sembari berkata, “Aku tidak ingin membuatmu marah atau berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Jadi lebih baik sejak awal menjaga jarak dengannya.”Shanna menatap Damar dengan perasaan tidak menentu. Tidak ada satu patah pun yang Shanna katakan untuk membalas ucapan pria itu.Entah kenapa ucapan Damar seolah menyadarkan dirinya bahwa dia telah mengekang pria itu. Namun, dirinya benar-benar tidak kuasa untuk menahan perasaannya itu.Terjadi keheningan di sepanjang jalan menuju kampus. Shanna tidak mengerti di mana letak permasalahan yang membuat mereka berdua sama-sama terdiam. Mungkin membahas Nadia dalam obrolan mereka benar-benar hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.“Baiklah. Baba nggak perlu menjemputku,” u
Baca selengkapnya

BAB 39 : Puncak Amarah Shanna

Pandangan Shanna tidak lepas dari dua orang di hadapannya. Terutama wanita yang sudah berani memeluk suaminya, Nadia Hardinata. Dibukanya lebar-lebar pintu ruang kerja Damar. Kakinya melangkah dengan langkah lebar menghampiri mereka. Di mana Nadia masih tidak melepaskan tangannya dari tubuh Damar meski Damar mencoba untuk melepaskannya.Sekuat tenaga Shanna menarik Nadia hingga pelukannya pada Damar terlepas.PLAKKK!!!Sebuah tamparan sangat keras mendarat di wajah Nadia.Shanna benar-benar menampar Nadia dengan kekuatan penuh hingga wajah wanita itu menoleh. Shanna benar-benar tidak menyangka bahwa Nadia masih berani menemui Damar. Dia pikir Nadia tidak akan pernah lagi menampakkan diri di hadapan mereka. Tidak menyangka bahwa wanita itu justru berani memeluk suaminya.Untuk sesaat suasana menjadi hening. Baik Damar ataupun Nadia benar-benar terkejut dengan tindakan Shanna.“Apakah tante nggak bisa melihat kalau baba nggak suka dipelu
Baca selengkapnya

BAB 40 : Ancaman Nadia

Wajah Shanna seketika menoleh ke samping akibat tamparan yang dilayangkan Nadia kepadanya. Rasa panas seketika menjalar di pipi Shanna tepat di mana Nadia menamparnya. Warna kemerahan tampak samar di pipinya yang putih.“Tadi aku tidak bisa membalas tamparanmu. Jadi sekarang aku mengembalikannya padamu,” ucap Nadia dengan penuh kebencian dan amarah. “Jangan mentang-mentang Damar membelamu, lalu kamu berpikir bahwa aku tidak berani membalasmu.”Shanna menatap Nadia. Sorot matanya penuh dengan permusuhan.“Kupikir kau orang yang bisa memegang kata-kata. Ternyata kau tidak lebih dari seorang munafik! Pembohong! Kau bilang bahwa kau tidak akan pernah ikut campur urusan pribadi Damar, tetapi kenapa kau ikut campur? Lagi pula bukankah aku sudah memberitahumu kalau aku akan mendekati papamu? Seharusnya kau mendukungku untuk lebih dekat dengannya. Asal kau tahu saja, dulu kami hampir bertunangan, tetapi karena kehadiranmu, hubunganku dengan Damar terpaksa kandas. Jika saja Damar tidak menyela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status