Semua Bab Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

Bab. 81

"Maaf, Tuan. Menurut saya, sebaiknya kita berputar balik. Memantau, Nona Sofia dari kejauhan," ucap Eko seraya mengemudikan mobil. "Baik! Putar balik sekarang!" Reyfaldi memantau dari kejauhan. Memandangi mobil Sofia yang terlihat tidak ada pergerakan apapun. Eko, yang merupakan Sopir sekaligus orang kepercayaan Reyfaldi, sudah mengetahui jika Alvian adalah mantan suami Sofia. Ia turut khawatir pada istri dari Bosnya tersebut. "Apa sebaiknya kita lebih mendekat lagi, Tuan?" tanya Eko sembari terus memperhatikan mobil berkaca gelap yang ada di depannya dengan jarak beberapa meter. "Tidak! Sudah cukup. Disini saja." Tak lama berselang, wanita bertubuh ramping itu keluar dari mobil. Berjalan menuju pintu sebelahnya, membuka lalu menarik Alvian turun. Reyfaldi tersenyum sinis. "Sudah saya katakan. Istri saya pasti bisa mengatasi lelaki itu sendirian!" gumamnya. Pria yang duduk di kursi belakang mobil mewah itu masih menatap tajam sosok Alvian yang kemudian termenung di pinggir jala
Baca selengkapnya

Bab. 82

Sore itu, di taman yang asri, dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi menggerakan semua dedaunan. Juga, bunga-bunga anggrek yang cantik menjuntai. "Cantik ya?!" Sofia menatap lekat bunga warna-warni yang tergantung di dinding taman."Iya ..., cantik sepertimu, Sayang." imbuh pria tampan di hadapannya.Reyfaldi beranjak dari duduknya, menarik pelan tubuh Sofia. "Mau kemana?" tanya Sofia. "Mandi, aku sudah gerah!" "Rey ..., ini masih sore!" "Memangnya kalau mandi harus malam, hah?!" ucapnya seraya mendorong tubuh sofia, berjalan menuju kamar. "Kamu itu suka modus! Aku tidak percaya kalau hanya mandi." Pria yang masih mengenakan jas itu terpingkal. "Tuh, kan. Malah tertawa, berarti memang benar. kamu mau modus, ya?!" ucapnya lagi. "Kalau kamu tidak mau, saya tidak akan memaksa!" Reyfaldi membuka jas, kemudian melemparnya ke atas Sofa kamar. Sofia berdiri menatap pria tampan di hadapannya. Terkadang, ia merasa tak percaya jika Reyfaldi, sosok yang tampak sempurna itu adalah suamin
Baca selengkapnya

Bab. 83

Di atas meja makan, berjejer makanan kesukaan Sofia yang mampu membangkitkan selera makannya. Ditambah dengan keadaan perutnya yang sudah kelaparan. Wanita yang mengenakan piyama berwarna biru navy itu melahap habis nasi beserta lauk pauk yang tersaji di atas piring makannya. Setelah semua nasi masuk ke dalam perutnya, tiba-tiba ia merasa mual, kepalanya pun sedikit pusing. "Rey ..., aku mual!" keluhnya seraya menutup mulut menggunakan kedua tangannya. Merasa isi lambungnya akan segera meluncur keluar, Sofia berlari menuju toilet yang ada di dekat dapur. Ia mengeluarkan semua makanan yang telah ia makan barusan. "Sayang ..., kamu kenapa?" Reyfaldi sangat panik, ia berusaha membantu dengan cara memijit pelan tengkuk wanita itu. Wajah cantiknya terlihat memucat seketika. Tubuhnya pun menjadi lemas. Tak ingin membuang waktu, Reyfaldi menggendongnya masuk ke dalam mobil. Mbok Nah yang baru saja tiba dari kegiatan belanjanya terlihat kebingungan. "Ada apa ini, Tuan?" "Bantu saya, M
Baca selengkapnya

Bab. 84

"Ayo, cepat! Kita ikuti mobil itu!" "Hah? Memangnya kenapa?" Clara benar-benar bingung dan tidak tau apa-apa. "Sudah cepat naik!" perintah Alvian. Lelaki yang sangat penasaran itu memacu mobilnya dengan cepat. Tak ingin sampai kehilangan jejak mobil sport berwarna hitam mewah yang ada di depannya. Clara tampak kebingungan. Namun, ia tak banyak bicara, juga tak bertanya mengapa suaminya itu mengikuti kendaraan yang ada di depannya. Ia lebih memilih diam daripada membuat lelaki yang ada di sebelahnya marah. Reyfaldi beserta sang sopir tidak menyadari jika ada mobil yang sedang mengikutinya. Pria tampan itu hanya fokus pada Sofia. Ia terus mengusap pucuk kepala seraya memandanginya di kegelapan. Ia merasa sangat khawatir pada istrinya itu. Mobil hitam yang ada di hadapan Alvian memasuki kawasan elite. Berjejer rumah-rumah mewah di sisi kanan dan kirinya. Hingga, mobil milik musuh sekaligus Bos nya itu berhenti di hadapan pintu pagar yang terbuat dari besi tinggi menjulang. Tak ter
Baca selengkapnya

Bab. 85

"Baik, Pak! Akan saya proses secepatnya!" ucap Irwan, pengacara Reyfaldi. Berkas bukti kecurangan Alvian dimasukkan ke dalam tas jinjing sang pengacara. Hari itu, Reyfaldi menyerahkan perkara Alvian pada Irwan untuk segera diproses. Tak berselang lama, setelah melakukan pelaporan. Dua orang Polisi datang ke perusahaan milik Reyfladi untuk menangkap Alvian. "Bapak Alvian bagian kepala produski?" tanyanya pada Alvian yang tengah duduk di kursi kerja. "Maaf, Guna penyidikan. Anda akan kami tangkap dengan tuduhan pemalsuan laporan!" seru Pak Polisi sembari memperlihatkan kartu identitas kepolisian, juga surat perintah penangkapan. "Tunggu! Apa-apaan ini! Apa salah saya?" Alvian terlihat sangat panik dan ketakutan. "Silahkan nanti anda jelaskan di kantor polisi!" terang Polisi yang memegang dan menarik lengannya.Lelaki itu tak berkutik, ketika dua orang pria berseragam cokelat menyergap dan memborgol kedua tangannya . Semua mata mengarah pada Bapak kepala bagian produksi itu. Para ka
Baca selengkapnya

Bab. 86

Wanita yang tengah sibuk menenangkan bayinya, turut menitikan air mata. Sedih, kesal, marah, bercampur menjadi satu. Ia benar-benar tak menyangka jika sang suami akan terjerat kasus hukum. "Lantas, apa yang harus kita lakukan, Mas?" tanya Clara terisak. Alvian tak menjawab pertanyaan dari Clara. Untuk beberapa saat, ia hanya menunduk, diam, dan termenung. Samasekali, ia tak tau apa yang kini harus ia lakukan. Pasalnya, untuk menyewa jasa seorang pengacara pun, ia merasa tak sanggup. "Maafkan aku, Clara. Aku benar-benar menyesal." Belum selesai mereka berbincang. Bapak berseragam cokelat yang berdiri di pojokan, melangkahkan kakinya menghampiri Alvian. "Waktu Anda telah habis. Silahkan kembali ke tempat semula!" Alvian beranjak dari duduknya. Begitupun juga dengan Clara. "Tenang, Mas. Aku akan berusaha membebaskanmu!" seru Clara yang berusaha memberikan semangat pada suaminya. Alvian menunduk. Ia terlihat lesu dan muram. Raut kesedihan tergambar dengan jelas di wajahnya. Kemudia
Baca selengkapnya

Bab. 87

Ambar menatap laki-laki yang tengah duduk dengan posisi kedua tangan terborgol. Raut penuh penyesalan tergambar dengan jelas di wajahnya. Tak sedikitpun terbayangkan oleh Ambar jika Alvian akan ditahan. "Maafkan aku, Bu. Aku benar-benar menyesal," imbuhnya seraya menundukkan wajah. "Jelaskan pada ibu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya dengan penasaran. "Aku ...," Alvian merasa tak kuasa untuk menceritakan yang sejujurnya. Bahkan untuk menatap wajah ambar pun ia merasa tak sanggup. "Ayo, ceritakan! Ibu harus tau apa yang sebenarnya terjadi."Ambar merasa sangat penasaran. Sedangkan Clara hanya berdiam diri di belakang Ambar, menatap sang suami dengan raut kesedihan. "A- Aku melakukan kecurangan di perusahaan, Bu. Aku ..., memalsukan laporan produksi," ucapnya dengan terbata. "Loh ..., Ibu tidak mengerti, bagaimana maksudnya?" tanya Ambar yang semakin penasaran. "Aku merekayasa laporan hasil produksi sehingga merugikan perusahaan. Aku mengambil uang perusahaan itu untuk biay
Baca selengkapnya

Bab. 88

Tok. Tok. Tok. "Permisi, Nona!" Seru Mbok Nah dari balik pintu kamar. "Masuk, Mbok!" Pelayan yang mengenakan seragam khas itu masuk membawakan teh hangat. Ia berdiri di samping Sofia yang tengah merebahkan tubuhnya bersandar di sandaran dipan. "Silahkan diminum, Nona!" Mbok Nah menyodorkan gelas berisi teh manis hangat. Sofia meraih gelas kemudian menyeruput minuman yang terlihat masih mengeluarkan asap tipis. "Enak sekali, Mbok!" ucapnya tersenyum. "Nona, sebaiknya anda membeli alat tes kehamilan. Siapa tau kali ini Anda tengah hamil." Sofia menggeleng cepat. "Tidak mungkin, Mbok. Ini pasti karena asam lambung!" "Tolong jangan minum obat sembarangan ya, Non. Kita kan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Sebaiknya anda segera menemui dokter!" Sofia diam termenung. Ia merasa tidak mungkin dirinya hamil walau pun sudah terlambat datang bulan selama dua hari. Ketika menjadi istri Alvian pun dirinya sering terlambat beberapa hari, namun tetap tidak hamil. Malah, melihat hasil
Baca selengkapnya

Bab. 89

"Anda tidak bisa masuk seenaknya! Silahkan keluar!" teriak Bapak Sekuriti pada Ambar. "Lepaskan saya. Saya harus menemui Bapak Reyfaldi!" Ambar meronta dan berteriak. "Loh, Ibu ...?! Sedang apa Ibu disini?" Mendengar suara yang sudah tidak asing lagi, Ambar langsung menghentikan rontaanya. Ia menoleh ke arah sumber suara, kemudian menautkan kedua alisnya. "Sofia? Sedang apa kamu disini?" tanya Ambar keheranan. "Tolong sopan sedikit Anda pada majikan saya, ya!" sentak Bapak Sekuriti pada Ambar. Sofia mengangkat telapak tangannya. "Sudah, tidak apa-apa, Pak. Lepaskan dia, saya mengenalnya!" perintah Sofia pada sang penjaga rumah. "Majikan? Kamu ...?!" kata-kata Ambar terhenti menggantung di udara. Raut bingung penuh tanda tanya tergambar dengan jelas di wajahnya.Reyfaldi berdiri menatap tajam wanita tua di hadapannya. Walaupun ia belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi ia yakin jika wanita yang memaksa masuk itu adalah mantan mertua Sofia. Yang tak lain adalah ibu kandung
Baca selengkapnya

Bab. 90

Wanita yang masih merasakan sedikit mual berjalan menuju ruang makan. Wajah cantiknya tampak pucat. Perutnya terasa lapar, namun jabang bayi di perutnya seolah menolak makanan yang akan diberikannya. "Ayolah, Sayang. Kasihan bayi kita jika kamu tidak makan. Ia sedang membutuhkan banyak nutrisi. Kamu harus makan banyak supaya anak kita sehat dan pintar." Reyfaldi terus membujuk Sofia. Menyodorkan sesendok nasi ke depan mulut wanita yang tengah hamil itu. Namun, Sofia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Aroma makanan yang menyeruak terasa mengocok perutnya. Tak tahan dengan baunya, Sofia beranjak berjalan cepat menuju toilet. Tak ada makanan yang meluncur dari mulutnya. Hanya saliva yang ia jatuhkan ke dalam closet. Wajahnya kian pucat. Reyfaldi dan Mbok Nah sangat khawatir. "Tuan, mari kita bawa Nona Sofia ke Rumah sakit! Ia sudah tidak makan sedari tadi siang. Jika dibiarkan, saya khawatir kondisinya akan semakin memburuk," ajak pelayan yang sudah seperti ibunya itu. "Ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status