Home / Historical / TRANSMIGRASI PUTRI KEJAM / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of TRANSMIGRASI PUTRI KEJAM: Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

AKU SUDAH MEMILIKIMU

“Apa itu?” “Tidak, bukan apa-apa.”“Bukan apa-apa? Bai Wuxin, apa sekarang kau sengaja menyembunyikan sesuatu dariku? Sinikan, aku ingin melihat.” Qiao Zhi Jing memaksa agar Bai Wuxin segera menyerahkan secarik kertas yang disembunyikan di balik tubuhnya. Baru-baru ini, Bai Wuxin mendapat kabar lagi dari mata-mata yang ditempatkan di Ibu Kota. Bai Wuxin menerima sebuah surat dari merpati pos dan sempat tak sengaja terpantai Qiao Zhi Jing dari kejauhan. Qiao Zhi Jing yang selalu ingin tahu segala hal pun tak membiarkan Bai Wuxin menerima informasi seorang diri, dia selalu memaksa agar Bai Wuxin membagikan setiap informasi kepadanya. Termasuk informasi yang baru saja diterima oleh Bai Wuxin kali ini. Apa lagi Bai Wuxin menunjukkan sikap misterius tatkala Qiao Zhi Jing memergokinya kala membaca surat informasi yang baru saja diterima olehnya. Mau tidak mau, Bai Wuxin akhirnya terpaksa menyerahkan secarik kertas yang dia sembunyikan, lalu menyerahkannya kepada Qiao Zhi Jing dengan
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

MISI KEDUA

Suara ledakan yang menggetarkan dari kaki Bukit Chenyan terdengar jelas sampai ke kamp militer Kota Shui, kota tempat kamp militer prajurit Negara Tang. Ledakan yang diduga sebagai pertanda buruk bagi mereka, lantas salah seorang prajurit datang menghadap panglima perang yakni Jendral Cui. “Lapor, Jendral. 5 ton bubuk mesiu yang dkirimkan telah diledakkan oleh pasukan musuh dan semua prajurit yang bertugas mengirimkan telah gugur,” lapor salah seorang prajurit Negara Tang. “Apa? Tidak kusangka, berani sekali mereka!” geramnya seraya mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat. “Jendral, sepertinya perang kali ini kita terpaksa harus berperang tanpa meriam. Kaisar saat ini telah menjadi tawanan si berengsek Bai Ruyu. Kita tidak bisa menunda waktu lebih lama lagi. Jika tidak, situasi akan semakin kacau. Negara tidak boleh tanpa seorang pemimpin. Atau tidak … .”“Aku tahu! Bisakah sekarang kau diam? Jangan mendesakku. Aku juga tidak bisa berhenti berpikir. Prioritas utama kita
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

MENYUSUP KAMP MUSUH

Jarak antara perbatasan Kota Ping'An dan Kota Shui tidak terlalu jauh, hanya perlu menempuh sekitar 3 Km. Pada malam itu, Bai Wuxin dan Ling Yi menempuh jarak dengan menggunakan kuda militer yang tangguh. Tak perlu waktu lama, mereka pun sampai di Kota Shui.Dari kejauhan dapat terlihat kamp militer musuh yang akan mereka bobol malam ini. Demi menjaga kemanan, mereka berdua memilih mengikat kuda di sekitar, lalu mulai menerobos masuk secara diam-diam."Ling Yi, apa kau siap dengan misi malam ini?" tanya Bai Wuxin."Siap!" cetusnya lantang.Kemudian, mereka berdua pun mulai bertindak secara diam-diam. Tentu saja, keamanan kamp militer Negara Tang dijaga dengan ketat. Tidak hanya para prajurit saja yang kerap berpatroli di sekeliling tenda, mereka juga mendirikan menara pemantau dan menempatkan penjaga yang mengawasi lewat menara.Bai Wuxin pun menugaskan agar Ling Yi menghilangkan pemantau utama, yakni prajuirit yang memantau lewat menara. Dengan langkah hati-hati, Ling Yi mulai mendek
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

RACUN CINTA

“Di Lan Feng? Ah, aku mengingatmu. Bukankah dulu kau pelayan yang sering menyajikan arak? Sejak kapan kau menjadi prajurit?” Komandan itu dengan terang-terangan merendahkan pemilik nama Di Lan Feng di hadapan seluruh anggota divisinya. Serentak semua rekan prajurit yang ada di sana menertawakan pemilik nama Di Lan Feng kala masa lalunya diungkap secara terang-teranga. Tatapan menghina terlempar menyoroti Bai Wuxin. Namun, Bai Wuxin merasa tidak tersinggung dengan mudah, sebab pemilik nama Di Lan Feng bukanlah dirinya. Ia tak merasa tersinggung, namun kesal kala melihat para prajurit tak bermoral yang suka membully rekannya sendiri. Andaikata ia tidak sedang menyamar, ingin sekali rasanya dia memberi pelajaran terhadap orang-orang yang suka memandang rendah orang lain. Akan tetapi, saat ini dia harus menahan diri demi misi utamanya. “Kenapa berdiri saja di sana? Cepat sediakan arak untuk kami semua,” titah sang Komandan dengan semena-mena. “Baik.” Tanpa membantah perintah, ia pun ber
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

BILAH TAJAM

BAB 105“Akhirnya kau bangun juga.” Bai Wuxin melukis senyum semringah, tepat di hadapan wajah Jendral Cui. “Hoh! Hoh! Siapa kau? Di mana aku?” Sepontan Jendral Cui terkecoh seraya bangkit, namun terpeleset dan jatuh lagi. Jendral Cui mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang tampak asing, berbeda dari tenda tempat tidurnya di kamp militer biasanya. Jenak ia yakin bahwa saat ini posisinya tengah berada di tempat asing yang tak dikenalinya. Tangan dan kakinya diikat kuat dengan tali. “Apa tidurmu nyenyak … Jendral Cui?” tanya Bai Wuxin dengan nada bicara yang ramah. “Siapa kau?” tanya Jendral Cui antusias. “Seharusnya kau bertanya padaku. Apa kau tidak penasaran siapa aku?” sahut suara lain yang tiba-tiba datang menengahi. Reflek Bai Wuxin dan Jendral Cui menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang wanita yang mengenakan pakaian pria. Tidak perlu ditebak lagi, dia adalah Qiao Zhi Jing. Langkah kakinya mengikis jarak mendekati tempat Jendral Cui berpijak. Dengan ujung pe
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

TENDANGAN MAUT

“Hahahaha. Ternyata kau putrinya. Pantas saja. Aura kalian tampak sangat mirip. Benar, aku yang membunuhnya. Lalu, kau mau apa?” Jendral Cui memasang ekspresi mengejek. “Aku akan membunuhmu!” Lagi-lagi Qiao Zhi Jing kehilangan kendali atas dirinya sendiri.“Hahahaha. Sini! cepat bunuh aku!” Semakin memancing emosi Qiao Zhi Jing. Andaikan Bai Wuxin tidak berusaha mengendalikan emosi Qiao Zhi Jing, mungkin saat itu juga Qiao Zhi Jing pasti akan menebas leher Jendral Cui tanpa ragu. Namun, Bai Wuxin takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Jika harus membunuh Jendral Cui, maka cukup Bai Wuxin saja yang harus melakukannya. Bai Wuxin tidak akan membiarkan tangan Qiao Zhi Jing ternodai darah sedikit pun. Ia tak akan pernah membiarkan Qiao Zhi Jing menanggung rasa sakit sendirian. “Qiao Zhi Jing, tenanglah … .” Bai Wuxin berusaha keras menenangkan Qiao Zhi Jing yang telah hilang kendali. Bai Wuxin berusaha menahan Qiao Zhi Jing dalam dekapannya. Peluknya semakin erat tatkala Qiao Z
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

PASUKAN PERANG

Qiao Zhi Jing lebih sering diam dan melamun setelah menerima fakta tentang kematian ayahnya. Apalagi kala mendengar bahwa Jendral Qiao telah dibunuh tanpa menyisakan jasad. Jejak jasad Jendral Qiao dihancurkan, dibakar hingga menjadi abu. Bahkan hanya melihat jasad ayahnya untuk yang terakhir kalinya, bisa begitu sulit. "Qiao Zhi Jing, makanlah. Kau belum memakan apa pun sejak malam tadi." Bai Wuxin datang menghampiri Qiao Zhi Jing yang tengah duduk termenung seraya membawakan beberapa camilan kesukaan Qiao Zhi Jing.Namun, Qiao Zhi Jing langsung menolak dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Bai Wuxin pun tak berdaya. Karena membujuk dan menasihati hanya akan semakin menambah penderitaan di dalam hati Qiao Zhi Jing. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah meminjamkan bahunya untuk bersandar.Dengan sikap lembut, Bai Wuxin merangkul tubuh Qiao Zhi Jing lalu meminjamkan bahunya. Ia ingin menjadi satu-satunya tempat ternyaman bagi wanita yang dicintain
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

PERJANJIAN DARAH

"Pangeran Kedua?" tanya Ju Ji Man."Ya, itu aku. Jadi, apa sekarang kau yang memimpin pasukan perang?" Bai Wuxin bertanya balik."Benar, itu aku. Aku juga sudah menerima surat yang Anda kirimkan," ujarnya."Jadi, pilihan mana yang akan kaupilih?" tanya Bai Wuxin."Sebelum kami memutuskan, apakah Anda bisa membuktikan ketulusan Anda? Anda pasti juga tahu jika baru-baru ini, Kaisar Negara Qing yang telah mengkhianati kami, bahkan sekarang dia berani menyandera Kaisar Wan dan keluarganya. Bodoh jika kami akan percaya begitu saja," ujinya."Tidak perlu bertele-tele. Aku sendiri yang akan melakukannya. Jika kalian tidak percaya dengan rencanaku, maka kalian bisa menjadikanku sandera. Andaikan kami memang berencana berkhianat, maka kalian bisa langsung membunuhku tanpa ragu," cetus Bai Wuxin.Jenak keduanya saling terdiam, hanya menyisakan tatapan tajam yang saling mendominasi tanpa gentar sedikit pun. Tentu saja, setiap langkah yang diambil harus ditentukan dengan hati-hati, sebab ini tak
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

TERBENTUKNYA ALIANSI

“Jadi, bagaimana dengan syarat kedua? Apa kau akan memenuhinya?” uji Bai Wuxin. Sekilas Ju Ji Man menyipitkan kelopak matanya, namun tetap menyorot kedua manik mata Bai Wuxin. Ada banyak kejanggalan dalam hatinya yang perlu diungkapkan. “Ini yang membuatku penasaran. Jika dari awal kau ingin membentuk aliansi dengan kami, mengapa kau perlu menukarkannya dengan nyawa Jendral Cui? Apa untungnya bagimu setelah membunuhnya?” Ju Ji Man mengungkapkan kejanggalan dalam hatinya. “Hekh.” Seringaian terpapar di ujung bibir Bai Wuxin. “Aku tidak yakin, kau benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu. Jendral Qiao … saat aku menyebutkan satu nama ini, apa yang kau pikirkan? Tidak, kau tidak perlu repot menjawabnya. Kukatakan terus terang, perihal menyangkut nama Jendral Qiao dan Jendral Cui bukan lagi tentang keuntungan, tapi tentang keadilan. Jendral Cui membunuh ayah kekasihku, lalu yang aku akan membantu kekasihku membunuhnya. Seharusnya, jawaban ini menjawab keraguanmu,” t
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

SAMPAI DI GERBANG IBU KOTA

“Hanya bocah ingusan saja, berani sekali dia membuat keputusan. Bahkan beraliansi dengan Negara musuh! Lancang sekali. Dia pasti sudah tidak menganggap para tetua ada,” marahnya. Di sebuah ruangan, para tetua dan orang-orang yang menentangnya terbentuknya aliansi tengah berkumpul mendiskusikan perihal tersebut. Mereka sangat geram karena tidak setuju kala mendengar kabar bahwa Ju Ji Man telah menandatangani aliansi dengan Bai Wuxin. Para tetua dan beberapa orang yang menentang hal tersebut tidak setuju karena dendam mereka terhadap Negara Qing telah mendarah daging. “Benar. Kita tidak bisa membiarkan hal ini dengan mudah. Sudah jelas Kaisar Negara Qing yang mengkhianati kita dan menyandera Kaisar. Tapi bisa-bisanya bocah itu malah membentuk aliansi dengan musuh tanpa meminta pendapat dari kita para tetua. Dia pasti menganggap semua ini lelucon!” imbuh yang lain. “Bukan hanya itu saja. Dia bahkan berani mengorbankan Jendral Cui demi menempati posisinya saat ini. Dia adalah pengkhiana
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status