Semua Bab Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire: Bab 71 - Bab 80

163 Bab

BAB 71 Obat Rindu

"Aku tidak perlu tahu soal hal itu. Cukup beri tahu passcode saja sudah cukup." Aliesha berhasil membuka layar yang terkunci.Lalu dia pun mengambil gambar beberapa buah meliputi tampak sisi kanan, kiri dan beberapa detail yang penting. Dia juga membubuhkan catatan ukuran serta beberapa point lain untuk mempermudah dirinya menerapkan desainnya."Sudah selesai. Terima kasih, Noah." Dia mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik.Sempat tangan mereka tak sengaja bersentuhan.Pikiran Noah sudah tak bisa dia ajak kompromi lagi. Sejuta mantra dia ucapkan agar jangan sampai dia melakukan hal bodoh pada Aliesha.Tetap saja tangan dan kakinya tak berakal. Keduanya melesat cepat menangkap tubuh Aliesha dan menutup pintu kamar rapat-rapat."Aku tak tahan lama-lama begini, Aliesha. Aku menyiksa diriku sendiri. Sekarang, cepatlah...pergi dari sini." Noah merangkul tubuh wanita itu dari belakang dan membisikkan kata-katanya pada telinga Aliesha."Pergi dari sini. Aku tidak bisa mengontrol diriku k
Baca selengkapnya

BAB 72 Bertemu Cucu

Lelaki paruh baya itu menoleh ke kanan kirinya.Yang dia lihat bukan pemandangan biasa. Ini adalah istana. Seperti rumah yang dulu pernah ia banggakan. Tapi ukurannya jauh berkali lipat lebih besar lagi."Ini rumah siapa, Noah?" Tanyanya pada Noah yang telah mengantarkannya ke sini."Ayah?!"Baru saat Aliesha mendekatinya, dia baru sadar kira-kira rumah siapa ini."Aliesha, aku tadi bertemu Noah lalu dia mengatakan akan mengantarkanku ke tempatmu." Ayahnya menjelaskan."Noah, kenapa kamu bawa Ayahku ke sini?" Aliesha tentu saja marah karena kalau Ayahnya tahu di mana dia tinggal, pasti akan marah luar biasa.Kakek Noah adalah musuh bebuyutannya."Apa salahnya? Dia kangen sama kamu dan aku tadi menemukannya di tengah jalan raya berjalan sendirian." Kata Noah menjelaskan keadaan yang sebenarnya. "Apa kamu pikir aku tega sama orang tua dan membiarkannya sendirian?"Aliesha terdiam dan masih memegangi lengan ayahnya."Siapa yang Noah maksud?" Tuan Martin bertanya. Dia masih linglung."Bu
Baca selengkapnya

BAB 73 Musuh Bebuyutan

Masalah semakin rumit karena tanpa diduga Kakeknya muncul dari balik pintu samping.Beliau memakai tongkat untuk bantuan berjalan karena beberapa hari lalu sempat terjatuh. Sesekali saat berjalan sendirian, alat itu dipakainya untuk membantu keseimbangan."Noah?"Panggilnya lagi.Sang cucu tak menggubris dan terus mengajak Tuan Martin berjalan menuju mobil. Untunglah kakeknya tak memakai kacamata."Tuan, mari segera pergi dari sini." Dengan tergesa-gesa dia membawa Tuan Martin ke mobil didampingi oleh Aliesha.Keduanya tampak khawatir apa yang akan terjadi kalau-kalau kedua musuh bebuyutan ini saling mengenali satu sama lain."Kakekmu bagaimana itu?" Aliesha berbisik."Tenang, dia tidak memakai kacamata, jadi tidak akan terlihat jelas dengan siapa kita sekarang ini. Cepat bawa ayahmu ke mobil dan kita segera pergi dari sini." Kata Noah sambil mempercepat langkahnya."Tapi, aku harus mengawasi tukang-tukang itu bekerja." Aliesha masih memiliki tanggung jawab yang tak bisa dia tinggalka
Baca selengkapnya

BAB 74 Cemburu Buta

"Aduuuuuh!" Jeritan Noah membuat seisi rumah terasa bergetar. Bagaimana tidak, tendangan Aliesha yang tepat mengenai sasaran seketika merobohkan gelora jiwanya yang sedang memuncak. "Aliesha, kamu sudah kelewatan!" Noah uring-uringan sendiri. Dia memegangi bagian tubuhnya yang kesakitan dan terasa ngilu luar biasa. "Apanya?" Aliesha yang tadinya sempat larut dalam keheningan dan mood untuk melakukan itu, sekarang menjadi berubah drastis dan emosi. "Kamu tega banget sama aku!" Kini ekspresi Noah seperti anak kecil yang baru saja direbut mainannya lalu menerima pukulan dari lawannya. "Aku tidak sengaja! Kamu sih, aku minta untuk berhenti bukannya menjauh malah megang sana-sini..." Aliesha kesal lalu dia mengambil baju yang akan dibawanya ke rumah Benedict. "Tidak sengaja apanya? Mana mungkin tidak sengaja bisa tepat gitu. Kamu banyak alasan. Kalau kamu tidak mau, cukup bilang saja nggak usah pakai menyerang segala... Aduuuh!" Bi Lastri datang mendadak ke kamar tidur Aliesha. "Noa
Baca selengkapnya

BAB 75 Tertangkap Basah

"Apa ini? Katakan padaku... jangan pura-pura bodoh!" Benedict sekali lagi menunjukkan bukti itu pada sepupunya.Aliesha dan Noah tampak sedang bermesraan di depan jendela kamar rumahnya.Dari bentukan foto itu, terlihat kalau foto itu diambil dari luar rumah. Entah oleh siapa."Ini sudah terjadi lama sekali." Noah berdehem lalu membantah atas apa yang terlihat jelas di foto itu."Hanya orang bodoh yang percaya kalimatmu, Noah." Lalu Ben mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.Dia melemparkannya ke wajah Noah yang masih pucat pasi karena tertangkap basah oleh sepupunya itu."Ini, ambil sekalian dan bawa ke manapun kamu pergi." Sebuah celana dalam milik wanita dia lemparkan ke muka Noah.Saat itu benda tersebut jatuh begitu saja ke lantai dan Noah sengaja menahan diri untuk diam."Kamu..." Noah ingin mengumpat tapi itu hanya akan menambah keruh suasana."Aku menemukannya di kamarmu. Kamu rupanya menyimpan itu... menjijikkan!" Ben kemudian berlalu kembali ke kamarnya.Dia ingin meneruska
Baca selengkapnya

BAB 76 Lari

"Aliesha, ini aku. Buka pintunya!" Noah mengetuk pintu kamar anak-anaknya pelan. Dia tahu kalau Aliesha bersembunyi di dalam saat Ben mencarinya tadi. Tak ada sahutan dari dalam. Entah apa yang sedang dilakukannya bersama dua bayi kembar itu. "Aliesha, ini aku. Aku... Noah!" Bisiknya lagi dari balik pintu. "Buka pintunya, cepat!" Lalu tangan Aliesha terdengar membuka knop pintunya dengan memutar perlahan. Setelah pintu terbuka sedikit, Noah menerobos masuk. "Apa maumu?" Aliesha tak menyambutnya dengan baik. Dia sudah tak ingin banyak bersinggungan dengan lelaki muda di hadapannya. Seperti dugaannya yang sudah-sudah, Noah tidak membantunya menyelesaikan masalah. Justru selalu memperkeruh keadaan. "Aliesha, dengarkan aku. Kamu harus keluar dari rumah ini." Ucap Noah sambil terlihat khawatir pada sesuatu yang mengejarnya. "Kenapa aku harus keluar dari sini?" Tanya Aliesha sinis. "Kamu dan anak-anak tidak aman berada di sini, Aliesha. Percayalah padaku! Bisa saja sewaktu-waktu Kak
Baca selengkapnya

BAB 77 Mau ke Mana Kita?

Aliesha terburu-buru masuk ke dalam mobil sambil menggendong anaknya yang baru saja berhenti menangis. Mobil melaju keluar dari pelataran rumah. Aliesha tak bisa lagi berpikir jernih harus melakukan apa karena anaknya sudah dijadikan Noah sebagai alat untuk mengancam. Dia tak lagi ingat bahwa Benedict nanti bisa saja memarahinya karena dia terus menerus 'menempel' pada sosok yang dibencinya selama ini. "Noah, mau ke mana kita ini?" Aliesha khawatir karena dia tak tahu ke mana mantan suaminya akan membawanya pergi. Di matanya, sosok Noah sudah berubah drastis tak seperti saat dia kenal dulu. Dulunya Noah adalah sosok pemuda yang jinak dan sangat mudah diajak kerja sama. Sekarang, tak tahu lagi di mana Noah yang dulu. "Kamu diam saja dulu." Kata Noah sambil terus berkonsentrasi mengemudikan mobilnya.Sepertinya jalan yang dilalui mereka ini tak asing bagi Aliesha. Dugaannya betul, sekarang mereka menuju ke area bangunan menjulang tinggi. Ini adalah area perkantoran dan perhotelan.
Baca selengkapnya

BAB 78 Ingat Janjimu!

"Aliesha, mau ikut aku mandi sekarang?" Pertanyaan Noah ini mengejutkannya.Awalnya wanita bermata bulat itu terdiam mematung mendengarkannya, namun setelah menyadari apa maksud yang dikatakan oleh Noah, dia langsung menutupi wajahnya karena malu."Hei... kenapa kamu begitu?" Noah sama sekali tak merasa sedang dalam pelarian."Noah... aku bukan kekasihmu dan bukan lagi istrimu." Dengan sisa-sisa logika yang masih dia miliki, Aliesha mencoba menyadarkan lelaki tampan di depannya itu.Entahlah, saat Noah mengekspose tubuh dalam guyuran keringat begini, dia terlihat macho dan semakin menawan. Melihat lengannya saja tadi Aliesha seperti sudah berhenti berdetak jantung yang di dalam dirinya."Tapi..." Nafas Noah begitu dekat dan sekarang Aliesha yakin bibirnya sudah mendekati telinga kiri ke lehernya. "Kamu adalah tetap ibu dari anak-anakku sampai kapanpun."Aliesha tak kuasa menahan efek kalimat gombalan Noah yang memang sejak dulu dia pandai merayu dan membuatnya tersipu malu."Noah... k
Baca selengkapnya

BAB 79 Ambil Alih Kendali

Aliesha tak menanggapi kalimat Noah yang semakin menjurus ke arah yang tak dia inginkan. Selalu saja maunya nyerempet-nyerempet melulu."Aliesha, apa kamu marah dengan candaanku? Jangan tegang begitu, aku hanya bercanda..." Ralatnya karena melihat ekspresi Aliesha yang kurang senang dengan setiap kalimatnya yang terkesan jorok.Padahal itu semua dia lakukan untuk memberikan humor dan hiburan saja. Syukur-syukur jika Aliesha juga mau menimpali dan menyahut."Aliesha..." Panggilnya sambil menjongkokkan tubuhnya agar sejajar dengan posisi Aliesha yang duduk menyusui anaknya."Tidak apa-apa. Itu hakmu untuk berkata semaumu, Noah." Sahutnya sambil menepuk-nepuk punggung bayinya.Noah sekarang merasa tak lebih baik dari sebuah obat nyamuk. Aliesha begitu fokus menyayangi anaknya lantas membiarkannya mengamati kedekatan antara ibu dan anak itu.Noah seakan tak dipedulikan lagi."Kamu tidak marah padaku?" Tanya Noah memastikan kalau ibu muda itu tak marah lagi.Aliesha menggeleng dan itu suda
Baca selengkapnya

BAB 80 Gelombang Dendam

"Mama... kapan pulang?" Tanya Ben antusias dan seakan mendapatkan support system baru. Mamanya memang jarang berkunjung ke Indonesia karena sebenarnya dia sudah berpisah dengan Papa Benedict sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar."Aku baru landing beberapa jam lalu dan kupikir ini adalah keputusan yang baik karena akhirnya aku bisa menjejakkan kaki di bumi yang sama dengan anakku.." Mamanya memeluk hingga tubuh Ben menekuk agar sejajar dengan ketinggian ibunya."Ma, bagaimana Mama bisa tahu tentang semua hal yang seharusnya luput dari perhatianmu?" Ben penasaran. Selam aini Mamanya tidak pernah sering berada di dekatnya, namun selalu paham pada perkembangan berita terkini di keluarga besar.“Memang apa aku harus terus menerus bersama kalian agar aku tahu apa yang sedang terjadi? Tentu tidak, Ben!” Jawab mamanya dengan bangga pada keahliannya memata-matai keluarga besarnya. Lebih tepatnya keluarga mantan suaminya.Mamanya membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berubah karen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status