“Di Lan Feng? Ah, aku mengingatmu. Bukankah dulu kau pelayan yang sering menyajikan arak? Sejak kapan kau menjadi prajurit?” Komandan itu dengan terang-terangan merendahkan pemilik nama Di Lan Feng di hadapan seluruh anggota divisinya. Serentak semua rekan prajurit yang ada di sana menertawakan pemilik nama Di Lan Feng kala masa lalunya diungkap secara terang-teranga. Tatapan menghina terlempar menyoroti Bai Wuxin. Namun, Bai Wuxin merasa tidak tersinggung dengan mudah, sebab pemilik nama Di Lan Feng bukanlah dirinya. Ia tak merasa tersinggung, namun kesal kala melihat para prajurit tak bermoral yang suka membully rekannya sendiri. Andaikata ia tidak sedang menyamar, ingin sekali rasanya dia memberi pelajaran terhadap orang-orang yang suka memandang rendah orang lain. Akan tetapi, saat ini dia harus menahan diri demi misi utamanya. “Kenapa berdiri saja di sana? Cepat sediakan arak untuk kami semua,” titah sang Komandan dengan semena-mena. “Baik.” Tanpa membantah perintah, ia pun ber
BAB 105“Akhirnya kau bangun juga.” Bai Wuxin melukis senyum semringah, tepat di hadapan wajah Jendral Cui. “Hoh! Hoh! Siapa kau? Di mana aku?” Sepontan Jendral Cui terkecoh seraya bangkit, namun terpeleset dan jatuh lagi. Jendral Cui mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang tampak asing, berbeda dari tenda tempat tidurnya di kamp militer biasanya. Jenak ia yakin bahwa saat ini posisinya tengah berada di tempat asing yang tak dikenalinya. Tangan dan kakinya diikat kuat dengan tali. “Apa tidurmu nyenyak … Jendral Cui?” tanya Bai Wuxin dengan nada bicara yang ramah. “Siapa kau?” tanya Jendral Cui antusias. “Seharusnya kau bertanya padaku. Apa kau tidak penasaran siapa aku?” sahut suara lain yang tiba-tiba datang menengahi. Reflek Bai Wuxin dan Jendral Cui menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang wanita yang mengenakan pakaian pria. Tidak perlu ditebak lagi, dia adalah Qiao Zhi Jing. Langkah kakinya mengikis jarak mendekati tempat Jendral Cui berpijak. Dengan ujung pe
“Hahahaha. Ternyata kau putrinya. Pantas saja. Aura kalian tampak sangat mirip. Benar, aku yang membunuhnya. Lalu, kau mau apa?” Jendral Cui memasang ekspresi mengejek. “Aku akan membunuhmu!” Lagi-lagi Qiao Zhi Jing kehilangan kendali atas dirinya sendiri.“Hahahaha. Sini! cepat bunuh aku!” Semakin memancing emosi Qiao Zhi Jing. Andaikan Bai Wuxin tidak berusaha mengendalikan emosi Qiao Zhi Jing, mungkin saat itu juga Qiao Zhi Jing pasti akan menebas leher Jendral Cui tanpa ragu. Namun, Bai Wuxin takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Jika harus membunuh Jendral Cui, maka cukup Bai Wuxin saja yang harus melakukannya. Bai Wuxin tidak akan membiarkan tangan Qiao Zhi Jing ternodai darah sedikit pun. Ia tak akan pernah membiarkan Qiao Zhi Jing menanggung rasa sakit sendirian. “Qiao Zhi Jing, tenanglah … .” Bai Wuxin berusaha keras menenangkan Qiao Zhi Jing yang telah hilang kendali. Bai Wuxin berusaha menahan Qiao Zhi Jing dalam dekapannya. Peluknya semakin erat tatkala Qiao Z
Qiao Zhi Jing lebih sering diam dan melamun setelah menerima fakta tentang kematian ayahnya. Apalagi kala mendengar bahwa Jendral Qiao telah dibunuh tanpa menyisakan jasad. Jejak jasad Jendral Qiao dihancurkan, dibakar hingga menjadi abu. Bahkan hanya melihat jasad ayahnya untuk yang terakhir kalinya, bisa begitu sulit. "Qiao Zhi Jing, makanlah. Kau belum memakan apa pun sejak malam tadi." Bai Wuxin datang menghampiri Qiao Zhi Jing yang tengah duduk termenung seraya membawakan beberapa camilan kesukaan Qiao Zhi Jing.Namun, Qiao Zhi Jing langsung menolak dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Bai Wuxin pun tak berdaya. Karena membujuk dan menasihati hanya akan semakin menambah penderitaan di dalam hati Qiao Zhi Jing. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah meminjamkan bahunya untuk bersandar.Dengan sikap lembut, Bai Wuxin merangkul tubuh Qiao Zhi Jing lalu meminjamkan bahunya. Ia ingin menjadi satu-satunya tempat ternyaman bagi wanita yang dicintain
"Pangeran Kedua?" tanya Ju Ji Man."Ya, itu aku. Jadi, apa sekarang kau yang memimpin pasukan perang?" Bai Wuxin bertanya balik."Benar, itu aku. Aku juga sudah menerima surat yang Anda kirimkan," ujarnya."Jadi, pilihan mana yang akan kaupilih?" tanya Bai Wuxin."Sebelum kami memutuskan, apakah Anda bisa membuktikan ketulusan Anda? Anda pasti juga tahu jika baru-baru ini, Kaisar Negara Qing yang telah mengkhianati kami, bahkan sekarang dia berani menyandera Kaisar Wan dan keluarganya. Bodoh jika kami akan percaya begitu saja," ujinya."Tidak perlu bertele-tele. Aku sendiri yang akan melakukannya. Jika kalian tidak percaya dengan rencanaku, maka kalian bisa menjadikanku sandera. Andaikan kami memang berencana berkhianat, maka kalian bisa langsung membunuhku tanpa ragu," cetus Bai Wuxin.Jenak keduanya saling terdiam, hanya menyisakan tatapan tajam yang saling mendominasi tanpa gentar sedikit pun. Tentu saja, setiap langkah yang diambil harus ditentukan dengan hati-hati, sebab ini tak
“Jadi, bagaimana dengan syarat kedua? Apa kau akan memenuhinya?” uji Bai Wuxin. Sekilas Ju Ji Man menyipitkan kelopak matanya, namun tetap menyorot kedua manik mata Bai Wuxin. Ada banyak kejanggalan dalam hatinya yang perlu diungkapkan. “Ini yang membuatku penasaran. Jika dari awal kau ingin membentuk aliansi dengan kami, mengapa kau perlu menukarkannya dengan nyawa Jendral Cui? Apa untungnya bagimu setelah membunuhnya?” Ju Ji Man mengungkapkan kejanggalan dalam hatinya. “Hekh.” Seringaian terpapar di ujung bibir Bai Wuxin. “Aku tidak yakin, kau benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu. Jendral Qiao … saat aku menyebutkan satu nama ini, apa yang kau pikirkan? Tidak, kau tidak perlu repot menjawabnya. Kukatakan terus terang, perihal menyangkut nama Jendral Qiao dan Jendral Cui bukan lagi tentang keuntungan, tapi tentang keadilan. Jendral Cui membunuh ayah kekasihku, lalu yang aku akan membantu kekasihku membunuhnya. Seharusnya, jawaban ini menjawab keraguanmu,” t
“Hanya bocah ingusan saja, berani sekali dia membuat keputusan. Bahkan beraliansi dengan Negara musuh! Lancang sekali. Dia pasti sudah tidak menganggap para tetua ada,” marahnya. Di sebuah ruangan, para tetua dan orang-orang yang menentangnya terbentuknya aliansi tengah berkumpul mendiskusikan perihal tersebut. Mereka sangat geram karena tidak setuju kala mendengar kabar bahwa Ju Ji Man telah menandatangani aliansi dengan Bai Wuxin. Para tetua dan beberapa orang yang menentang hal tersebut tidak setuju karena dendam mereka terhadap Negara Qing telah mendarah daging. “Benar. Kita tidak bisa membiarkan hal ini dengan mudah. Sudah jelas Kaisar Negara Qing yang mengkhianati kita dan menyandera Kaisar. Tapi bisa-bisanya bocah itu malah membentuk aliansi dengan musuh tanpa meminta pendapat dari kita para tetua. Dia pasti menganggap semua ini lelucon!” imbuh yang lain. “Bukan hanya itu saja. Dia bahkan berani mengorbankan Jendral Cui demi menempati posisinya saat ini. Dia adalah pengkhiana
"Apa?! Apa saja yang kalian lakukan, hah?! Bisa-bisanya ... ."CRING!!!CRING!!!JLEBBB!!!SRETTT!!!CRING!!!Terdengar suara gemuruh peperangan di luar istana. Tak perlu waktu lama, sepertinya pasukan Ju Ji Man dan Bai Wuxin telah berhasil membobol gerbang Ibu Kota dan telah bergerak memporak-porandakan istana. Sedangkan di dalam istana, Bai Ruyu masih dalam kondisi yang lemah, bahkan ia kini tak dapat bangkit dari tempat tidurnya."Bai Ruyu, keluarlah!!!" ucap Bai Wuxin dari luar istana dengan suara lantang."Bai Wuxin ... lagi-lagi dia!" geram Bai Ruyu seraya mengepalkan telapak tangannya. "Ming Tian, apa kau sudah mengerjakan satu hal yang telah kuperintahkan?" tanyanya kepada Ming Tian."Saya akan segera melancarkannya!" Ming Tian gegas beranjak demi melangsungkan rencana yang telah dititahkan oleh Bai Ruyu.Tatkala Ming Tian telah sampai di lantai 2 istana kerajaan, dia berteriak lantang dari atas sana, "Pangeran Kedua, segera mundurkan pasukan Anda atau aku akan membunuh mereka