Qiao Zhi Jing lebih sering diam dan melamun setelah menerima fakta tentang kematian ayahnya. Apalagi kala mendengar bahwa Jendral Qiao telah dibunuh tanpa menyisakan jasad. Jejak jasad Jendral Qiao dihancurkan, dibakar hingga menjadi abu. Bahkan hanya melihat jasad ayahnya untuk yang terakhir kalinya, bisa begitu sulit. "Qiao Zhi Jing, makanlah. Kau belum memakan apa pun sejak malam tadi." Bai Wuxin datang menghampiri Qiao Zhi Jing yang tengah duduk termenung seraya membawakan beberapa camilan kesukaan Qiao Zhi Jing.Namun, Qiao Zhi Jing langsung menolak dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Bai Wuxin pun tak berdaya. Karena membujuk dan menasihati hanya akan semakin menambah penderitaan di dalam hati Qiao Zhi Jing. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah meminjamkan bahunya untuk bersandar.Dengan sikap lembut, Bai Wuxin merangkul tubuh Qiao Zhi Jing lalu meminjamkan bahunya. Ia ingin menjadi satu-satunya tempat ternyaman bagi wanita yang dicintain
"Pangeran Kedua?" tanya Ju Ji Man."Ya, itu aku. Jadi, apa sekarang kau yang memimpin pasukan perang?" Bai Wuxin bertanya balik."Benar, itu aku. Aku juga sudah menerima surat yang Anda kirimkan," ujarnya."Jadi, pilihan mana yang akan kaupilih?" tanya Bai Wuxin."Sebelum kami memutuskan, apakah Anda bisa membuktikan ketulusan Anda? Anda pasti juga tahu jika baru-baru ini, Kaisar Negara Qing yang telah mengkhianati kami, bahkan sekarang dia berani menyandera Kaisar Wan dan keluarganya. Bodoh jika kami akan percaya begitu saja," ujinya."Tidak perlu bertele-tele. Aku sendiri yang akan melakukannya. Jika kalian tidak percaya dengan rencanaku, maka kalian bisa menjadikanku sandera. Andaikan kami memang berencana berkhianat, maka kalian bisa langsung membunuhku tanpa ragu," cetus Bai Wuxin.Jenak keduanya saling terdiam, hanya menyisakan tatapan tajam yang saling mendominasi tanpa gentar sedikit pun. Tentu saja, setiap langkah yang diambil harus ditentukan dengan hati-hati, sebab ini tak
“Jadi, bagaimana dengan syarat kedua? Apa kau akan memenuhinya?” uji Bai Wuxin. Sekilas Ju Ji Man menyipitkan kelopak matanya, namun tetap menyorot kedua manik mata Bai Wuxin. Ada banyak kejanggalan dalam hatinya yang perlu diungkapkan. “Ini yang membuatku penasaran. Jika dari awal kau ingin membentuk aliansi dengan kami, mengapa kau perlu menukarkannya dengan nyawa Jendral Cui? Apa untungnya bagimu setelah membunuhnya?” Ju Ji Man mengungkapkan kejanggalan dalam hatinya. “Hekh.” Seringaian terpapar di ujung bibir Bai Wuxin. “Aku tidak yakin, kau benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu. Jendral Qiao … saat aku menyebutkan satu nama ini, apa yang kau pikirkan? Tidak, kau tidak perlu repot menjawabnya. Kukatakan terus terang, perihal menyangkut nama Jendral Qiao dan Jendral Cui bukan lagi tentang keuntungan, tapi tentang keadilan. Jendral Cui membunuh ayah kekasihku, lalu yang aku akan membantu kekasihku membunuhnya. Seharusnya, jawaban ini menjawab keraguanmu,” t
“Hanya bocah ingusan saja, berani sekali dia membuat keputusan. Bahkan beraliansi dengan Negara musuh! Lancang sekali. Dia pasti sudah tidak menganggap para tetua ada,” marahnya. Di sebuah ruangan, para tetua dan orang-orang yang menentangnya terbentuknya aliansi tengah berkumpul mendiskusikan perihal tersebut. Mereka sangat geram karena tidak setuju kala mendengar kabar bahwa Ju Ji Man telah menandatangani aliansi dengan Bai Wuxin. Para tetua dan beberapa orang yang menentang hal tersebut tidak setuju karena dendam mereka terhadap Negara Qing telah mendarah daging. “Benar. Kita tidak bisa membiarkan hal ini dengan mudah. Sudah jelas Kaisar Negara Qing yang mengkhianati kita dan menyandera Kaisar. Tapi bisa-bisanya bocah itu malah membentuk aliansi dengan musuh tanpa meminta pendapat dari kita para tetua. Dia pasti menganggap semua ini lelucon!” imbuh yang lain. “Bukan hanya itu saja. Dia bahkan berani mengorbankan Jendral Cui demi menempati posisinya saat ini. Dia adalah pengkhiana
"Apa?! Apa saja yang kalian lakukan, hah?! Bisa-bisanya ... ."CRING!!!CRING!!!JLEBBB!!!SRETTT!!!CRING!!!Terdengar suara gemuruh peperangan di luar istana. Tak perlu waktu lama, sepertinya pasukan Ju Ji Man dan Bai Wuxin telah berhasil membobol gerbang Ibu Kota dan telah bergerak memporak-porandakan istana. Sedangkan di dalam istana, Bai Ruyu masih dalam kondisi yang lemah, bahkan ia kini tak dapat bangkit dari tempat tidurnya."Bai Ruyu, keluarlah!!!" ucap Bai Wuxin dari luar istana dengan suara lantang."Bai Wuxin ... lagi-lagi dia!" geram Bai Ruyu seraya mengepalkan telapak tangannya. "Ming Tian, apa kau sudah mengerjakan satu hal yang telah kuperintahkan?" tanyanya kepada Ming Tian."Saya akan segera melancarkannya!" Ming Tian gegas beranjak demi melangsungkan rencana yang telah dititahkan oleh Bai Ruyu.Tatkala Ming Tian telah sampai di lantai 2 istana kerajaan, dia berteriak lantang dari atas sana, "Pangeran Kedua, segera mundurkan pasukan Anda atau aku akan membunuh mereka
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena